Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Janji Garuda Masih Butuh Pengawasan

Depok, Kartunet.com – Konferensi pers yang diselenggarakan oleh Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Rabu kemudian berkenaan tindakan diskriminatif yang dialami Cucu Saidah (38), segera mendapatkan tanggapan. Pengguna dingklik roda tersebut  bertemu dengan jajaran direksi Garuda Indonesia, Gapura Angkasa, dan Angkasa Pura II, di Kantor YLBHI, Jakarta, Kamis (14/3).


Sebelumnya, Cucu mengalami tindak diskriminatif ketika terbang dengan Garuda dari Yogyakarta menuju Jakarta. Selain diharuskan menandatangani surat sakit, dingklik roda Cucu juga mengalami kerusakan ketika tiba di Bandara Soekarno-Hatta. Mengingat sudah banyak penyandang disabilitas yang mendapatkan layanan diskriminatif serupa, maka Cucu pun mengambil tindakan. Ia memasukkan petisi ke www.change.org serta menggalang proteksi melalui jejaring sosial.


Menanggapi hal tersebut, Faik Fahmi selaku Direktur Pelayanan Garuda Indonesia Airways (GIA) menyatakan ajakan maafnya atas apa yang dialami Cucu Saidah. Ia menyatakan bahwa pihaknya akan segera melaksanakan sejumlah perubahan berkaitan pelayanan terhadap penumpang dengan disabilitas, diantaranya prioritas penyediaan dingklik baris depan semenjak pemesanan, pembelian tiket atau ketika check in, dan menambah jumlah unit ambu-lift. Ia juga menyatakan bahwa GIA akan segera meluncurkan sebuah kendaraan beroda empat khusus untuk pengguna dingklik roda. Selain itu, Faik menyampaikan surat formulir pernyataan sakit tidak lagi berlaku bagi penyandang disabilitas. GIA juga akan memperbaharui Petunjuk Pelayanan semoga sanggup melayani disabilitas secara setara.


Cucu sebagai korban tindak diskriminatif Garuda Indonesia dan juga merupakan penggerak penyandang disabilitas mengapresiasi tanggapan pihak Garuda yang cukup cepat. Akan tetapi, pihaknya akan tetap siaga melaksanakan pengawasan terhadap proses perubahan yang dimaksud. Dalam surat elektroniknya, dia memberikan beberapa poin yang masih harus menerima sorotan, di antaranya;


–       Surat pernyataan sakit harus dihapuskan bukan hanya bagi penyandang disabilitas, tetapi juga untuk ibu hamil dan orang renta yang memerlukan dingklik roda asistensi. Hal ini belum disepakati secara jelas.


–       Penghapusan surat pernyataan sakit akan dilakukan secara tertulis, tetapi belum terang kapan akan disosialisasikan kepada media serta seluruh petugas bandara.


–       Tanggal 15 Maret Garuda berencana melaksanakan peluncuran kemudahan pemanis menyerupai ambulift dan  wheelchair accessible van. Mereka mengundang para penyandang disabilitas untuk hadir dalam program tersebut, tetapi wacana waktu dan kawasan tidak dibahas. Cucu telah mengirimkan SMS pada Pujobroto, VP. Cooperation communications Garuda untuk memperjelas hal tersebut, tetapi hingga tanggal 14 Maret malam belum menerima balasan.


–       Pihak Cucu meminta Garuda untuk menjadwalkan pertemuan selanjutnya dalam jangka waktu 10 hari. Namun, belum didapat kejelasan kapan sanggup bertemu kembali untuk pembahasan selanjutnya.


Di samping itu, Cucu juga memaparkan bahwa Garuda Indonesia, Gapura Angkasa dan Angkasa Pura memerlukan edukasi terkait layanan inklusif, serta perlu dipastikan bahwa penyandang disabilitas terlibat dalam edukasi tersebut. Perbaikan layanan berupa aksesibilitas di dalam bandara pun perlu dilakukan, termasuk petunjuk info yang aksesibel bagi semua orang, mulai dari loket hingga petunjuk darurat dalam pesawat. Rencananya, Standard Operational Procedure (SOP) pelayanan penerbangan yang telah ada akan dikirimkan pada pihak Cucu untuk menjadi materi revisi SOP baru. “Pak Faik, selaku Direktur Pelayanan di Garuda menjaminkan diri bahwa ia sebagai penanggung jawab untuk perubahan tersebut,” tulis Cucu dalam surat elektroniknya. (RR)



Sumber gamepelajar.xyz

Posting Komentar untuk "Janji Garuda Masih Butuh Pengawasan"