Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Penemuan Kerikil Gamping, Tanda Muria Dulunya Laut

(1/2/2014) Kemarin saya melihat beberapa bekas karang di perbukitan gunung Muria, letaknya di dukuh Semliro, Rahtawu, Kudus. Karang itu masih kokoh membentang di pinggir Kali Gelis yang terlihat memanjang kira-kira 500 meter. Masih terang beberapa fosil kerang yang melekat di kerasnya bebatuan yang tampak berwarna putih kusam. Beberapa mereka melekat sangat berpengaruh hingga kami harus memakai ‘betel’ untuk melepaskan rekatannya.

Pada hari itu, saya bersama tim Geologi UPN Jogja berencana untuk mengunjungi sebuah tempat yang Alvian janjikan. Bukan tempat sederhana, melainkan sebuah tempat yang menyimpan banyak cerita. Cerita yang berisi pertanyaan-pertanyaan perihal bagaimana asal muasal kerikil karang tersebut sanggup naik mencapai perbukitan setinggi itu, kemudian kapan karang itu mulai bergerak naik kepermukaan dan mengapa di beberapa karang tersebut terdapat lapisan-lapisan lava kemudian karang lagi dan lava lagi yang menyusun batuan tersebut.

Bukankah ini sebuah insiden yang luar biasa, ketika Tuhan memperlihatkan kekuasaannya dengan bertindak meninggikan yang rendah (batuan karang) hingga sejajar dengan tempat tinggal mereka (manusia)? bagi orang yang memperhatikan keajaiban, Maha Karya ini yakni penciptaan seni yang luar biasa.

Batu Karang yang naik kepermukaan ini biasa di sebut dengan kerikil Gamping (Limestone). Ia sanggup terbentuk melalui insiden organik, mekanik, atau kimia. Melalui ketiga cara itu batuan gamping mungkin terbentuk. Cangkang-cangkang kerang/rumah kerang, siput, foraminifera atau ganggang, atau organisme mikroskopik lainnya yang mengendap merupakan material utama pembentukan kerikil gamping.

Terlepas dari teori-teori yang sulit dicerna oleh saya. Karena memang saya kurang tahu perihal ilmu kebumian dan batuan-batuan. Tetapi dengan perjalanan tersebut saya jadi mengerti dan sanggup memahami perihal deretan bulu yang ada pada peta geologi yang ada di tangan Oscar. Formasi bulu tersebut merupakan deretan batuan gamping pasiran dan kerikil gamping lempungan yang terbentuk pada zaman Neosen, 5,2 hingga 10,2 Juta Tahun yang lalu. Begitu Oscar mencoba menerangkan bahwa memang sebelumnya pernah ada penelitian di wilayah Muria yang telah memetakan dan menghasilkan peta tersebut.

Ketika masih dilapangan, Alvian juga memperlihatkan beberapa klarifikasi terkait keberadaan batuan karang tersebut. Ia menyampaikan bahwa setiap batuan yang terbentuk itu mempunyai ceritanya sendiri, mereka sanggup mendongeng panjang lebar mengenai terbentuknya sebuah kerikil kecil yang diketemukan di lapangan. Mulai dari sedimen yang memperlihatkan citra berangasan mengenai keterdahuluan perihal mana yang lebih muda atau mana yang lebih uzur. Sedimen atau lapisan kerikil yang ada di atas mempunyai usia yang lebih muda dari pada di bawahnya.

Misalnya pada batuan Karang tersebut yang di lapisi beberapa lava di atasnya yang kemudian tertutup karang lagi dan lava kemudian karang. Kami tidak sanggup mengukur niscaya berapa jumlah lapisan yang ada di sana, alasannya yakni pada bab atas tertutup oleh tanah yang ditumbuhi oleh semak dan beberapa pohon. Namun batuan Gamping yang berbentuk mirip Karang yang muncul masih terang wujudnya dan masih mengirim gejala bahwa itu batuan berbentuk karang. Artinya dengan mata telanjang saya sanggup memahami bahwa itu gundukan karang yang ada di akrab Kali Gelis. Dimana selain lapisan lava tadi, saya sanggup melihat beberapa fosil kerang yang masih menempel.

Karang tersebut kata Alvian, merupakan jenis karang yang terbentuk di lautan dangkal hingga menengah dimana sinar matahari masih sanggup masuk dan memperlihatkan kehangatan kepada setiap organisme yang hidup di sana. Karang itu juga menandakan bahwa Muria meletus beberapa kali pada waktu yang berbeda. Karena tampak pada lapisan-lapisan batuan yang terbentuk. Padahal lava merupakan cairan panas yang mengalir, ia mengalir keperairan maritim hingga mengendap pada karang tersebut, sesudah lava cuek dan mengendap maka itu yakni tempat yang subur, dan tumbuhlah karang lagi diatasnya. Begitu seterusnya

Proses menaiknya karang tersebut hingga setinggi tempat Semliro masih mejadi teka-teki. Alvian belum sanggup menyimpulkan apa yang bersama-sama menciptakan karang tersebut sanggup naik setinggi itu. Entah itu alasannya yakni gerakan tektonik lempeng atau akhir dari insiden geologis lainnya. Alvian masih belum berani, ia ingin memahaminya lebih dalam lagi.

Kisah lainnya dari batuan breksi yang tercipta dari insiden wedus gembel. Mereka akan mempunyai kisah tersendiri dengan kerikil-kerikil kecil yang menempel. Bahkan batuan breksi sanggup menjadi membuktikan bahwa tempat tersebut merupakan tempat yang akrab dengan kawah suatu gunung yang pernah meletus.

Terlepas dari lelah dan penatnya hari itu, banyak juga goyunan yang sering kami lakukan, Alvian sih sering mengejek kami, Oscar dan saya, Homo. Kampreettt……….. tampaknya goyonan begini yang sering mereka lontarkan. Tetapi saya dan osar memang ‘mengiyakan’ dalam artian untuk bercanda, hehehe.


Keagungan

Sore itu pula ketika mentari sudah tidak terlalu panas, di samping batuan karang tersebut juga terdapat pasir putih yang terkumpul. ini sisa dari banjir kemarin yang menciptakan mereka terkumpul di satu tempat. Hal ini menyebabkan suasana hampir mirip di pantai. Kurang beberapa peselancar ataupun wanita-wanita yang mengenakan pakaian minim sedang berjemur. Hehehe, Mengapa pikiran ini jadi ngelantur.

Sorry… paragraf di atas merupakan intermezzo.

Jika anda tidak sanggup menjadi inovator maka jadi lah pengikut biar tidak ketinggalan terlalu jauh dibelakang. Tentunya dengan menjadi follower seharusnya itu akan memperkaya khazanah keilmuan kita. Terkait dengan kajian perihal deretan bulu yang terdapat di Kawasan Muria dan berbagai pendapat hebat perihal persatuan Pulau Muryo (muria) dengan Jawa yang di kaji melalui catatan sejarah atau kajian kebumian yang diperoleh melalui penelitian secara mendalam yang memperlihatkan data-data valid, yang kemudian di kala banjir isu kita sanggup membacanya secara bebas di internet, apakah kita harus percaya begitu saja? Tentu tidak. Menemukan mereka (bukti) penelitian dari para hebat secara pribadi di lapangan merupakan hal yang luar biasa. Apa lagi dengan cara yang tidak di nyana-nyana.

Seperti kisah Alvian yang menemukan batuan gamping secara tidak sengaja, ia meneliti longsor dan pada ketika menyusuri sungai Ia menemukan kerikil tersebut. Batu yang ia kira sebagai batuan Lava pada pandangan pertama, Karena memang berwarna agak abu-abu di sebelah utara, berbeda dengan yang selatan yang masih mirip Karang, koral berwarna hitam. Alvian kaget pada ketika itu, ia tidak menyangka bahwa akan menemukan ‘barang’ tersebut meski Ia telah membaca bahwa ada deretan Bulu di tempat Muria.

Ternyata ketidak sengajaan itu berbuah suatu anugerah kepada saya ketika alvian mengirim pesan pendeknya bahwa akan mambawakan hadiah kerang dari Ratawu kepada MRC. Tenyata sebuah misteri mulai terkuak, yakni posisi dari bekas lautan yang terangkat.


Salam,

Wahyu Dwi Pranata

Purwodadi



Sumber gamepelajar.xyz

Posting Komentar untuk "Penemuan Kerikil Gamping, Tanda Muria Dulunya Laut"