Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengenang Kartini Tak Harus Berdandan Cara Wanita Jawa

Raden Ajeng Kartini ialah salah satu pendekar nasional Indonesia. Beliau gigih berjuang untuk mengangkat derajat dan martabat perempuan Indonesia. Karena perjuangannyalah perempuan Indonesia dikala ini dapat bersekolah dan bekerja ibarat laki-laki. Sudah sepatutnya kita mengenang jasa-jasa Raden Ajeng Kartini. Tanpa usaha ia perempuan Indonesia dikala ini niscaya masih hidup dalam kungkungan.


Setiap tanggal 21 April kita selalu memperingati hari Lahir Raden Ajeng Kartini. Hari Kartini biasanya dimeriahkan dengan lomba busana ala Kartini yang diikuti oleh bawah umur sekolah dan ibu-ibu. Mereka berbusana dan bergaya ala perempuan Jawa. Fikir mereka lantaran Raden Ajeng Kartini ialah perempuan Jawa, sudah sewajarnya jika mereka berdandan ala perempuan Jawa. Persolannya Haruskah para perempuan Indonesia dari Sabang hingga Meroke berdandan ala Jawa dalam memperingati Hari Kartini?


Beberapa waktu kemudian aku membaca sebuah artikel dari sebuah miling list yang berjudul: “Wajar Orang Papua Ingin Merdeka”. Dalam artikel tersebut dipaparkan dua alasannya ialah kenapa orang Papua ingin merdeka yaitu: Pertama duduk kasus kesejahteraan. Kita semua tahu bahwa hingga kini rakyat Papua banyak yang hidup di bawah garis kemiskinan. Banyak di antara mereka yang menderita kelaparan. Anak-anak Papua banyak yang tidak mengenyam pendidikan, lantaran orang tuanya tidak dapat membiayai mereka sekolah. Jangankan untuk sekolah, untuk makan pun masih terseok-seok. Walaupun Papua kaya sumber daya alam, tapi rakyat Papua tidak dapat menikmati. Berton-ton emas Papua habis dikeruk oleh orang asing. Sementara orang Papua hanya gigit jari.


Kedua tidak dihargainya budaya dan tradisi orang Papua. Orang Papua dipaksa untuk mengikuti budaya dan tradisi Jawa. Hal itu dapat dilihat dari buku-buku pelajaran Bahasa Indonesia yang beredar di Papua. Dalam buku-buku pelajaran Bahasa Indonesia tersebut tidak ada kalimat-kalimat yang pertanda orang Papua dan budayanya. Misalnya Budi pergi ke sekolah. Pardi menggembalakan kerbau di Sawah. Memangnya orang Papua ada yang namanya Budi dan Pardi? Orang Papua tidak pernah pergi ke sawah, lantaran tidak menanam padi. Orang Papua biasa makan sagu dan berburu babi ke hutan.


Gadis-gadis Papua dianggap tidak manis jika berbusana ala Papua. Penampilan mereka seringkali jadi duduk kasus jika mereka melamar pekerjaan. Dan setiap memperingati Hari Kartini gadis-gadis Papua dipaksakan berdandan ala perempuan Jawa. Kaprikornus tidak natural bukan? Cantik itu kan relatif. Cantik berdasarkan perempuan Jawa belum tentu manis bagi perempuan Papua Begitu juga sebaliknya. Ketika seorang gadis berdandan dan berbusana ala wilayahnya dengan baik dan lues, dialah gadis manis bagi daerahnya. Dan gadis itu menjadi kartini bagi daerahnya.


Kartini bukan milik perempuan Jawa saja. Dia juga milik perempuan Sunda, Batak, Minang, Makasar, dan lain-lain. Oleh lantaran itu dalam memperingati hari Kartini perempuan yang bukan orang Jawa tidak harus berdandan cara Jawa. Tunjukkanlah kebinekaan kita dengan berdandan ala wilayahnya masing-masing. Dengan demikian munculah Kartini dari seluruh Indonesia yang terus berjuang untuk kemajuan perempuan Indonesia.



Sumber gamepelajar.xyz

Posting Komentar untuk "Mengenang Kartini Tak Harus Berdandan Cara Wanita Jawa"