Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kerja Keras, Kerja Cerdas, Kerja Ikhlas

Saya ingin bercerita wacana pengalaman yang jarang sekali orang memilikinya Kerja Keras, Kerja Cerdas, Kerja Ikhlas

Saya ingin bercerita wacana pengalaman yang jarang sekali orang memilikinya. Ketika Sekolah Menengah Pertama saya yakni anak yang pemalu. Bahkan untuk berbicara di depan orang banyak pun tak berani. Kebetulan di sekolah saya ada jadwal kultum dan setiap siswa kebagian jatah untuk kultum. Karena saya orang yang tidak mengecewakan “cerdik”, setiap giliran saya kultum, saya tidak akan masuk sekolah. Akhirnya, pada suatu ketika saya terpaksa memberanikan diri untuk memberikan kultum sebab waktu itu tinggal saya yang belum tampil.


Pertama kali saya kultum, saya masih ingat ketika itu saya memberikan hadits wacana “3 amalan yang tidak akan terputus ketika kita meninggal dunia” dan hadits ini sudah saya hafal betul-betul ketika kelas 4 SD. Alhamdulillah, ketika itu saya berhasil menyampaikannya walaupun masih terbata-bata sebab grogi. Entah kenapa ketika saya sudah tampil kemudian muncul harapan untuk tampil lagi memberikan kultum atau memberikan pengumuman. Akhirnya, harapan saya terwujud ketika saya dipercaya oleh teman-teman untuk menjadi wakil ketua OSIS SMP.


Ketika saya menjabat sebagai wakil ketua OSIS, saya cenderung lebih sering tampil ke depan untuk memberi pengumuman. Namun saya belum mengetahui bahwa talenta saya ada di sana. Lulus Sekolah Menengah Pertama saya melanjutkan ke SMA. Masih mengikuti tradisi sebelumnya, Sekolah Menengan Atas yang saya pilih merupakan boarding school. Jadinya saya sekolah plus mondok. Kedua forum tersebut di bawah satu yayasan yang sama. Karena termasuk sekolah yang gres 3 tahun berdiri, tentu saja kondisinya jauh berbeda dengan Sekolah Menengah Pertama saya dulu, terutama dari segi bangunan dan fasilitas. Karena kondisi itulah saya cenderung lebih sering mengeluh ketika awal-awal masuk SMA.


Entah keberuntungan atau memang takdir, tiba-tiba saya melihat seseorang yang bisa mengubah mindset hidup saya. Beliaulah yang kini menjadi mentor saya. Siapa beliau? Beliau yakni Ustadz Ainun Nazhif. Saya melihat semangat hidup dia yang tak pernah mengalah ketika menghadapi suatu masalah. Bahkan ketika kondisi kritis pun dia sanggup menuntaskan problem tersebut dengan penuh ketenangan dan kesabaran.


Beliau banyak sekali menawarkan “DUKUNGAN” pada saya, mulai dari cara berorganisasi yang baik dan benar, cara menjadi “The Real Leader”, bagaimana cara menjalin sebuah networking (jaringan), dan lain sebagainya. Tidak hanya memberi ilmu, dia juga senantiasa menawarkan instruksi dan hikmah ketika saya sedang “bengkok”. Ini yang berdasarkan saya jarang dimiliki oleh guru pada zaman ketika ini. Beliau benar-benar mendidik saya biar kelak menjadi seseorang yang berkarakter sehingga tidak hanya ilmu saja yang banyak tapi perilaku (attitude) juga menjadi komponen penting yang harus tertanam dalam diri saya.


Setiap kali saya mempunyai problem yang berdasarkan saya “sulit”, dia tak segan-segan ikut membantu dan memberi santunan penuh terhadap pencarian solusi dari problem tersebut. Padahal dia yakni orang yang paling sibuk.


Ustadz Ainun Nazhif ketika ini merupakan Direktur Eksekutif yang membawahi SMP-SMA dan pondok pesantren di kawasan saya menimba ilmu. Jika dilihat tentu saja kiprah dia tidak bisa dianggap enteng. Beliau harus berdiri paling pagi dan tidur paling malam untuk memastikan bahwa kegiatan di sekolah dan pondok pesantren berjalan sesuai sistem yang berlaku.


Tidak hanya itu, dia juga menerima amanah sebagai guru FAI (Fikrul Al-Islam) di sekolah, mengajar membaca Al-Quran dengan metode “UMMI”, sekaligus menjadi wali kelas. Saya kadang berpikir bagaimana cara dia melaksanakan itu semua. Tentu ini bukanlah hal ringan untuk dilakukan tapi nyatanya  dia bisa. Yang tak kalah menciptakan saya heran yakni dia masih menambah lagi “beban” amanah di pundaknya. Mau tahu?


Setahun lalu, Ustadz Ainun Nazhif juga menggagas berdirinya pondok tahfidz untuk jenjang SMP. Hal itu dia lakukan di tengah kesibukannya menyerupai yang sudah saya sebutkan di atas. Pondok tahfidz yang diberi nama Villa Alquran tersebut ketika ini sudah mempunyai 16 santri yang berasal dari banyak sekali kota dan pulau di Indonesia.


Usut punya usut ternyata berdirinya pondok tahfidz yang diberi nama Villa Alquran itu bermula dari keprihatinan dia atas minimnya jumlah penghafal Al-Quran. Apalagi untuk kalangan remaja. Tak hanya itu, ternyata ada motivasi spiritual yang melatarbelakanginya. Menurut dia banyak orang berlomba-lomba mencari sebanyak-banyaknya harta dunia, tapi sedikit orang yang ingat  untuk mencari bekal akhiratnya. Hmm, luar biasa, kan? Dengan mendirikan pondok tahfidz ini dia berharap bisa menjadi jalan bagi datangnya pahala sebagai bekal di darul abadi kelak. Beliau ingin mencetak generasi Islam yang memegang sumber dari segala ilmu, yaitu al-Quran. Motivasi inilah yang menciptakan saya makin kagum pada beliau. Di tengah aktivitasnya yang sudah padat dan hiruk pikuk dunia masih memikirkan bekal akhirat.


Masih wacana Ustadz Ainun. Orang lain mungkin tak akan menyangka bahwa dia mempunyai masa kemudian yang “unik”. Meski dari keluarga yang sederhana, dia bisa membiayai dirinya sendiri untuk kuliah di sekolah tinggi tinggi di tengah keraguan orang-orang di sekitarnya. Daya juang yang tinggi selama menempuh kuliah telah mengakibatkan dia sebagai seorang entrepreneur muda di bidang jasa travelling.  Bidang perjuangan ini jadinya bermetamorfosis Biro Umrah dan Haji Bayariq Khalifatama.


Tak hanya jasa travelling, bersama rekan-rekannya dia semasa kuliah merintis berdirinya forum Quantum Spirit “Education and Training” dan duduk sebagai administrator sampai sekarang. Kemampuan public speaking dia tak perlu diragukan lagi. Melalui forum ini dia dan rekan-rekannya telah menginspirasi ribuan orang dari banyak sekali kalangan, menyerupai pelajar, mahasiswa, guru, dosen, karyawan perusahaan, dan sebagainya.


Berkecimpung dalam dunia training jadinya menghantarkan dia bekerja sama dengan BNN (Badan Narkotika Nasional) Jawa Timur tahun 2011 sebagai fasilitator guna melaksanakan upaya penyadaran atas ancaman narkoba di kalangan pelajar. Kerja sama ini berlanjut sampai sekarang. Karena saya termasuk salah satu “muridnya”, saya pun jadi ikut “terseret” menjadi kader BNN Jatim semenjak November 2014 lalu.


Tak hanya dalam urusan public speaking, Ustadz Ainun juga menginspirasi saya dalam hal meng-organize, baik meng-organize acara/kegiatan maupun meng-organize orang lain. Saya banyak berguru dari dia wacana hal tersebut sebab ilmu meng-organize ini memang saya butuhkan dalam menjalankan OSIS di sekolah. Banyak konsep dan ide-ide segar saya dapatkan dari hasil ngobrol dengan beliau. Kecanggihan dia tak lepas dari pengalaman dia dalam event organizer untuk sejumlah event, baik skala kota sampai skala propinsi dengan massa puluhan ribu orang. Tentu saja ini menjadi amunisi semangat bagi saya dalam berorganiasi.


Banyak capaian yang saya raih dengan mengakibatkan dia sebagai mentor saya. Salah satunya pada bulan April 2015 saya berhasil menerbitkan buku debut saya yang pertama berjudul SANTRI UNTOLD. Alhamdulillah, berkat santunan dan instruksi dia buku saya bisa terbit di usia saya yang masih muda. Tak hanya itu, dia telah menghantarkan saya dengan sukses menyalurkan hobi “ngomong” saya sebagai MC (Master of Ceremony) dalam program MY MOVEMENT pada Februari 2015 kemarin untuk sebuah event dewasa dengan penerima lebih dari 1.000 orang. Saya juga berkesempatan menjadi Host dalam program Talk Show Bersama Felix Siauw pada Maret 2015 dengan penerima lebih dari 1.000 orang remaja.


Di tengah kesibukan dia ketika ini, dia masih menyempatkan waktu untuk menyebarkan ilmu dan memberi hikmah kepada saya. Sikap inilah yang menciptakan hati saya tergugah. Boleh dibilang bahwa Ustadz Ainun Nazhif yakni orang bau tanah kedua saya sehabis bapak dan ibu saya di rumah. Beliau merupakan sosok eksklusif yang ramah, menyenangkan, tegas, dan berprinsip.


Dari dia saya banyak berguru sehingga mengakibatkan saya mempunyai sifat PERCAYA DIRI yang sebelumnya saya yakni PENGECUT. Beliau yang mengakibatkan saya mempunyai sifat PANTANG MENYERAH yang sebelumnya saya yakni orang yang gampang PUTUS ASA. Beliau juga yang mengakibatkan saya mempunyai sifat BERANI MENGAMBIL RISIKO yang sebelumnya saya yakni orang yang PERHITUNGAN. Dari semua yang saya ceritakan di atas, Ustadz Ainun Nazhif yakni sosok pekerja keras dan cerdas dalam mengambil keputusan. Segala kerja kerasnya diniatkan untuk menggapai ridha Allah SWT. Inilah alasan saya mengakibatkan dia sebagai sosok yang menginspirasi.



Sumber gamepelajar.xyz

Posting Komentar untuk "Kerja Keras, Kerja Cerdas, Kerja Ikhlas"