Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

4 Kisah Sukses Bisnis Sambal, Pedasnya Beromzet Ratusan Juta

Hampir tiap jenis santapan di Indonesia kurang sedap rasanya jika tak dilengkapi sambal. Sensasi pedas cabai dengan racikan bumbu lain bahkan bisa menambah nafsu makan. Bahkan gak sedikit orang yang merasa kurang nikmat jika makan tanpa sambal. Betul gak?

Fakta tersebut jadi peluang bisnis yang menjanjikan. Sekalipun hanya sebagai pendamping makanan, jika digarap dengan tepat, bisnis sambal bisa memberi keuntungan besar. Hal itulah yang telah berhasil dibuktikan oleh para pengusaha berikut ini.

Sambal CUK

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Sambal Cuk Surabaya (@sambal_cuk_surabaya) on

Ide bisnis justru datang pada Mujiati saat ia masih menjadi karyawan. Kegemarannya pada makanan pedas membuat ia rutin membawa sambal buatan sendiri ke kantor. Kala itu, teman-teman kantor yang ikut mencicipi mengakui kelezatan sambal buatannya.

Sampai akhirnya Mujiati berpikir untuk membuat bisnis sambal kemasan. Sebagai seorang marketing ia pun menerapkan strategi penjualan yang cukup jitu. Mujiati menggunakan kata “Cuk” sebagai nama brandnya. Hal ini lantaran kata tersebut sudah familiar bagi warga Jawa Timur. Namun, agar tak terkesan sebagai umpatan semata, “Cuk” dijadikan singkatan dari “Cabe Uleg Kemasan”.

Mulanya, Mujiati hanya memasarkan produk sambelnya pada rekan-rekan di kantor dan secara online. Kini ia sanggup memproduksi hingga 3.000 botol per bulan dan memiliki belasan karyawan. Tak hanya di Indonesia Sambal CUK juga sudah dipesan dari pelbagai negara seperti Singapura, Taiwan, Cina, dan Texas. Dalam sebulan Sambal CUK mampu meraih omzet hingga Rp 500 juta.

Sambal Dede Satoe

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Chilious (@chiliousshop) on

Masih dari Surabaya, Susilaningsih juga menuai kesuksesan berkat berbisnis sambal. Pensiunan Pemprov Jatim tersebut memulai bisnis pada 2011 lalu bermodalkan 1 kilogram cabai. Ia pun aktif mengikuti kegiatan Pahlawan Ekonomi untuk belajar lebih dalam mengenai bisnis kuliner.

Dalam membuat sambal yang diberi merek Sambal Dede Satoe ini, Susilaningsih mengaku tak memakai MSG maupun pewarna buatan. Ketekunan Susilaningsih membawa hasil. Bisnis sambalnya membuat ia menyabet pelbagai penghargaan seperti juara 2 Pahlawan Ekonomi, Juara 1 Pangan Award Kementerian Perdagangan, dan sebagainya.

Dengan kemahiran memasak dan terus mengasah kemampuan bisnisnya, Susilaningsih yang semula hanya menjual produk ke tetangga kini berhasil menembus pasar Internasional, salah satunya Amerika Serikat. Ia juga telah memiliki belasan karyawan untuk membantunya produksi puluhan kilogram cabai dan bawang setiap harinya.

Tjap Lombok Oedel

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Sambal Tjap Lombok Oedel (@sambal_oedel) on

Iin atau Indah Adiati semula adalah karyawan di perusahaan transportasi batubara. Namun, ia memilih mengundurkan diri untuk bisa mengurus dua anaknya. Semenjak tak bekerja lagi, ia sering bereksperimen dengan masakan termasuk sambal. Sampai akhirnya ia tergoda untuk menjajal jadi pengusaha.

Bersama sang adik yang merupakan chef di kapal pesiar, ia melakukan uji coba resep sambal hingga 10 kali demi menemukan rasa yang paling lezat. Akhirnya, dengan modal Rp 500 ribu pada 2012, ia merilis produk pertamanya berupa puluhan botol sambal.

Tak main-main dengan bisnisnya tersebut, Iin bahkan melakukan studi banding ke Thailand untuk mempelajari teknik pengemasan yang ideal. Kini, dalam sebulan sambal buatan Iin yang diberi merek Tjap Lombok Oedel tersebut telah diproduksi hingga 4.000 botol.

Produknya tersebut juga sudah dipasarkan hingga ke Australia, Belanda, Inggris, Spanyol, Perancis, Malaysia, dan pelbagai negara lainnya. Dalam sehari, Iin mampu mendapatkan keuntungan rata-rata sebesar Rp 5 juta.

Sambal Cap Ibu

 

View this post on Instagram

 

A post shared by CAP IBU (@cap_ibu) on

Dari warung makan kecil-kecilan, Narita Susanty pemilik Sambal Cap Ibu berhasil meraup omzet hingga Rp 280 juta. Sambal yang semula hanya sebagai pendamping menu makanan di warungnya ternyata memiliki banyak penggemar. Akhirnya, ia pun memutuskan untuk mengemas sambalnya dan memberikan merek Sambal Cap Ibu.

Pemasaran awal dilakukan dari mulut ke mulut dan dipasarkan pada orang-orang di lingkungan rumahnya. Lalu, saat ia memutuskan berjualan secara online, permintaan semakin meningkat hingga dari pelbagai negara. Dalam sebulan ia mampu menjual 700 hingga 1.000 karton atau 16.800 hingga 24.000 botol.

Harga cabai yang cenderung fluktuatif bisa menjadi tantangan tersendiri bagi para pengusaha sambal di atas. Tapi, selama mau berusaha dan terus berinovasi nikmat pedasnya sambal bukan hanya enak di lidah tapi juga di dompet. Semoga terinspirasi! (Editor: Winda Destiana Putri).

 

Posting Komentar untuk "4 Kisah Sukses Bisnis Sambal, Pedasnya Beromzet Ratusan Juta"