Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

5 Alasan Buat Stop Reksadana Saham dan Pilih Membeli Saham Langsung

Terkadang kita semua bakal dihadapkan pada dua pilihan yang membingungkan antara mau beli saham langsung atau investasi reksadana saham aja. Patut diketahui nih, walaupun judulnya sama-sama saham tapi dua-duanya jelas berbeda.

Baik investasi saham langsung maupun reksadana saham sering dikatakan sebagai instrumen yang sifatnya berisiko tinggi. Namun return-nya juga jelas besar tentunya.

Baca juga: Ragu Investasi Saham Gara-Gara Belum Ngerti? Belajar dari Sumber Ini

Akan tetapi, investasi saham langsung tampaknya jauh lebih menguntungkan ketimbang lewat reksadana saham. Meski seringkali disebut bahwa, reksadana saham cocok buat mereka yang belum berani terjun langsung ke investasi saham

Baca juga: Tertarik Bermain di Investasi Saham? Ini Lho 6 Biang Kerok yang Bikin Miskin

Pengin tahu apa alasannya? Berikut ulasan lengkapnya yang udah dirangkum oleh MoneySmart.id di bawah ini:

1. Modal awal beli saham bisa lebih murah daripada reksadana saham

Nyatanya modal buat beli saham lebih murah ketimbang reksadana saham, (Ilustrasi/Shutterstock).

Ada sekian banyak perusahaan yang melantai di bursa saham dengan harga yang sangat variatif. Ada yang Rp 1.000 perlembar, Rp 40 ribuan, Rp 500 perak, atau Rp 50 perak per lembar juga ada.

Buat membeli saham, kita minimal harus membelinya sebanyak 1 lot atau sekitar 100 lembar. Bayangkan aja seandainya harga per lembarnya cuma Rp 50 perak maka buat punya 100 lembar atau 1 lot kamu cuma butuh Rp 5 ribu perak.

Baca juga: Ini Daftar Saham yang Sangat Direkomendasikan Kalau Pengin Untung Banyak

Hal ini jelas membuat investasi saham langsung lebih murah ketimbang membeli reksadana saham yang modal awalnya Rp 50 ribu atau Rp 100 ribuan.

2. Potensi return atau kerugian lebih terpantau dengan detail

Potensi return atau kerugian lebih terpantau dengan detail, (Ilustrasi/Shutterstock).

Ketika kamu beli saham langsung, maka pergerakan harga bisa terlihat dengan jelas melalui grafik. Selain itu, kamu juga bisa memantau berapa besar jumlah transaksi sebuah saham di bursa.

Intinya dalam setiap detik kamu bisa memonitor berapa keuntungan dan kerugianmu dalam investasi ini. Lain halnya dengan reksadana saham.

Reksadana saham juga bisa dipantau perhari, akan tetapi patokannya hanya pada harga NAB per unit yang berubah mengikuti Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

3. Bisa pilih saham sesuai yang kamu mau

Pilih yang sesuai dengan keinginan mu agar bisa dapatkan keuntungan, (Ilustrasi/Shutterstock).

Sebelum membeli reksadana saham, kamu diharuskan membaca prospektusnya terlebih dulu buat mengetahui saham-saham apa yang masuk dalam portfolio investasi reksadana tersebut. Misalnya, satu produk reksadana berfokus pada saham konsumer, perbankan, dan konstruksi sementara itu, reksadana lain fokusnya ke pertambangan, konsumer, dan properti.

Dan intinya, kamu tinggal terima beres lantaran manager Investasi bakal bekerja buat membuat reksadanamu dan mendatangkan return yang baik.

Hal itu justru berisiko ketimbang beli saham langsung. Mengapa demikian? Karena ketika sektor saham yang masuk dalam portfolio investasi reksadana itu sedang anjlok, maka potensi ruginya juga besar. Karena kamu gak bisa melakukan switching saham.

Seandainya kamu membeli saham langsung, maka kamu bisa memilih saham-saham yang performanya sedang naik di hari ini. Otomatis, gak mustahil untuk bisa dapat keuntungan lebih dari 1 hingga 5 persen sehari.

Namun hati-hati, satu saham juga bisa anjlok sekitar lebih dari 5 persen sehari lho. Kalau saham gorengan malah lebih parah.

4. Transaksi jual beli saham jauh lebih cepat

Transaksi jual beli saham lebih capt lho, (Ilustrasi/Shutterstock).

Proses beli saham memang cepat ketimbang beli reksadana saham. Kamu hanya perlu top up uang ke rekening dana nasabah, dan uang itu akan berfungsi layaknya kas buat  membeli saham yang diperdagangkan di bursa.

Setelah duitnya masuk, kamu tinggal pilih saham mana yang ingin kamu beli. Ketika harganya sudah sesuai dengan yang kamu cantumkan, maka saham tersebut bakal masuk dalam porfolio investasimu.

Begitu pula dengan menjualnya, kamu bisa atur berapa lot atau di harga berapa kamu pengin menjualnya. Ketika saham terjual, maka uang hasil penjualan itu bakal  masuk ke rekening efek dan bisa kamu transaksikan lagi buat membeli saham lainnya. Mudah bukan?

Buat reksadana saham, butuh setidaknya waktu hingga 7 hari kerja mentransfer uang hasil investasi reksadana ke rekeningmu. Intinya, prosesnya gak bakalan secepat beli saham langsung.

5. Beli saham bisa dapat dividen

Ketika kamu beli saham dividennya juga jelas lho, (Ilustrasi/Shutterstock).

Apa itu dividen? Dividen adalah pembagian laba kepada pemegang saham berdasarkan banyaknya saham yang dimiliki.

Sebuah perusahaan bakal mengumumkan pembagian dividen ke pemegang saham dengan jumlah yang ditentukan. Misalnya Rp 100 perak perlembar, maka jika seandainya kamu memegang 100 lembar alias 1 lot, kamu bisa mendapat dividen sebesar Rp 10 ribu.

Saham-saham yang ingin membagi dividen kadang diborong investor menjelang sesi pembagian. Setelah itu bakal dilepas hingga hargannya terkoreksi.

Keuntungan seperti ini jelas gak bisa dinikmati oleh investor reksadana saham. Mereka cuma bisa menikmati returns sesuai dengan perubahan NAB per UP setiap hari.

Itulah alasan kuat mengapa beli saham langsung lebih untung ketimbang investasi reksadana saham. Tertarik untuk mencoba beli langsung? Nah, buat kamu yang pengin mencoba dua instrumen di atas bisa lho memulainya.

Tapi gak ada salahnya kok kamu belajar dengan yang udah berpengalaman dalam dua instrumen tersebut. Jadi kamu bisa mempertimbangkan mana yang bakal dipilih buat dimainkan. (Editor: Mahardian Prawira).

Posting Komentar untuk "5 Alasan Buat Stop Reksadana Saham dan Pilih Membeli Saham Langsung"