Apa Syarat Penting Berangkat Haji?
Jika pertanyaan ini mau dijawab dengan jujur, sebenarnya jawaban dari pertanyaan syarat penting berangkat haji hanya : sudah punya uang. Sedangkan alasan-alasan lain hanyalah excuse alias alasan-alasan yang kita buat-buat sendiri. Terkait dengan keadaan "sudah punya uang" ini menyiratkan bahwa agama Islam menyuruh kita untuk jadi orang kaya. Atau setidaknya jangan jadi orang yang gembel-gembel banget, sampe-sampe selama masa produktif dari umur 25 hingga 45 tahun, masak iya tabungan 20 tahun nggak bisa sampe buat biaya haji yang berkisar $4000 saja?
Penulis masih ingat salah satu pesan dari teman penulis, Aldo, yang di umur belia (kurang lebih 21 tahun, saat masih kuliah) sudah bisa berangkat haji. "Bo, salah satu hikmah dari berhaji adalah minimal sekali dalam seumur hidup, kita pernah ke luar negeri. Melihat luasnya dunia". Daripada jalan-jalan ke Singapore, Hongkong, atau mana saja hanya sekadar shopping-shopping tas branded (yang sebenernya bisa didapat dari eBay atau situs online lain dengan harga murah), lebih baik jalan-jalan ke luar negerinya ditukar dengan "jalan-jalan" ke Arab Saudi.
Ibadah haji ini termasuk ibadah fisik, jadi semakin kita tua, semakin besar pula kemungkinan kita bakal pulang tinggal nama, alias mokat di tanah suci. Bayangkan saja kalau kita baru berangkat haji di usia di atas 60 tahun. Mengelilingi Ka'bah sekali saja sudah ngos-ngosan. Belum sa'i, belum lempar jumroh. Belum nanti di sana pasti cuacanya beda dengan di tanah air. Hidung meler sudah pasti, badan bisa remuk redam kalau stamina tak kuat. Apalagi nanti kita bersinggungan badan dengan jamaah Afrika, orangnya kasar-kasar. Disenggol sedikit kita bisa jatuh, desak-desakan.
Dari simulasi tersebut kita bisa lihat, memang di akhir tahun ke-10, uang yang dimiliki Pak Badu jauh melebihi Pak Amir. Namun kita mesti ingat bahwa setelah 10 tahun, keadaan sudah tak sama lagi. Pak Badu mungkin punya uang yang lebih banyak, tapi ia tidak bisa langsung berangkat haji. Ia harus menunggu minimal selama 15 tahun (tidak mungkin masa antrinya masih 10 tahun), dan initial cost untuk bayar "DP" haji mungkin sudah bukan Rp 25juta. Setelah tambahan yang 12 tahun itu, dengan mengasumsikan peningkatan biaya haji per tahun sebesar 4% dan penurunan nilai tukar rupiah sebesar 0.5% per tahun, maka hitung saja sendiri berapa yang harus dikeluarkan Pak Badu setelah harus menunggu sekian puluh tahun.
Sedangkan Pak Amir, maksud saya Haji Amir, boleh jadi tak sekaya Pak Badu. Tapi ia telah menginvestasikan waktu, sesuatu yang tak akan bisa kembali. Selagi Pak Badu masih menunggu giliran untuk berangkat haji, kualitas hidup Haji Amir sudah meroket jauh. Dulunya seneng pasang togel, sekarang udah nggak. Sholat selalu tepat waktu, ngaji lancar, nggak pernah ngomongin orang lagi, dsb. Udah Haji men, malu kalo masih maksiat dan cabul.
Jadi, kapan kita ke bank?
Penulis masih ingat salah satu pesan dari teman penulis, Aldo, yang di umur belia (kurang lebih 21 tahun, saat masih kuliah) sudah bisa berangkat haji. "Bo, salah satu hikmah dari berhaji adalah minimal sekali dalam seumur hidup, kita pernah ke luar negeri. Melihat luasnya dunia". Daripada jalan-jalan ke Singapore, Hongkong, atau mana saja hanya sekadar shopping-shopping tas branded (yang sebenernya bisa didapat dari eBay atau situs online lain dengan harga murah), lebih baik jalan-jalan ke luar negerinya ditukar dengan "jalan-jalan" ke Arab Saudi.
Naik Haji Modal Rp 500ribu
Kalau kata Ustad Yusuf Mansur, sebenernya hanya perlu gopek ceng alias Rp 500rebu, untuk naik haji. Ya benar, cukup dengan Rp 500ribu saja, kita sudah bisa berhaji. Caranya? Bawa duit gopek ceng ke Bank Syariah, terus bilang mau buka rekening haji. Ya cukup kan? Cukup apa? Cukup untuk membuktikan azzam atau niat kita, bahwa kita benar-benar ingin menunaikan panggilan ilahi. Nanti bila kita punya rejeki lebih, baru mulai menyisihkan 50ribu, 100ribu, atau 1juta ke rekening haji yang sudah kita buat.Ibadah haji ini termasuk ibadah fisik, jadi semakin kita tua, semakin besar pula kemungkinan kita bakal pulang tinggal nama, alias mokat di tanah suci. Bayangkan saja kalau kita baru berangkat haji di usia di atas 60 tahun. Mengelilingi Ka'bah sekali saja sudah ngos-ngosan. Belum sa'i, belum lempar jumroh. Belum nanti di sana pasti cuacanya beda dengan di tanah air. Hidung meler sudah pasti, badan bisa remuk redam kalau stamina tak kuat. Apalagi nanti kita bersinggungan badan dengan jamaah Afrika, orangnya kasar-kasar. Disenggol sedikit kita bisa jatuh, desak-desakan.
Simulasi Biaya Haji
Mari kita simulasikan, orang yang sama-sama punya uang Rp 25juta. Pak Amir langsung menggunakan mendaftar haji, lalu menabung lagi sekitar 10 tahun sambil menunggu masa berangkat. Sedang Pak Badu, tetap menyimpan Rp 25juta tersebut dalam bentuk RDN atau reksana dana paling optimis (dengan maksud sewaktu-waktu dananya bisa diambil), sambil terus menunggu. Keduanya menabung Rp 1 juta per tahun hingga 10 tahun, dan mendapatkan return 20% (paling optimis) per tahun.Dari simulasi tersebut kita bisa lihat, memang di akhir tahun ke-10, uang yang dimiliki Pak Badu jauh melebihi Pak Amir. Namun kita mesti ingat bahwa setelah 10 tahun, keadaan sudah tak sama lagi. Pak Badu mungkin punya uang yang lebih banyak, tapi ia tidak bisa langsung berangkat haji. Ia harus menunggu minimal selama 15 tahun (tidak mungkin masa antrinya masih 10 tahun), dan initial cost untuk bayar "DP" haji mungkin sudah bukan Rp 25juta. Setelah tambahan yang 12 tahun itu, dengan mengasumsikan peningkatan biaya haji per tahun sebesar 4% dan penurunan nilai tukar rupiah sebesar 0.5% per tahun, maka hitung saja sendiri berapa yang harus dikeluarkan Pak Badu setelah harus menunggu sekian puluh tahun.
Sedangkan Pak Amir, maksud saya Haji Amir, boleh jadi tak sekaya Pak Badu. Tapi ia telah menginvestasikan waktu, sesuatu yang tak akan bisa kembali. Selagi Pak Badu masih menunggu giliran untuk berangkat haji, kualitas hidup Haji Amir sudah meroket jauh. Dulunya seneng pasang togel, sekarang udah nggak. Sholat selalu tepat waktu, ngaji lancar, nggak pernah ngomongin orang lagi, dsb. Udah Haji men, malu kalo masih maksiat dan cabul.
Jadi, kapan kita ke bank?
Posting Komentar untuk "Apa Syarat Penting Berangkat Haji?"