Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Penghasilan Sopir Angkot Ibu Kota dengan Rp 3 Jutaan Per Bulan, Layak?

Biaya hidup di ibu kota seperti Jakarta sekarang ini emang terbilang tinggi bagi mereka yang berpenghasilan kecil. Lalu gimana dengan nasib sopir angkot yang bersaing dengan ojek dan taksi online demi mengejar setoran dan buat memenuhi biaya hidup sehari-hari?

Angkutan umum seperti mikrolet, kopaja dan metro mini emang sejatinya dulu primadona transportasi bagi kebanyakan orang di Jakarta. Seiring perkembangan zaman, angkutan umum seperti kopaja, metro mini dan mikrolet emang udah mulai ditinggalkan perlahan oleh banyak masyarakat.

Kehadiran ojek dan taksi online, mau gak mau bikin para sopir angkot mesti bekerja keras demi mendapatkan uang buat kebutuhan hidup. Belum lagi, bagi mereka sopir angkot yang udah berkeluarga dan tentunya mengeluarkan biaya buat menghidupi istri dan anak-anak.

Gaya masyarakat menggunakan transportasi kini juga nampaknya juga udah mulai bergeser ya. Kebanyakan dari mereka lebih memilih menggunakan transportasi buat beraktivitas seperti KRL Commuterline, Transjakarta, ojek dan taksi online.

Dengan adanya perubahan gaya masyarakat menggunakan transportasi yang lebih cepat dan singkat, mau gak mau memiliki dampak bagi sopir angkot saat ini. Belum lama ini tim redaksi MoneySmart.id mencoba menggunakan transportasi umum seperti mikrolet dan kopaja.

Baca juga: Buat Ngopi Habiskan Sejuta, Ini Potret Gaya Hidup Milenial Jakarta

Mereka pun mencurahkan isi hatinya lantaran sepi penumpang sejak keberadaan transportasi online. Penghasilan mereka pun beragam, contohnya Boan Bachtiar sopir angkot trayek Pasar Minggu – Kampung Melayu, ia pun menceritakan sepinya penumpang sejak adanya transportasi online.

Boan Bachtiar sopir angkot yang hanya mendapatkan uang per hari sebesar Rp 100 ribu

Boan Bachtiar sopir angkot yang hanya mendapatkan uang per hari sebesar Rp 100 ribu, (Indri Solihin/MoneySmart.id).

Bachtiar begitu sapaan akrabnya, pria berusia 53 tahun itu mendapatkan penghasilan kisaran Rp 100 ribu per harinya. Dengan angkot yang ia sewa, Bachtiar mau gak mau mesti menyetor ke pemilik angkot sekitar Rp 150 ribu.

Per minggu Bachtiar mengumpulkan uang sebesar Rp 700 ribu, itu pendapatan bersih lho. Sebagai sopir angkot yang udah bekerja hanpir puluhan tahunm Bachtiar per bulannya menghasilkan uang Rp 3,1 juta.

Uang sebesar Rp 3,1 juta itu ia gunakan buat biaya hidup dirinya bersama keluarganya. Beruntungnya ia udah menuntaskan pendidikan anaknya hingga jenjang Strata 1. Jadi penghasilan dirinya sebagai sopir angkot sebesar Rp 3,1 juta ia gunakan pas hanya buat biaya hidup sehari-hari.

Baca juga: Ini Lho Rahasianya Kenapa Ada Generasi Milenial yang Punya Banyak Uang

Pendapatannya sebesar Rp 3,1 juta emang sepenuhnya sebesar itu. Ia pun kadang mengeluhkan sepinya penumpang mau gak mau pendapatan dirinya gak sepenuhnya Rp 3,1 juta. Buat biaya hidup sehari-hari, Bachtiar emang hanya mengeluarkan uang Rp 100 ribu yang ia gunakan buat dapur .

Manik sopir angkot trayek M 36 ini mendapatkan penghasilan pe hari Rp 100 ribu

Manik sopir angkot trayek M 36 ini mendapatkan penghasilan pe hari Rp 100 ribu, (Indri Solihin/MoneySmart.id).

Berbeda lagi dengan Manik, pria usia 65 tahun ini juga sempat mengeluhkan nih dengan pendapatannya yang gak menentu. Sebagai sopir angkot trayek Pasar Minggu – Jagakarsa, Manik sehari-hari mendapatkan upah sebesar Rp 100 ribu. Upah sebesar Rp 100 ribu itu merupakan pendapatan bersih dirinya sebagai sopir angkot.

Dalam seminggu, Manik bisa mengumpulkan uang sebesar Rp 700 ribu. Pria paruh baya ini udah lama lho mengendarai angkot trayek M 36, angkot usangnya pun membantu dirinya dalam bernapas demi menghidupi istri dan anak-anaknya.

Baca juga: Gaji Sampai Rp 64 Jutaan per Bulan, Biaya Hidup di Australia Tinggi?

Dalam seminggu, Manik mendapatkan penghasilan bersih dari narik angkot itu sebesar Rp 700 ribu. Kalau dihitung-hitung dalam sebulan, Manik mendapatkan penghasilan sebesar Rp 2,7 juta. Uang sebesar Rp 2,7 juta ini tentunya ia gunakan buat biaya hidup seperti bayar kontrakan sebesar Rp 900 ribu. Dengan penghasilan sebesar Rp 2,7 juta, ia mesti mengeluarkan biaya kontrakan sebesar Rp 900 ribu, mau gak mau penghasilan ia berkurang dan menjadi Rp 1,8 juta.

Kalau dihitung-hitung, Manik buat sehari-hari ia mengeluarkan uang sebesar Rp 58 ribu buat biaya hidup. Wah! Dengan uang sebesar Rp 58 ribu demi dapur tetap hangat apa iya cukup?

Sugiono sopir kopaja dengan penghasilan bersih per hari Rp 150 ribu

Sugiono sopir kopaja dengan penghasilan bersih per hari Rp 150 ribu, (Indri Solihin/MoneySmart.id).

Redaksi MoneySmart.id pun mencoba mencari perbandingan sopir angkot lainnya. Kali ini, sopir kopaja trayek Pasar Minggu – Cipulir, yang berpenghasilan sebesar Rp 4,6 juta per bulannya.

Sugiono begitu sapaan akrab sopir kopaja trayek S 614, pria berusia 54 tahun ini per harinya mendapatkan penghasilan bersih sebesar Rp 150 ribu. Dalam seminggu ia bisa mengumpulkan uang sebesar Rp 1 jutaan. Sebagai sopir kopaja, Sugiono emang terbilang lumayan dibandingkan sopir angkot yang udah kami wawancarai.

Sugiono dalam sebulan bisa mendapatkan uang sebesar Rp 4,6 juta. Uang sebesar Rp 4,6 juta emang gak semerta-merta utuh begitu aja lho. Ia pun mesti mengeluarkan biaya lainnya buat menghidupi keluarganya.

Membayar uang kontrakan sebesar Rp 700 ribu, Sugiono lakukan setiap bulannya. belum lagi biaya sekolah buat sang anak per bulannya sebesar Rp 150 ribu. Memiliki tanggungan anak yang masih sekolah mau gak mau Sugiono juga mesti mengeluarkan uang saku buat sang buah hati.

Uang sebesar Rp 420 ia keluarkan buat uang saku sang anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Sebagai sopir kopaja, Sugiono mengeluarkan uang sebesar Rp 109 ribu buat biaya hidup sehari-hari.

Melihat fenomena ini Ekonom Eko Listiyanto dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) turut angkat bicara nih. Berdasarkan data di atas, biaya hidup para sopir angkot ini emang jauh dari kata layak.

“Jadi kalau ini kan survei di level mikro hitung pengeluarannya berapa lalu kemudian dihitung pendapatannya berapa sehingga ketemulah angka-angka tersebut,” ungkap Eko Listiyanto

Penghasilan para sopir angkot di atas terbilang gak layak dan masih pas-pasan

Penghasilan para sopir angkot di atas terbilang gak layak dan masih pas-pasan, (Ilustrasi/Pixabay.com).

“Tapi kalau dalam konsep kesejahteraan bisa diangkat salah satunya melalui angka UMP. Tetapi UMP itu juga sebetulnya sifatnya masih pekerja lajang sehingga kalau kita mengacu UMP saja, UMP DKI saja masih sekitar 3,9 juta jadi dari angka-angka ini akan kelihatan yang berada di bawah 3,9 juta kemungkinan bisa dikatakan masih kurang layak atau katakanlah pendapatannya rata-rata masih di bawah standar,” jelasnya.

Nah, seperti yang kita ketahui bahwa buat UMP DKI tahun ini aja sebesar Rp 3.648.035. Penghasilan para sopir angkot di atas bisa dilihat juga dari indikator UMP DKI saat ini.

“Cara kedua yang dilakukan oleh BPS itu adalah melalui garis kemiskinan, kemiskinan di DKI Jakarta itu per September 2018 kemarin pemdapatan 607 ribu itu per individu per bulan,” jelasnya.

“Rata-rata satu keluarga ada 4 orang, satu ayah satu ibu dengan 2 orang anak maka 607 ribu dikalikan 4 sekitar 2,4 juta,” ungkapnya lagi.

“Kategori mereka tidak bisa dibilang miskin. Tetapi ternyata kalau dihitung menggunakan pendekatan UMP mereka masih di bawah jauh UMP, karena UMP itu kan pekerja lajang dan ini adalah keluarga dan setelah saya kalkulasi dari biaya hidup dan setelah dikurangi bayar sekolah, uang jajan anak dan lain-lain tinggal biaya makan dan ternyata hampir bisa dikatakan pas-pasan,” tegasnya.

Dengan penghasilan sopir angkot yang terbilang pas-pasan ini, kebanyakan dari mereka pun gak punya biaya darurat bahkan buat investasi aja gak ada. Kalau dilihat dari keseluruhan uang yang mereka dapatkan buat biaya hidup terbilang pas-pasan.

“Rata-rata tidak ada sisanya paling sisanya 100 ribuan saja sehingga secara umum berarti ini di bawah ideal dari pendapatan masyarakat umum dan bisa ditarik kesimpulan pas-pasan kehidupan sopir angkot secara makro,” pungkasnya.

Melihat cerita di atas, gimana nih kalian melihat pendapat para sopir angkot tadi? Dengan standar UMP DKI tahun ini, pendapatan sopir angkot dengan nominal yang segitu bisa dibilang pas-pasan. 

Reporter : Pramdia Arhando

Editor: Mahardian Prawira Bhisma

Grafis : Indri Solihin 

Posting Komentar untuk "Penghasilan Sopir Angkot Ibu Kota dengan Rp 3 Jutaan Per Bulan, Layak?"