Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Centro Semanggi Tutup, Deretan Ritel Ini Duluan Gulung Tikar

Lagi-lagi bisnis ritel di Indonesia mengalami kelesuan. Kali ini kabar buruk datang dari ritel asal Malaysia, Centro. Centro memutuskan untuk menutup gerai mereka yang ada di Plaza Semanggi dan sudah berdiri sejak tahun 2003. Centro memutuskan untuk tidak memperpanjang sewanya pada 31 Desember 2018.

Alasannya, gerai tersebut sepi pengunjung. Sebenarnya tidak hanya gerai Centro saja. Plaza Semanggi itu sendiri juga mengalami penurunan pengunjung. Akses ke Plaza Semanggi yang kini sedikit sulit dituding sebagai penyebab utama tren penurunan jumlah pengunjung.

Keputusan ini diambil demi keberlangsungan bisnis Centro ke depan. Nyatanya, Centro kini tengah mempersiapkan gerai barunya di Depok.

Penutupan ini tentunya berdampak buat para karyawannya. Tidak seperti ritel-ritel lain yang tutup sebelumnya, Centro tidak melakukan pemutusan hubungan kerja besar-besaran. Mereka memberikan kesempatan bagi karyawan mau tetap lanjut atau berhenti. Kalau lanjut, mereka akan dipindahkan ke cabang Centro lainnya yang tengah membutuhkan karyawan.

Sebelum Centro tutup, selama dua tahun belakangan sejumlah ritel makanan maupun fashion juga melakukan penutupan gerai. Yuk kita simak gerai apa aja.

Baca juga: Bisnis Lagi Lesu, Ini Lika-liku Perjalanan Hero dari Tahun 70-an Hingga Kini

1. 7 Eleven

7 Eleven, ritel yang tutup sebelum Centro. (Instagram/@7_elevenid)
7 Eleven, ritel yang tutup sebelum Centro. (Instagram/@7_elevenid)

7 Eleven pertama kali membuka gerainya di Bulungan, Jakarta Selatan pada tahun 2009. Ritel atau supermarket ini awalnya menunjukkan performa yang apik. Hingga tahun 2014 saja mereka telah berhasil membuka 190 gerai.

Tapi sejak tahun 2015 kejayaan mereka mulai meredup. Ditambah dengan persaingan ketat dengan ritel serupa seperti Lawson, Family Mart, dan Indomaret Poin.

Selain itu, pelarangan penjualan minuman beralkohol di supermarket juga dinilai sebagai penyebabnya. Sebab, perlu dicatat juga sejak berdirinya di Indonesia, 7 Eleven dikenal sebagai tempat nongkrong sekaligus nge-beer buat anak muda.

Puncak kerugian 7 Eleven terjadi di tahun 2017, di mana saat itu pendapatan mereka turun drastis sebesar 50 persen dari tahun 2016. Mereka pun merugi sampai Rp 456 miliar.

Seluruh gerai 7 Eleven pun resmi ditutup pada tanggal 30 Juni 2017.

Baca juga: Carrefour Buka Gerai di Tengah Lautan Pertama di Dunia

2. Lotus

Lotus, department store yang tutup sebelum Centro. (Instagram/@lotusdept)
Lotus, department store yang tutup sebelum Centro. (Instagram/@lotusdept)

PT Mitra Adi Perkasa memutuskan buat menutup ritel Lotus Departemen Store di tahun 2017. Puncaknya adalah pada bulan Oktober, 5 gerai Lotus yang tersebar di berbagai lokasi resmi tidak beroperasi lagi.

Gerai Lotus yang paling terkenal ada di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat. Sebelum menutup operasinya, mereka menggelar diskon besar-besaran untuk seluruh produk fashion mereka, sekaligus cuci gudang.

Alasan penutupan pun sama seperti yang dilakukan oleh Centro dan 7 Eleven. Catatan penjualan mereka gak menggembirakan sama sekali. Di saat bersamaan, PT Mitra Adi Perkasa juga tengah melakukan restrukturisasi divisi department store mereka. Dampaknya, karyawan pun terpaksa di PHK, meskipun gak jelas berapa jumlahnya.

Wah sayang banget ya, padahal Lotus ini sering lho ngasih diskon sepatu-sepatu bermerek ternama.

Baca juga: Trik Supermarket Bikin Pengunjung Kalap Belanja Ini Bisa Kamu Tiru

3. Debenhams

Debenhams, department store yang tutup sebelum Centro. (Instagram/@lotusdept)
Debenhams, department store yang tutup sebelum Centro. (Instagram/@lotusdept)

Masih di tahun 2017, satu lagi ritel department store milik PT Mitra Adi Perkasa, yakni Debenhams tutup. Seluruh gerainya yang hanya berjumlah tiga resmi tutup pada akhir 2017 di Kemang Village dan Supermal Karawaci, dan 1 Januari 2018 untuk gerai di Senayan City.

Saat penutupan terakhir, Debenhams juga menggelar diskon besar-besaran untuk produk yang diperdagangkannya. Gak tanggung-tanggung, diskonnya mencapai 70 persen. Hal itu dilakukan sebagai upaya menghabiskan stok lama sebelum gerai benar-benar ditutup.

Nasib karyawannya pun terpaksa ada yang di-PHK, ada juga yang dialihkan ke bisnis Mitra Adi Perkasa lainnya. Namun, bagi mereka yang di-PHK sudah mendapatkan haknya berupa pesangon.

Penutupan ini diakibatkan karena performa divisi department store Mitra Adi Perkasa mengalami kelesuan, namun di sisi lain mereka ingin fokus terhadap gerai department store milik mereka lainnya seperti SOGO dan SEIBU.

4. Hero

Hero, ritel yang tutup sebelum Centro. (Instagram/@herosupermarket)
Hero, ritel yang tutup sebelum Centro. (Instagram/@herosupermarket)

Yang masih hangat terjadi di tahun 2019 adalah penutupan 26 gerai Hero, dan pemecatan 532 karyawannya. PT Hero terpaksa melakukan langkah ini demi menjaga keberlangsungan bisnis mereka di masa depan.

Pasalnya, selama tahun 2018, mereka mengalami penurunan penjualan sebesar 1 persen dibandingkan dengan tahun 2017. Bila tahun 2017 mereka dapat keuntungan sebesar Rp 9,961 triliun, tahun 2018 mereka memperoleh penjualan Rp 9,849 triliun.

Faktor utama dari penurunan ini diantaranya adalah lesunya penjualan Hero di sektor makanan, khususnya yang ada di supermarket Giant dan Hero.

Dalam kasus Hero, menurut ketua Asosiasi e-Commerce Indonesia (idEA) Ignatius Untung seperti dikutip dari CNN Indonesia, menjamurnya Alfamart dan Indomaret hingga ke permukiman warga jadi salah satu penyebab ritel tersebut terpaksa tutup gerai. Selain itu, imbuh Untung, gencarnya promosi dompet pembayaran elektronik, juga membuat bisnis Hero kian meredup.

5. Central

Central, ritel yang tutup sebelum Centro. (Instagram/@centralstoreid)
Central, ritel yang tutup sebelum Centro. (Instagram/@centralstoreid)

Central Neo Soho juga akan resmi tutup pada 18 Februari 2019 mendatang. Penyebabnya sama, karena lesunya pendapatan mereka.

Perusahaan ritel asal Thailand itu pun kini menjual barang-barangnya dengan diskon besar-besaran, mencapai 90 persen. Semua produk didiskon, mulai dari fashion, kecantikan, hingga gadget.

Pihak Central sendiri gak bakalan melakukan pemutusan hubungan kerja bagi karyawannya. Mereka akan dipindahkan ke gerai di Central Grand Indonesia.

Central juga akan mulai berfokus pada penjualan produk melalui online, mengikuti perkembangan saat ini.

Itu tadi 5 ritel fashion maupun makanan yang tutup sepanjang 2017 hingga 2019. Jadi penutupan gerai tidak hanya terjadi pada Centro saja kan.

Fenomena ini wajar terjadi belakangan ini. Perubahan tren ritel secara global yang beralih dari konvensional menjadi daring alias online dituding jadi salah satu penyebabnya.

Perubahan tren itu juga terjadi di Indonesia. Banyak masyarakat yang kini lebih memilih berbelanja melalui toko online daripada ke offline store. Cara tersebut dinilai lebih praktis, selain karena menariknya promo-promo yang ditawarkan.

Inilah yang menyebabkan Centro dan ritel-ritel lainnya menutup sejumlah gerainya di Indonesia. (Editor: Ruben Setiawan)

Posting Komentar untuk "Centro Semanggi Tutup, Deretan Ritel Ini Duluan Gulung Tikar"