Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ritel Sepatu Murah Payless Bangkrut, Begini Sepak Terjang Bisnisnya

Payless sudah dikenal sebagai gerai sepatu murah yang ada di Indonesia. Selain harganya yang murah, di sana juga banyak pilihan model dan berbagai jenis ukuran buat pria maupun wanita. Di beberapa pusat perbelanjaan di kota besar seluruh Amerika Serikat, Payless akhirnya menutup gerai-gerainya. 

Tapi kamu tahu gak kalau ternyata Payless kini udah dinyatakan bangkrut. Bahkan kondisi pendapatan perusahaan yang gak menggembirakan itu telah terjadi sejak 2017. Selama beberapa tahun belakangan ini mereka tetap bertahan dengan menutup sejumlah gerai.

Dan kini, di Februari 2019, ritel sepatu murah tersebut membuat keputusan buat menutup seluruh gerainya di Amerika Serikat. Seperti apa kisahnya perjalanannya?

Baca juga: Centro Semanggi Tutup, Deretan Ritel Ini Duluan Gulung Tikar

Berdiri sejak 1956 di Topeka

Payless mulai didirikan pada tahun 1956 di Topeka, Kansas, Amerika Serikat dengan nama perusahaan Pay-Less National, (Ilustrasi/Shutterstock).

Payless mulai didirikan pada tahun 1956 di Topeka, Kansas, Amerika Serikat dengan nama perusahaan Pay-Less National. Pendirinya adalah sepasang bersaudara Louis dan Shaol Pozez.

Ide awalnya buat menyediakan produk sepatu dengan kualitas terbaik dan harga yang sangat murah. Jadi gak heran kalau sepatu yang dijual di Payless murah karena sesuai dengan tujuan bisnis mereka.

Tahun 1961 mereka berganti nama menjadi Volume Shoe Corp dan mulai mengakuisisi 25 toko sepatu Hill Brothers Shoe Co. Strategi tersebut berhasil mengembangkan Volume Shoe Corp hingga menjadi rajanya distributor sepatu murah se-Kansas.

Di tahun 1971, ritel sepatu murah ini kemudian memberanikan diri buat membuka ratusan cabang di beberapa negara bagian. Tahun 1975, dikutip dari FundingUniverse, mereka berhasil mengoperasikan 486 gerai di 31 negara bagian dengan keuntungan penjualan mencapai US$ 75 juta atau sekitar Rp 1 triliunan. Kesuksesannya ini menjadikan Volume Shoe Corp sebagai bisnis ritel sepatu murah terbesar di Amerika Serikat saat itu.

Baca juga: Hadapi Gempuran E-Commerce, Ritel Harus Lakukan Jurus Ini

Pendapatan meroket, Payless mulai go internasional

Saat pendapatannya meroket, Payless mulai go internasional dengan membuka gerainya di berbagai negara, (Ilustrasi/Shutterstock).

Seiring dengan kesuksesan Volume Shoe Corp, para investor tertarik buat menanamkan modalnya di perusahaan sepatu murah tersebut. May Department Stores Co yang saat itu sebagai ritel terbesar di Amerika Serikat akhirnya mengakuisisi Volume Shoe Corp.

Bisnisnya pun semakin berkembang pesat dengan ratusan gerai yang tersebar di seluruh negara bagian. Buat memenuhi permintaan sepatu, Volume Shoe akhirnya membuka pusat distribusi di Topeka yang kemudian menjadi markas pusatnya. Rata-rata per tahun setiap toko mampu menjual sekitar 20 ribu pasang.

Mulai mengepakkan sayap ke Internasional, Volume Shoe membuka kantor internasionalnya di Taipei pada tahun 1983. Kantor ini bertujuan buat mengkoordinasikan produksi dan penjualan sepatu buat pasar luar negeri khususnya China.

Tahun 1991, mereka pun sepakat merubah nama dari Volume Shoe, menjadi Payless dengan penambahan produk baru seperti Payless Kids. Di tahun ini, jumlah gerainya telah meningkat drastis menjadi 3.295 geai dengan perolehan penjualan mencapai US$ 1,5 miliar atau Rp 21 triliunan.

Era 2000-an mereka mulai merambah ke pasar berbagai belahan benua di antaranya Asia, dan Eropa dan Amerika Latin. Tapi siapa sangka kalau ternyata di tahun 2000-an ini bukanlah tahun keemasan bagi Payless.

Baca juga: Mengintip Gurita Bisnis Ritel Milik Irwan Mussry yang Luar Biasa Besar

Tergerus ketatnya persaingan di tahun 2000-an

Payless tergerus dengan ketatnya persaingan bisnis sepatu di tahun 2000-an, (Ilustrasi/Shutterstock).

Meski udah memiliki ribuan cabang yang tersebar di berbagai belahan dunia, ternyata Payless justru mengalami persaingan yang sangat ketat di pasar sepatu murah. Pesaing terberatnya adalah Wal-Mart dan beberapa toko sepatu yang juga tengah naik daun saat itu seperti Kohl’s Corporation dan Foor Locker.

Alhasil, pendapatan mereka yang cukup menggembirakan di dekade 1980-an dan 1990-an mulai terhenti.

Dikutip dari FundingUniverse, Payless menutup 104 gerainya yang memiliki pendapatan menyedihkan dan melakukan pemecatan terhadap 230 karyawannya. Sepanjang 2002 itu mereka mengalami penurunan pendapatan mencapai lebih dari 62 persen.

Penurunan terus terjadi hingga tahun 2003 dan bahkan menderita kerugian mencapai US$ 100 ribu atau sekitar Rp 1 triliunan.

Sepanjang tahun 2004 mereka juga terus melakukan sejumlah penutupan demi efisiensi dan keberlangsungan bisnis. Di akhir 2004, jumlah gerai yang mereka miliki tinggal 4.700 dibandingkan tahun sebelumnya yang mengoperasikan 5.100 gerai.

Tren penurunan pendapatan ritel sepatu murah ini terus terjadi hingga April 2017, mereka mengajukan mengajukan bangkrut. Lebih dari 700 toko ditutup dalam jangka waktu pengajuan bangkrut.  

Tutup seluruh toko di Amerika Serikat

Payless terpaksa menutup seluruh outlet sepatunya di seluruh penjuru Amerika Serikat, (Ilustrasi/Shutterstock).

Hingga kini, dikutip dari UPI, jumlah gerai yang dimiliki Payless di seluruh dunia tinggal 3.600. Kondisi ini semakin diperparah ketika mereka mengumumkan resmi dinyatakan bangkrut di bulan Februari ini. Kemudian, langkah yang mereka ambil selanjutnya adalah menutup seluruh gerai yang tersisa di Amerika Serikat dan Puerto Rico yang berjumlah 2.100 pada Maret mendatang. Ribuan karyawannya pun udah dipastikan bakal menerima pemutusan hubungan kerja

Gak cuman toko offlinenya saja, Payless juga telah sepakat buat menutup layanan belanja online mereka selamanya.

Bagaimana dengan Payless Indonesia?

Sejauh ini outlet Payless di Indonesia masih beroperasi bahkan menggelar banyak diskon lho, (Ilustrasi/Shutterstock).

Sejauh ini, penutupan gerai tidak terjadi di Payless Indonesia. Dilihat dari Instagram resmi Payless Indonesia, mereka masih aktif memperdagangkan sepatu-sepatunya. Kini, mereka sedang gencar-gencarnya memberikan diskon sampai 50 persen buat berbagai produk sepatu. Wah! Udah murah makin murah ya.

Di Indonesia sendiri, Payless berada di bawah naungan Mitra Adiperkasa, perusahaan yang memegang berbagai merek internasional di Indonesia. Dengan total gerai mencapai 57 toko yang tersebar di berbagai pusat-pusat perbalanjaan kota-kota besar.  

Tapi belum diketahui secara pasti bagaimana performa ritel sepatu murah asal Amerika Serikat itu di Tanah Air. (Editor: Mahardian Prawira Bhisma). 

Posting Komentar untuk "Ritel Sepatu Murah Payless Bangkrut, Begini Sepak Terjang Bisnisnya"