Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Orientasi Dan Mobilitas (Bagian 1)

O-M merupakan kependekan dari Orientasi dan Mobilitas. Menurut Lowenfeld dalam Scholl (1986)[1], “orientation has been defined as the process of using the senses to establish one’s position and relationship to all other significant objects in one’s environment.”Orientasi merupakan suatu proses penggunaan semua indra yang masih ada untuk memilih posisi seseorang terhadap benda-benda penting yang ada di sekitarnya.


Menurut Lydon dan Mc.Graw dalam Purwanta Hadikasma (1987)[2] batasan mobilitas yakni kemampuan untuk bergerak dari satu posisi tetap menuju posisi yang diinginkan di bab lain dari lingkungan yang sama. Makara berdasarkan pengertian tersebut, secara prinsip O&M yakni kemampuan bergerak dari satu kawasan ke kawasan lain dengan memakai semua indra yang masih ada untuk memilih posisi seseorang terhadap benda-benda penting yang ada di sekitarnya, baik secara temporal maupun spasial.


          Lowenfeld (1981) menyebutkan bahwa[3], “Orientation and Mobility is the ability of children to move about his environment and interact with it has important educational and social effect. Educationally, it allow him to develop realistic conceps about his environment and thus enables him to participate more fully in learning experiences with seeing children. Socially, it helps to dispel the notion that visually impairment persons are helpless and dependent, and fosters the notion they can become fully participating and contributing members of society.”


Secara sederhana sanggup pula dikatakan bahwa “Orientasi” merupakan kemampuan mengenali lokasi di lingkungannya sendiri dengan memakai indra yang dimiliki, dan “Mobilitas” yang berarti kemampuan untuk berpindah dari satu kawasan ke kawasan lain sesuai dengan keinginan. Orientasi dan Mobilitas ini merupakan sesuatu yang saling terkait lantaran kemampuan orientasi dibutuhkan ketika akan bermobilitas, begitu pula sebaliknya.


Nilai-Nilai dalam Training O&M


Menurut Hill&Ponder dalam Scholl (1986) terdapat lima nilai yang terkandung dalam training O&M, yaitu yang ditinjau secara psikologis, secara fisik, sosial, ekonomi, dan kegiatan kehidupan sehari-hari. Penjabarannya sebagai berikut:[1]


A.   Psikologi


Kemampuan O&M sanggup membuatkan konsep diri seseorang. Difabel netra yang bisa bergerak secara efisien dan berdikari dalam aneka macam kesempatan akan meningkatkan rasa percaya diri dan penghargaan terhadap diri sendiri.


Menurut Irham Hosni (1996)[2], secara psikologis kemampuan O&M akan membangun kepercayaan diri difabel netra yang kuat. Jika kepercayaan diri difabel netra sanggup meningkat, maka juga sanggup meningkatkan prestasi anak dalam segala bidang menyerupai kognitif, afektif dan psikomotor. Prestasi yang menonjol juga sanggup meningkatkan rasa percaya diri difabel netra secara signifikan.


B.   Fisik


Kemampuan O&M akan mempermudah difabel netra untuk bergerak dalam lingkungan. Selain itu, postur badan difabel netra sanggup terbentuk dalam proses, baik dalam motorik bernafsu (pada waktu berjalan) dan motorik halus (pada waktu mengajarkan memakai tongkat).


Menurut Irham Hosni (1996), dengan kemampuan O&M yang baik, difabel netra akan mempunyai keseimbangan dan koordinasi yang baik, mempunyai perilaku badan dan gaya jalan yang baik, akan bisa berbelok dengan sempurna dan berjalan dengan lurus, mempunyai ketangkasan yang meningkat, mempunyai stamina yang baik dan cara fisik bereaksi terhadap situasi mendadak yang baik.[3]


C.   Sosial


Keterampilan O&M yang baik akan membuat kesempatan sosial bagi difabel netra. Difabel netra sanggup bergerak dengan bebas dengan meminimalisasi santunan orang lain. Dengan bergerak bebas, beliau akan banyak memperoleh pengalaman dan konsep baru. Dengan bertambahnya konsep membuatnya bisa berinteraksi dan berkomunikasi dengan masyarakat.


D.   Ekonomi


Difabel netra pun memerlukan penghidupan. Bekerja akan membuatdifabel netra mempunyai rasa kepuasan diri dan penghargaan diri, menjadikandifabel netra lebih aktif, membuatnya bertemu dengan orang-orang (bersosialisasi), dan menjadikannya lebih mandiri.


Namun sayang, banyak pekerjaan yang didesain untuk orang awas. Oleh lantaran itu, dibutuhkan pembinaan O&M yang lebih intensif supaya penyandang difabel netra mempunyai pilihan pekerjaan yang beragam. Salah satu yang urgen yakni pengenalan dan membedakan nominal uang. Cara sederhana untuk membedakan uang sanggup dilakukan dengan melipat uang berdasarkan nominal. Misalnya untuk uang dengan nominal terkecil dibiarkan terbuka, untuk nominal selanjutnya dilipat ke samping, dan sebagainya.


E. Aktivitas kehidupan sehari-hari


Banyak kegiatan kehidupan sehari-hari yang memerlukan kemampuan Orientasi dan Mobilitas, contohnya keterampilan merawat diri (keterampilan menolong diri sendiri). Keterampilan ini  yakni kebiasaan merawat diri dengan sebaik-baiknya supaya penampilan dalam pergaulan bermasyarakat mempunyai kepercayaan diri, sehingga tidak mempunyai harga diri rendah (Purwanta Hadikusumo, 1987: 79). Selain itu kegiatan lain menyerupai berbelanja, mandi, merawat rambut, memakai make up, merawat pakaian, keterampilan kerumahtanggaan, juga menuntut keterampilan O&M.


 


Peristilahan dalam Training O&M


Menurut Lydon dan Mc.Graw dalam Purwanta Hadikasma (1987)[1] ada beberapa istilah penting yang harus dipahami dalam O&M. Istilah ini sesuai dengan American Association of the Visually Handicapped, yang rangkumannya dijelaskan di bawah ini:



  1.  Menyusur (trailling): gerakan memakai punggung jari untuk menyentuh dengan ringan dalam mengikuti sebuah permukaan datar (dinding, meja, maupun lemari)

  2. Mengambil arah (direction taking): tindakan memilih suatu arah dari suatu objek atau bunyi untu8k mencapai tujuan.

  3. Penunjuk arah (direction takers): benda-benda dengan garis lurus yang garis-garis permukaannya bila diteruskan akan memperlihatkan rute perjalanan ke suatu arah atau tujuan.

  4. Pinggiran(shore line): Batas atau tepi kaki lima atau rumput.

  5.  Ciri Medan (land mark): Obyek, suara, bau, suhu atau rabaan yang sanggup digunakan sebagai petunjuk yang midah dikenal, yang mempunyai kawasan yang niscaya di lingkungan tersebut.

  6. Perjalanan/ Lintasan (run): Mernyatakan rute yang direncanakan dan dilalui menuju suatu tujuan tertentu sehingga penyandang difabel netra sanggup melintasi dan menuju kawasan tujuan.

  7. Lokalisasi Suara (sound localization): Menentukan arah yang sempurna dari suatu sumber suara.

  8. Menertibkan (squaring off): Tindakan menyesuaikan dan mengatur posisi badan dalam menghubungkan dengan objek, dengan tujuan memperoleh arah dan memilih posisi yang sempurna di lingkungan itu.

  9. Cara Mengikuti (following technique): seseorang difabel netra yang memegang siku orang yang awas dalam perjalanannya.

  10. Istilah-istilah lain yang dipakai: Macam-macam arah mata angin, contohnya barat, utara, timur, maupun selatan.

  11. Petunjuk (clue): Rangsangan suara, bau, suhu, atau perabaan yang memengaruhi indera-indera dan sanggup segera digunakan untuk memilih posisi atau arah.






[1]Purwanto Hadikasma. (1987). Orientasi dan Mobilitas Difabel netra. Yogyakarta: P3T IKIP Yogyakarta.h. 5-6.


 






[1]Scholl, G. T. (et all). Op Cit. 315.


[2]Irham Hosni.  (1996). Buku Ajar Orientasi dan Mobilitas. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan tinggi.h.45.


[3]Ibid.h.45.


[4]Gambar 5. Dokumentasi Pribadi.


 






[1]Scholl, G. T. (et all. (1986). Foundations of Education for Blind and Visual Handicapped Chidren and Youth: Theory and Practice. New York: American Foundation for The Blind Inc.h.315.


[2]Purwanto Hadikasma. (1987). Orientasi dan Mobilitas Tunanetra. Yogyakarta: P3T IKIP Yogyakarta.h.4.


[3]Lihat Blackhust, A. E. and Berdine, W. H. (1981). An Introduction to Special Education. Toronto: Little, Brown and Company.h.230.



Sumber gamepelajar.xyz

Posting Komentar untuk "Orientasi Dan Mobilitas (Bagian 1)"