Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kelindan Anugerah Bersama Kartunet

Saya mengenal Kartunet.com lebih dari dua tahun kemudian dari seorang sahabat yang disabilitas pengelihatan. Teman aku ini merupakan bau kencur aku di komunitas menulis yang sama-sama kami geluti. Darinya aku mengenal semangat literasi yang menggandrungi teman-teman disabilitas. Hingga aku ingin tau betul untuk bisa mengenal teman-teman di Kartunet dan ingin bisa berkontrubusi di dalamnya.


Pertama kali aku ke Kartunet, tak ada yang terlalu istimewa jikalau dipandang dengan kasat mata. Mungkin sebab dalam keseharian aku sudah terbiasa berinteraksi dengan individu-individu disabilitas –sejak tahun 2011 aku tercatat sebagai Mahasiswi Pendidikan Khusus Universitas Negeri Jakarta. Tapi semakin aku memasuki “dunia” teman-teman di Kartunet, ada banyak dongeng dan anugerah yang aku dapat. Mulai dari sebuah ketercengangan aku bertemu dengan orang-orang yang selalu mempunyai semangat dan keceriaan, sampai sebuah pemahaman –mungkin juga bisa dikatakan filosofi baru- perihal kehidupan saya.


Kali pertama aku bertemu teman-teman Kartunet, aku dibentuk tercengang oleh mereka. Saya dibentuk tercengang dengan semangat dan kekreatifannya. Siapa yang sangka bahwa sebuah website yang –dengan bahasa saya, aku sebut– kece dan informasi yang selalu diperbaharui mengikuti arus informasi dan teknologi ini dikelola teman-teman disbilitas pengelihatan. Bersama Kartunet pula aku bisa tahu bagaimana pentingnya mempertahankan semangat atas impian-impian aku di tengah keterbatasan saya. Maka bagi saya, Kartunet dan orang-orang di dalamnya ialah wangsit tiada mati.


Di tengah keikutan sertaan aku di Kartunet, sebenarnya aku hanya ingin ikut belajar. Saya ingin berguru menulis juga, berguru bersemangat, dan terus berkarya. Tapi kala itu Mas Dimas, salah satu pendiri Kartunet meminta aku menjadi kontributor dan sebagai redaktur di salah satu rubriknya. Sejujurnya, ada perasaan tak bisa dalam diri saya. Yang aku punya hanya teori-teori dari dingklik kuliah, sedangkan teman-teman di Kartunet mempunyai lebih dari itu. Kartunet dan orang-orang di dalamnya punya ilmu dan pengalaman yang jauh lebih banyak dibandingkan saya. Lebih lagi teman-teman disabilitas banyak yang berpendidikan lebih tinggi daripada aku dan mempunyai aliran jauh lebih kritis dibandingkan saya. Makara kendati aku berkuliah di Pendidikan Khusus, apa yang aku punya tak sebanding dengan pengalaman teman-teman disabilitas yang sangat luar biasa.


Singkat cerita, aku terima tanggung jawab menjadi redaktur di Kartunet sambil mencoba berkontribusi semaksimal mungkin. Tanggung jawab ini aku terima sampai perombakan struktur dalam kartunet dan aku menjadi kontributor tetap di dalamnya. Seperti yang aku tulis sebelumnya, aku menuliskan hal-hal berteori dengan pengalaman yang masih minim. Tapi aku berharap teman-teman disabilitas bisa mengerti apa saja hak-hak yang seharusnya diterima teman-teman dan bagaimana perspektif orang-orang pendidikan terhadap kedisabilitasan.


Meskipun ada sedikit keminderan dalam diri aku yang masih minim pengalaman, tapi aku sungguh bahagia bisa bersama teman-teman Kartunet. Selalu ada semangat dan kesenangan gres dikala bertemu dengan mereka. Saat aku mendengarkan perspektif mereka perihal kedisablitasannya yang sesekali bisa berbeda dengan perspektif kami –teman-teman nondisabilitas. Dengan begini aku bisa tahu apa dan bagaimana yang dirasakan temna-teman disabilitas dan setidaknya bisa menuangkannya dalam tulisan. Lalu aku bagikan kepada teman-teman nondisabilitas lainnya.


Misalnya saja sebuah hal sederhana perihal bantu-membantu. Teman-teman nondiasbilitas, termasuk saya, menganggap teman-teman diasbilitas selalu membutuhkan sumbangan dan pendampingan. Tapi tidak begitu sepenuhnya benar, ketika aku mendengar celotehan dan canda dari temna-teman disabilitas. Bahwa sejatinya sumbangan itu memang perlu, tapi tidak selamanya. Teman-teman disabilitas justru lebih bahagia jikalau tidak dibantu, asalkan akomodasi yang tersedia bisa mereka capai dengan keterbatasan yang mereka miliki. Dengan garis besar, aksesibilitaslah yang lebih diharapkan temna-teman disabilitas dibandingkan sumbangan dan pendampingan dari teman-teman nondisabilitas.


Terakhir, tetapi ini ialah hal yang utama bagi aku ialah sebuah filosofis gres yang aku peroleh dari teman-teman disabilitas. Sebuah filosifi perihal hidup untuk terus bisa bertahan di tengah kondisi apapun. Seperti kaktus yang menjadi ikon Kartunet, sebuah flora berduri dan ukuran besar tapi bisa bertahan hidup di tengah gurun dan panas. Seperti filosofi hidup seseorang dengan keterbatasan, apapun itu wujud keterbatasannya, apapun itu bentuk kekurangannya, tapi niscaya beriring dengan kelebihan yang membuatnya bisa bertahan dikala yang lain berhenti dan terkapar.


Begitu banyak hal-hal positif yang aku dapatkan dari Kartunet, sampai hal-hal positif itu berkelindan, saling menyambung menjadi anugerah yang besar bagi saya. Sebab dari Kartunet inilah aku bisa mengenal banyak orang-orang andal di tengah kedisablitasannya. Sehingga Kartunet bagi aku laksana pintu yang menghubungkan aku pada pintu-pintu kehebatan lainnya.


Saya berharap, sewindu Kartunet bangun ialah awal dari kesuksesan panjangnya. Agar Kartunet bisa manjadi sebuah wadah yang mempunyai kebermanfaat panjang sampai sanggup dinikmati banyak kalangan. Semoga Kartunet bisa menjadi website yang lebih professional meski ditulis dengan bahasa yang santai, sampai Kartunet bisa menjadi salah satu website referensi terpercaya untuk informasi-informasi kedisabilitas. Berharap isu-isu yang diangkat di Kartunet bisa lebih aktual. Doa aku untuk sewindu Kartunet, biar bisa mencapai berpuluh windu ke depan dengan manfaat yang berkepanjangan! Amin.



Sumber gamepelajar.xyz

Posting Komentar untuk "Kelindan Anugerah Bersama Kartunet"