Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Denyut Bursa Saham Indonesia, Telah Terjun 19,9% dari Rekor Mei 2013, Tercepat di Dunia

Bursa Saham Indonesia jatuh, terjun empat hari terbesar sejak 2011, di tengah meningkatnya kekhawatiran akan cepatnya arus keluar modal keluar . Nilai tukar rupiah turun ke level terendah dalam empat tahun.

Jakarta Composite Index (IHSG) turun 3,2 persen menjadi 4,174.98, memperpanjang penurunannya empat hari ke 11 persen. Indeks itu telah turun 19,9 persen dari rekor penutupan pada 20 Mei. Nilai tukar rupiah turun 1,8 persen menjadi 10.685 per dolar setelah mencapai 10.728 sebelumnya, level terlemah sejak April 2009.

Saham-saham telah jatuh di laju tercepat di seluruh dunia pada kuartal ini di tengah kekhawatiran inflasi tercepat dalam empat tahun akan memacu bank sentral untuk memperketat kebijakan moneter lebih lanjut setelah menaikkan suku bunga acuan pada bulan Juni dan Juli. Indeks Jakarta tenggelam 5,6 persen kemarin setelah data menunjukkan jumlah rekor defisit neraca perdagangan kuartal terakhir. Spekulasi bahwa Federal Reserve AS akan segera menarik stimulus telah memicu kemunduran bursa.

Membuka perdagangan pagi tadi, IHSG amblas 122,512 poin (2,84%) ke level 4.191,006 melanjutkan koreksi yang terjadi sehari sebelumnya. Indeks mencapai titik terendahnya tahun ini dan tumbuh minus.

Pada penutupan perdagangan sesi I, IHSG terjun bebas 184,693 poin (4,28%) ke level 4.128,825. Maraknya aksi jual dipicu oleh kabar akan berakhirnya program stimulus bank sentral AS yang salama ini menopang bursa saham Amerika Serikat .

Indeks sempat jatuh hingga titik terendah di 4.062,300. Investor domestik dan asing ramai-ramai jual saham, membuat semua sektor industri di lantai bursa ‘kebakaran’.

Menutup perdagangan, Selasa (20/8/2013), IHSG meluncur tajam 138,535 poin (3,21%) ke level 4.174,983. Sementara Indeks LQ45 menukik 20,914 poin (2,95%) ke level 687,171.

Aksi jual semakin sore semakin ramai. Saham-saham unggulan dan lapis dua jadi sasaran aksi jual. Transaksi investor asing hingga sore hari ini tercatat melakukan penjualan bersih (foreign net sell) senilai Rp 1,918 miliar di seluruh pasar.

Perdagangan hari ini berjalan sangat ramai dengan frekuensi transaksi sebanyak 211.046 kali pada volume 7,478 miliar lembar saham senilai Rp 8,821 triliun. Sebanyak 28 saham naik, sisanya 297 saham turun, dan 42 saham stagnan.

Bursa-bursa di Asia terjebak di zona merah sejak pembukaan perdagangan pagi tadi. Meski koreksinya cukup tajam, tapi masih kalah dari BEI yang anjlok sampai lebih dari tiga persen.

Berikut situasi dan kondisi bursa-bursa regional di sore hari ini, Indeks Komposit Shanghai melemah 13,01 poin (0,62%) ke level 2.072,59, Indeks Hang Seng anjlok 493,41 poin (2,20%) ke level 21.970,29, Indeks Nikkei 225 jatuh 361,75 poin (2,63%) ke level 13.396,38, Indeks Straits Times berkurang 52,22 poin (1,65%) ke level 3.121,11.

Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah di Rp 10.680 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan kemarin di Rp 10.485 per dolar AS. Siang tadi mata uang negeri Paman Sam ini sempat menyentuh posisi tertinggi, yaitu di level Rp 10.855 per dolar AS.

Saham-saham yang naik signifikan dan masuk dalam jajaran top gainers di antaranya Surya Toto (TOTO) naik Rp 400 ke Rp 8.000, Indo Kordsa (BRAM) naik Rp 200 ke Rp 2.700, Tempo Scan (TSPC) naik Rp 175 ke Rp 3.700, dan Bank Mandiri (BMRI) naik Rp 150 ke Rp 7.800.

Sementara saham-saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam kategori top losers antara lain Multi Bintang (MLBI) turun Rp 27.850 ke Rp 1,12 juta, Gudang Garam (GGRM) turun Rp 3.300 ke Rp 37.100, HM Sampoerna (HMSP) turun Rp 3.000 ke Rp 72.000, dan Mayora (MYOR) turun Rp 2.950 ke Rp 30.000.

Source : Selasti Panjaitan

Posting Komentar untuk "Denyut Bursa Saham Indonesia, Telah Terjun 19,9% dari Rekor Mei 2013, Tercepat di Dunia"