Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Reksa Dana: Investasi Untuk Segala “Cuaca”

Artikel ini dipersembahkan oleh mitra produk investasi kami Bareksa.com

Bareksa Logo

 

Bareksa.com – Anda tentu tidak asing dengan anggapan bahwa investasi di reksa dana berbahaya karena portofolionya berisi saham dan obligasi yang pergerakannya sangat fluktuatif dan khawatir uang akan hilang jika kondisi pasar modal sedang mengalami penurunan harga. Benarkah?

 

Mari kita lihat bersama grafik perbandingan return Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), indeks reksa dana saham, indeks reksa dana campuran, dan indeks reksa dana pendapatan tetap dalam periode 10 tahun terakhir.

 

Jika diperhatikan memang ada risiko fluktuasi pergerakan return investasi dan di periode tersebut ada tiga masa penurunan return yang besar — ditunjukan pada lingkaran merah — pada investasi reksa dana maupun langsung melakukan pembelian saham. Hal ini terjadi akibat krisis ekonomi yang melanda pada saat itu.

 

Bagi Anda yang suka membaca berita tentu ingat dengan pemberitaan mengenai krisis ekonomi di Amerika Serikat tahun 2008 akibat pecahnya pasar properti. Pelemahan ekonomi itu menjalar hingga ke Eropa pada tahun 2011 yang diawali dari krisis ekonomi di Yunani. Dan di akhir tahun 2013, giliran negara berkembang yang terkena dampak pelemahan ekonomi dunia dan berimbas pada penurunan ekspor sehingga membuat neraca transaksi berjalan mengalami defisit. Ketiga krisis besar ini yang menyebabkan koreksi harga terutama pada pasar saham.

 

investasi reksa dana

 

 

Lalu bagaimanakah sebaiknya menyikapi situasi seperti itu kedepannya dalam mengamankan investasi Anda? Karena pertanyaan terkait krisis ekonomi bukanlah bilamana akan terjadi, tetapi kapankah akan terjadi? Ya, siklus ekonomi memang seperti cuaca, kadang langit cerah, terkadang sedikit mendung, dan bahkan sesekali terjadi hujan badai. Tapi setelah hujan akan selalu ada pelangi.

 

Untuk itu tentu kita wajib mengenal sejauh mana risiko yang bisa kita terima. Karena jika dilihat dari grafik diatas tampak reksa dana saham yang paling terpukul dan terkoreksi cukup dalam, kemudian diikuti oleh reksa dana campuran. Sementara yang paling minim terkena dampak krisis adalah jenis reksa dana pendapatan tetap.

 

Jadi jika Anda termasuk orang yang berani mengambil risiko, Anda dapat memilih reksa dana saham. Tetapi jika tidak maka Anda dapat memilih reksa dana campuran atau bahkan reksa dana pendapatan tetap jika benar-benar ingin memiliki investasi reksa dana dengan risiko minimal.

 

Tentu saja pergerakan return berbanding lurus dengan risiko, jika kita menginginkan return yang besar tentu akan menerima risiko yang lebih besar.

 

Jadi jika Anda adalah investor yang memilih berinvestasi di reksa dana saham, ketika kondisi ekonomi sedang memburuk atau dipenuhi ketidakpastian, maka reksa dana pendapatan tetap dapat dijadikan pilihan sementara hingga kondisi ekonomi kembali stabil.

 

Ketika situasi dirasakan mulai membaik maka dapat kembali beralih kembali ke reksa dana saham. Karena seperti kita lihat dari grafik diatas, pasca krisis kinerja reksa dana saham biasanya melaju lebih tinggi dibandingkan reksa dana campuran maupun pendapatan tetap.

 

Namun jika diperhatikan lebih seksama, setelah periode penurunan return ternyata di periode berikutnya terjadi kenaikan return yang lebih besar dibandingkan dengan return tertinggi sebelum penurunan. Sehingga masa-masa krisis sebetulnya dapat dijadikan peluang untuk berinvestasi selama kita bisa berinvestasi secara cerdas dan cermat, seperti kalimat yang sering diucapkan oleh Warren Buffet: “Be fearful when others are greedy, and greedy when others are fearful”.

 

Salam investasi!

 

 

 

Baca Juga: 

Investasi? Jangan Tunggu IHSG Mencapai Puncak

Apa Saja Biaya-Biaya yang Ditanggung Investor pada Investasi Reksa Dana?

FINANCIAL PLANNER: Perhatikan 2 Hal Ini, Jika Tidak Dana Investasi Bisa Amblas

 

 

 

Image Credit: Bareksa.com

Posting Komentar untuk "Reksa Dana: Investasi Untuk Segala “Cuaca”"