Tarik Tunai Kartu Kredit, Gejala Awal Keuangan Bermasalah Dan Cara Memperbaikinya
Ada kondisi dimana kamu ga punya uang tunai, dan kamu butuh uang tunai cepat. Apapun kebutuhanmu, dari kondisi darurat hingga kebutuhan sehari-hari. Yang memiliki kartu kredit pun akan langsung berpaling ke fitur tarik tunai kartu kredit.
Kalau kamu mengalami situasi yang bikin kamu melakukan tarik tunai kartu kredit ini sekali dalam beberapa bulan, situasimu masih bisa dibilang aman.
Tapi kalau kamu sering melakukan tarik tunai… Berarti kita punya masalah.
Kenapa Kamu Melakukan Tarik Tunai?
Masalah keuanganmu ga cuma ketahuan dari seberapa sering kamu tarik tunai. Alasan kamu melakukan tarik tunai juga jadi patokan gampang untuk lihat masalah keuanganmu. Kalau kamu melakukan tarik tunai untuk hal-hal yang memang darurat dan jarang terjadi, boleh deh dibilang aman.
Hal-hal seperti kendaraan bermasalah dan masuk ke bengkel yang hanya menerima cash. Terus ga bawa kartu debit atau bawa tapi isi rekeningnya ga cukup buat bayar. Ga ada pula yang bisa bantu transfer duit.
Nah itu baru deh sudah situasi darurat.
Tapi kalau kamu sering bergantung pada tarik tunai kartu kredit untuk kebutuhan rutin atau remeh seperti belanja bulanan, maka ada baiknya kamu tinjau ulang keuanganmu.
Pada intinya, kalau kamu ga punya cukup uang untuk membiayai kebutuhan sehari-harimu, gimana mau bayar tagihan kartu kredit?
Ternyata Keuanganmu Memang Bermasalah, Lalu Bagaimana?
Banyak orang mengira utang tagihan kartu kredit adalah jurang gelap tak berdasar. Sekali terpeleset, kamu ga akan bisa keluar lagi. Ya, saya juga kadang-kadang bingung karena banyak orang membicarakan kartu kredit seolah-olah itu adalah ciptaan iblis.
Tempat pembuatan kartu kredit.
Padahal, meskipun memang bukan hal yang mudah untuk menutup utang tagihan kartu kredit. Tapi bukan berarti hal yang mustahil untuk dilakukan. Kamu hanya butuh pemasukan yang stabil dan keinginan yang kuat untuk terlepas dari lilitan utang.
[Baca: Stress Terlilit Utang Bank? Jangan Panik, Begini Penyelesaiannya]
Berikut beberapa solusi yang bisa kamu ikuti :
Berhenti gunakan kartu kreditmu
Yang ini bukan hal yang sulit ditebak kan ya? Kamu sudah terjebak dalam lubang yang lumayan dalam. Harusnya kamu berusaha keluar dari lubang tersebut, bukan menggali lebih dalam.
Tinggal kartu kreditmu di rumah. Simpan di dalam kastil yang dijaga oleh seekor anjing berkepala tiga. Jauhkan dari tiga anak penyihir yang selalu mau tahu urusan orang.
Intinya, jauhkan kartu kred it tersebut dari jangkauanmu. Kalau kamu ada di situasi seperti ini, sudah jelas bahwa kamu belum waktunya pegang kartu kredit.
Pada akhirnya, kamu akan dihadapi pada keputusan untuk menutup atau terus menggunakan kartu kreditmu. Pertimbangkan baik-baik kebiasaanmu dalam mengatur keuangan. Apapun pilihanmu, prioritas pertamamu harus tetap melunasi tagihan kartu kreditmu.
[Baca: Dilarang Keras Sembarangan Menutup Kartu Kredit, Perhatikan 7 Poin Penting Ini!]
Tekan pengeluaranmu
Sudah jelas banget ya. Tapi mungkin kamu masih belum jelas soal seberapa parah kamu harus berhemat. Sekedar gambaran, pilih mana, setiap hari makan nasi pakai telur ceplok dan kecap dengan pikiran tenang? Atau makan enak tapi pikiran was-was dan mengira semua orang yang mengetuk pintumu adalah debt collector?
Tok, tok, tok. Waktunya bayar utang.
Untuk membantu ‘memotivasi’ dirimu sendiri berhemat, tekankan seberapa parah kamu mau utang ini dilunasi. Kamu ga bisa membeli apapun yang kamu senangi sebelum utang ini selesai.
Ingat, menutup utang ini akan membutuhkan tekad yang sangat kuat. Dan tentunya, uang. Ga bisa bayar utang pake tekad.
Pada saat seperti ini, kamu harus bisa membedakan antara apa yang kamu inginkan dan apa yang kamu butuhkan. Hati-hati dengan pikiranmu sendiri. Biasanya, kalau kamu sudah menginginkan sesuatu, kamu akan mengatakan banyak hal kepada dirimu sendiri untuk menjustifikasi apa yang kamu mau.
[Baca:5 Cara Memaksimalkan Keuangan Buat Yang Niat Mewujudkan Rencana Masa Depannya]
Contoh, ada seorang bapak yang memiliki anak. Anak tersebut sebentar lagi akan masuk SMP. Bapak tadi ingin membelikan laptop dengan alasan “dia butuh laptop untuk belajar”, padahal tagihan kartu kredit masih belum terbayar.
Sebelum dia memaksakan tetap membelikan laptop tersebut dan memperparah utangnya, coba berhenti sebentar dan berpikir. Memangnya di sekolah anak tersebut ga disediakan lab komputer? Memang laptop itu kebutuhan yang sangat mendesak untuk anak yang baru masuk SMP? Dan kalau memang si anak yang meminta, yakin permintaan itu bukan modus untuk minta alat main game?
Ini lagi ‘belajar’ kok.
Atau contoh kasus lain, coba liat handphone-mu sendiri. Tanpa adanya model terbaru, kemungkinan kamu ga akan kepikiran untuk ganti handphone.
Tapi begitu muncul model baru, segala macam pikiran muncul. “Aduh, handphoneku sudah mulai lelet nih.” Atau “Aku butuh handphone dengan kamera yang lebih bagus.”
Padahal foto paling ‘bagus’ yang pernah kamu ambil adalah foto makanan di restoran mahal yang kamu unggah ke Instagram. Itu juga kebetulan makan di situ karena ditraktir teman.
Pada akhirnya, menekan pengeluaran itu bukan berat di mengurangi pengeluaran yang memang perlu. Tapi menahan pengeluaran yang ada di kategori keinginan dan disamarkan menjadi keperluan.
Hindari bayar minimum tagihan
Memang, peraturan Bank Indonesia mengizinkan kamu untuk membayar minimum 10% dari total tagihan. Tapi hanya karena kamu bisa, bukan berarti harus kamu lakukan.
Dengan membayar sebesar angka minimum tagihan, kamu hanya menutup lubang dengan sendok sementara lubang tersebut kamu gali dengan sekop. Dengan kata lain, kamu kalah cepat dengan bunga yang dihasilkan tagihanmu.
Membayar minimum tagihan itu adalah pilihan terakhir disaat kamu benar-bener kepepet. Bukan untuk melayani kamu yang lagi ‘ga mood’ bayar tagihan atau mau pakai uangnya untuk hal lain.
[Baca: Kebiasaan Bayar Minimum Tagihan Kartu Kredit Bisa Bikin Celaka]
Idealnya, bujet untuk membayar utang adalah maksimal 40% dari total penghasilanmu. Kalau memang ga ada utang selain tagihan kartu kredit, berarti kamu bisa menggunakan seluruh alokasi keuangan tersebut.
Contoh:
Gaji: Rp 10 juta
Utang tagihan kartu kredit: Rp 12 juta
Bujet untuk bayar utang: 40% x 10 juta = Rp 4 juta
Jika misalnya, ada cicilan motor sebesar Rp 1 juta, artinya kamu masih punya Rp 3 juta untuk bayar utang kartu kredit. Kira-kira dalam 4 bulan, utang kartu kreditmu bisa lunas.
Kalau ga ada cicilan motor? Ya lebih bagus. Dana 4 juta tersebut bisa kamu gunakan tiap bulan untuk melunasi tagihan kartu kredit. Kira-kira dalam 3 bulan pun bisa lunas.
Yang jelas, jangan bayar minimum 10% dari utang kartu kreditmu yang sebesar Rp 12 juta itu. Ingat, bunga dari utang belum lunas tersebut akan terus berkembang.
Kamu ga harus punya utang bertumpuk atau kehabisan uang terus sebelum akhir bulan untuk tahu kalau keuanganmu bermasalah. Banyak tanda-tanda yang bisa kamu lihat sebelum masalah tersebut muncul. Jangan lengah ya soal keuanganmu sendiri.
Image credit:
- http://vignette3.wikia.nocookie.net/swtor/images/8/8f/SS_20100401_Sarlacc01_800x450.jpg
- http://images5.fanpop.com/image/photos/26100000/The-Shining-jack-nicholson-26184689-762-571.jpg
- http://www.personal.psu.edu/afr3/blogs/siowfa12/assets_c/2012/10/Video%20Games-thumb-1280×1024-346597.jpg
Posting Komentar untuk "Tarik Tunai Kartu Kredit, Gejala Awal Keuangan Bermasalah Dan Cara Memperbaikinya"