Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pakai Premium atau Pertamax Bukan Tergantung dari Gengsi

Ada kabar baik nih! Harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi Pertamax Series meluncur turun secara signifikan. Jelas signifikan karena harga bensin Pertamax menjadi Rp 8.800 perliter, Pertamax Plus menjadi Rp 9.650 perliter. Sedangkan solar Pertamina DEX turun ke Rp 10.550 perliternya.

 

Penurunan harga BBM non subsidi itu bukan karena Pertamina lagi ‘bermurah hati’. Tapi sebagai dampak dari rendahnya harga minyak dunia. Nah, efeknya harga cairan nyawanya kendaraan itu ikutan terkoreksi.

 

Tipisnya selisih harga dengan premium yang disubsidi negara yang terpaut Rp 1.700 membuat permintaan Pertamax Series tiba-tiba melonjak. Banyak orang yang beralih ke bahan bakar ‘kelas atas’ ini.

 

Lalu, manakah  yang lebih baik digunakan, Pertamax dan Premium? Jawabnya tergantung. Bukan sekadar tergantung dari isi dompet atau gengsi, tapi dilihat dulu pada kebutuhan akan si kendaraan. Kenali dulu spesifikasi kendaraan biar jangan asal terima mentah-mentah testimoni orang yang bilang, ”pakai Pertamax itu lebih irit 30% dari premium!”

 

Cek dulu rasio kompresi mesin

Sebenarnya yang bikin perbedaan kualitas antara premium dan Pertamax itu ada di kadar oktannya. Premium itu nilai oktannya RON 88 sedangkan Pertamax RON 92. Di samping itu, Pertamax juga mengandung zat detergency yang berfungsi membersihkan ruang mesin dan klep di ruang bakar. Zat ini tidak terdapat di premium.

 

Betul Pertamax kualitasnya lebih bagus. Tapi BBM jenis ini hanya cocok untuk kendaraan keluaran terbaru yang mesinnya lebih kompleks. Mesin-mesin kendaraan dengan tahun produksi di atas 1995 atau yang sudah mengadopsi sistem injeksi menuntut kadar oktan yang tinggi dan mengandung zat detergency.

 

Mesin-mesin mobil keluaran terbaru biasanya punya rasio kompresi yang tinggi (kompresi 9,1: 1 ke atas). Maka itu, mesin jenis ini cocok minum Pertamax atau Pertamax Plus. Tiap tetes Pertamax dapat dimaksimalkan dalam pembakaran karena proses pengabutan di jeroan mesin lebih presisi sehingga performa mobil langsung wus-wus bablas. Ujung-ujungnya, pengunaan bahan bakar lebih irit.

 

Kalau dipaksa minum Premium, itu namanya sudah zalim dan menganiaya mobil. Yang pasti bakal lebih boros karena proses pembakaran tak sempurna karena premium lambat menguap dari Pertamax. Dampaknya, performa mesin jeblok dan bakal muncul gejala ngelitik.

 

Itu hemat yang pertama. Nah, hemat yang kedua bila pakai Pertamax di mesin berkompresi tinggi bikin ongkos pemeliharaan mobil bisa ditekan karena mesin lebih awet. Zat detergen yang terkandung di Pertamax membuat mesin lebih bersih dan terhindar dari karak sisa pembakaran. Kemudian, Pertamax juga punya Corrotion Inhibitor membuat pipa saluran dan tanki BBM dijauhi karat.

 

Coba berapa duit yang mesti dikeluarkan jika tetap nekat minumin Premium. Dalam jangka panjang, mesin bakal sering-sering diservis. Mulai dari pembersihan ruang pembakaran, penggantian komponen yang cepat aus, tune up, dan lain sebagainya. Bisa-bisa bon servis tembus di atas Rp 1 juta.

 

Jangan malu pakai Premium jika…

Pakai premium bukan berarti menurunkan gengsi. Kesannya masih butuh subsidi dari negara buat sekadar muter-muter cari makan pakai mobil kesayangan. Lho, kalau memang mobil cocoknya pakai Premium kenapa mesti malu?

 

Mobil yang cocok pakai premium itu jelas yang punya mesin dengan kompresi rendah. Percuma mesin berkompresi rendah dikasih minum Pertamax. Pastinya lebih boros karena Pertamax lebih cepat menguap sebelum masuk ruang pembakaran mesin. Selain itu, mesin berkompresi rendah dipaksa minum Pertamax juga lebih cepat panas yang pada gilirannya membuat performa mesin turun.

 

Jadi kalau punya Nissan Terano warisan orangtua, tak perlu ragu parkir di depan dispenser meter SPBU berjenis premium. Pasalnya, mesin Nissan Terano lawas itu kompresinya 8,3 : 1 yang cocoknya minum bensin subsidi. Abaikan saja ocehan orang yang bilang Premium itu BBM jatahnya orang susah. Kenapa mesti paksakan minum Pertamax mengingat secara spesifikasi mesin lebih cocok pakai bensin RON 88!

Terakhir, pilihan pakai Pertamax atau Premium lagi-lagi didasari pada kebutuhan mobil. Niat hemat enggak bakalan tercapai jika punya mobil keluaran baru dipaksa minum premium. Sebaliknya, punya mobil yang kompresinya rendah diminumin Pertamax itu namanya pemborosan. Biar amannya, tengok lagi buku manual mobil biar enggak salah pilih BBM.

Posting Komentar untuk "Pakai Premium atau Pertamax Bukan Tergantung dari Gengsi"