Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

“Mentok” Ketika Menulis, Ini Solusinya

“Saya sudah menulis 60 halaman, tapi sehabis itu ‘mentok’. Kenapa ya?”. Suatu hari, seorang mitra menanyakan pertanyaan itu pada saya. Spontan, saya tersenyum mendengarnya. Bukan lantaran pertanyaan itu terasa konyol, tapi justru lantaran saya sendiri pun sering mengalaminya.


“Mentok” di tengah perjalanan menulis. Ini hal yang memang sering dialami oleh penulis pemula. Setelah menulis sekian banyak, tiba-tiba pikiran terasa kosong, tidak tahu mau menulis apa. Lalu, bagaimana solusinya? Sebelum mencari tahu solusinya, coba kita pikirkan. Kenapa ya kok kita sanggup tiba-tiba “mentok” ketika menulis? Padahal sebelumnya lancar-lancar saja. Bahkan, dalam masalah mitra saya itu, ia sudah berhasil menulis sampai 60 halaman dengan sukses. Tentunya, 60 halaman bukan jumlah yang sedikit. Bayangkan, ada berapa paragraph, kalimat, dan kata di sana? Dalam 60 halaman itu, sudah berapa macam topic ia ulas? Tapi kenapa tiba-tiba semua inspirasi seakan lenyap dari kepala begitu saja?


Menulis yaitu pekerjaan menyebarkan ilmu. Bagi saya, inilah filosofi yang perlu kita pegang ketika hendak mulai menulis. Apa yang kita tulis, yaitu apa yang kita pahami atau ketahui-yang lalu kita bagi dengan orang lain dalam bentuk tulisan. Singkatnya, supaya sanggup terus berbagi, maka kita perlu terus menerus meng-update pengetahuan. Pengetahuan itu sanggup berasal dari mana saja-hasil membaca buku, berdiskusi dengan dosen di kampus, mengikuti aktivitas pembinaan dan workshop, nonton film, sampai mendengarkan curhat teman,. Ada banyak sumber di mana kita sanggup meningkatkan pengetahuan kita, serta mengambil inti sari dari pengetahuan tersebut.


Kawan saya menulis 60 halaman. Berarti 60 halaman itu yaitu hasil belajarnya-hasil ia membaca buku, diskusi, mengikuti banyak sekali kegiatan, dan lain sebagainya. Jadi, kenapa “mentok” di halaman ke-60? Karena sesungguhnya, ia telah menumpahkan semua pengetahuannya dalam 60 halaman tersebut. Ibarat sebuah teko, bila air di dalamnya telah dituangkan semua ke cangkir, pastilah teko itu akan menjadi kosong. Mau dijungkirbalikkan menyerupai apapun, teko itu tidak akan pernah sanggup mengeluarkan air lagi. Lalu, apa yang perlu dilakukan supaya teko itu sanggup mengeluarkan air lagi? Ya, benar. Isi ulang saja teko itu. Isilah kembali teko itu sampai penuh. Semakin penuh teko, semakin banyak dan semakin deras air yang sanggup dialirkannya.


So guys, sudah bisakah kau menangkap apa yang saya maksud? Ya, sempurna sekali. “mentok” ketika menulis disebabkan lantaran kita kehabisan inspirasi atau pengetahuan untuk dituliskan. Jadi, jika “mentok” itu terjadi, kita perlu “mengisi ulang” pengetahuan kita. Belajarlah lebih banyak lagi, tingkatkan lagi pengetahuan dan wawasan. Menjadi penulis bukan berarti “bersemedi” di pojok kamar, lho. Menjadi penulis butuh banyak pengetahuan. Oleh lantaran itu, aktiflah berkegiatan di luar rumah- mengikuti komunitas, bantuan di organisasi, mengikuti pembinaan dan workshop, rajin membaca, mendengarkan banyak dongeng dari orang-orang di sekeliling kita, dan masih banyak cara lain. Semua itu tidak hanya meningkatkan wawasan, tapi juga lambat laun akan mengasah logika berpikir kita, sehingga suatu hari kita sanggup menulis dengan analisis yang lebih tajam dan menghasilkan goresan pena yang menarik. (RR)



Sumber gamepelajar.xyz

Posting Komentar untuk "“Mentok” Ketika Menulis, Ini Solusinya"