Tips Menghindari Bully Di Pendidikan Untuk Penyandang Disabilitas

Medan, tertanggal 17 Juli 2017 yang lalu, saya mendengar isu yang diulang-ulang mengenai tiga orang mahasiswa yang membully satu orang mahasiswa disabilitas di Universitas Gunadarma.

Yang di bully itu autis. Autis yaitu keadaan dimana seseorang berada di dunianya sendiri. Autis termasuk ke dalam disabilitas mental.

Farhan di isu yang disiarkan oleh SCTV menyampaikan bahwa ada kemungkinan penyababnya yaitu bercanda berlebihan.

Apabila ini benar, maka butuh pendidikan untuk berhati-hati dalam berbicara, menulis, bercanda guna menghindari sakit hati yang akan lebih baik ditanamkan semenjak dini.

Sebenarnya, saya kurang suka apabila melihat alasannya yaitu dari bully itu terjadi. Saya lebih suka melihat jawaban dari bully, cara menanganinya dan cara untuk mencegah supaya bully tidak terjadi.

Farhan, selain menyampaikan hal diatas, ia juga berkata, “Kalau dilihat yang di bully yang salah, masa dibiarkan di bully hingga mati?”.

“Ada tips untuk orang renta yang mempunyai anak berkebutuhan khusus. Yang pertama, orang renta harus terbuka terhadap lingkungan mengenai keadaan anak itu. Kedua, ajarkan empati.” lanjut Farhan.

Menurut saya, tenggang rasa perlu diajarkan dan lebih baik semenjak dini. Kenapa? Karena dengan empati, maka orang akan cenderung perduli. Lalu, bagaimana cara berempati?

Berempati itu yaitu mencicipi apa yang orang rasakan, memikirkan jawaban atas perilakunya. Namun, apabila mencicipi hingga terbawa, maka itu bukan tenggang rasa tapi simpati.

Selain menjadi perduli, manfaat dari tenggang rasa yaitu mencegah sikap membully secara mental ketika seseorang kesusahan dan atau sedang curhat. Biasanya, zaman kini ketika orang susah malah ditertawakan, dihina, diejek, dibiarkan, dilempar sana-sini, dibuang, diasingkan.

Mari kita menjadi lebih baik dari sekarang.

Sumber gamepelajar.xyz