Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Janji Periode Senja

Kutapaki sudah jalan setapak ini.

Penuh batu tajam yang menghujam kaki.

Luka tak kuperdulikan, perih bukan menjadi halangan.

Jauh sudah kutinggalkan semuanya. Jauh, sangat jauh.


Namun tak juga bisa kutinggalkan kamu, kau yang selalu ada dalam angan-angan.

Anganku wacana semuanya…

Derai tawamu, senyum manismu, nafas manjamu, dan segala yang telah kita lewati.

Kini kurasakan sia-sia sudah perjalanan ini.

Kalau tak jua kubisa tuk temukan ujung lain dari semuanya.

Dirimu selalu hadir temaniku dalam sesaknya kesenyapan malam-malam yang datang.

Aku tak bisa menghapuskan wacana segalanya.

Tentang kesepakatan untuk lewati hari bersama.

Janji di kala malam menjemput dan tinggalkan senja.

Ingatkah engkau?


Ingatkan saya wacana malam dikala kau kecup pipiku untuk pertama kali.

Ingatkan saya dikala kau katakan rasamu dalam indahnya puisi, atau dengan nada-nada lembut sang kekasih.

Ingatkan saya dikala kau mimpikan kita dibawah gerojokan itu.

Ingatkan saya wacana malam-malam yang kita lewati bersama. Bersama temaramnya sang rembulan, dan kerlap-kerlipnya bintang.

Ingatkan saya semuanya. Ingatkan!

Agar semuanya menjadi abadi…

Abadi sebagai cinta yang tak pernah ternodai.

Tak Ternodai?

Huh! Hanya kata-kata manis saja. Telah banyak noda yang tercipta dengan cinta ini.

Telah banyak air mata yang tertumpah, telah banyak luka yang menganga, telah banyak benci yang mengunung.


Namun, apakah semua itu salah?

Sedangkan janji-janji itu masih awet teringat dalam lemari hati yang terkunci?

Dan tak ada yang bisa menggantikan atau hanya sekedar mengganggunya?

Sedangkan segala keinginan tak pernah surut bagaikan ombak samudra, yang tak tahu artinya Lelah?

Sedang semakin hari rasa menginginkan perlahan menjadi rasa membutuhkan?

Sedang hari demi hari menciptakan rindu ini semakin tak tertahankan?

Harus apa lagi yang saya lakukan Untuk meyakinkan hatimu?

Ribuan kata telah kurangkai, tak mengenal rasa aib apa lagi harga diri.

Ribuan kali doa kusampaikan untuk hadirmu.

Ribuan kali telah kujeritkan namamu dalam kepedihan tak terperih.


Namun, kau tak lagi ada di daerah yang sama. Tak lagi melihatku meski hanya sekilas.

Tak lagi mendengarku meski hanya seucap. Tak lagi menyahut meski telah kuteriaki.

Enggan merasa meski telah kusentuh.


Aku benci pada diriku sendiri. Benci pada hati yang terpenjara dalam kesakitan angan-angan wacana kesepakatan kala senja itu.

Dungunya saya yang tak juga mengerti.

Mengerti wacana banyak hal yang telah kau pilih dalam hidupmu.

Tak mengerti hati yang tak bisa hapuskan segala angan-angan, mimpi-mimpi yang bagimu hanya persinggahan sesaat.

Aku benci pada semuanya…

Benci pada diriku yang tak bisa membencimu…

Benci pada angan-angan yang telah kita rangkai bersama.

Marah terhadap langit yang telah pertemukan kita dalam keindahan cinta.


Biarlah, semoga semuanya menjadi panantian yang entah kapan berakhir…

Aku akan tetap disini…

Disini, menunggumu kembali dalam kesepakatan di kala senja.


Kediri 04 maret 2017



Sumber gamepelajar.xyz

Posting Komentar untuk "Janji Periode Senja"