Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dulu Toko Kecil Sekarang Raksasa, Ini 5 Fakta Jamu Jago yang Melegenda

Jamu Jago mendadak jadi pembicaraan lantaran kabar pernikahan komisarisnya Suryo Hadiwinoto yang berusia 84 tahun menikah dengan Lily Budiraharjo yang usianya 48 tahun! Saat ini kita gak bakal ngebahas soal pernikahan beliau ya melainkan tentang Jamu Jago yang sukses merajai pasar Indonesia.

Jamu memang udah gak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Tukang jual jamu gendong juga sejatinya masih banyak, akan tetapi udah jarang terlihat di kota-kota besar.

Dan tahu gak sih, jamu-jamu top di Tanah Air itu udah ada di Indonesia sejak era kolonial. Para warga keturunan Tiong Hoa yang berhasil mengembangkan usaha ini. Salah satunya ya Jamu Jago itu.

Sebagai salah satu jamu legendaris, Jago yang berbasis memang udah ada sejak 1918 silam. Selain menjadi pemain utama dalam industri jamu, Jamu Jago juga merupakan perusahaan induk dari Museum Rekor Indonesia (MURI).

Tentu kamu udah tahu bahwa gak sedikit catatan rekor atau prestasi milik orang Indonesia yang masuk rekor MURI. Seolah, MURI itu sudah seperti lembaga pemerintah aja ya, padahal itu punya perusahaan swasta lho. Jamu Jago tentunya untung karena logo ayam jagonya bisa muncul di mana-mana hingga diliput media.

Baca juga: Wah! Suasana Tempo Dulu dan Klasik saat Berkunjung ke Kedai Suwe Ora Jamu

Penasaran dengan fakta-fakta dari perusahaan ini yang mungkin belum kamu ketahui? Yuk simak ulasannya.

1. Dulu cuma toko jamu kecil di Wonogiri

Berawal dari toko kecil, Jamu Jago sukses sebagai salah satu merek nasional, (Instagram/@bravoindonesia).

Jangan salah, sebelum jadi raksasa jamu perusahaan ini hanyalah sebuah toko jamu kecil di desa Wonogiri. Djamoe Djago didirikan oleh Phoa Tjong Kwan (TK Suprana) dan istrinya Tjia Kiat Nio alias Mak Jago pada 1918. TK Suprana mendapatkan ilmu peracikan jamu dari ibunya sendiri.

Baca juga: Dengan Modal Rp 50 Juta, Nova Dewi Berhasil dengan Bisnis Suwe Ora Jamu

Sebagai perusahaan pionir jamu di Indonesia, masih ada jamu yang lebih tua daripada Jago. Jamu itu adalah Djamoe Industrie en Chemicalen Handel “IBOE” Tjap 2 Njonja yang berbasis di Surabaya. Jamu tersebut didirikan sejak tahun 1910.

Berdasarkan informasi dari situs Jamu Jago, Jago mengklaim diri sebagai produsen jamu pertama yang memproduksi jamu serbuk. Karena sebelum ada jamu serbuk, jamu diracik lewat dedaunan dan direbus layaknya teh.

2. Perusahaan ini diwariskan dari generasi ke generasi

Jamu Jago udah diwariskan dari generasi ke generasi, (Instagram/@muri_org).

Jamu Jago adalah perusahaan keluarga dan saat ini generasi ke-empat keluarga Supranalah yang mengelola Jago.

Setelah usaha itu berkembang selama bertahun-tahun, TK Suprana yang merupakan generasi pertama mewariskan perusahaannya ke Anwar, Panji, Lambang, dan Bambang (generasi kedua). Tepat pada tahun 1945, kantor jamu itu pindah ke Semarang sementara itu pabrik pengolahannya berada di Srondol.

Generasi kedua dari perusahaan ini pun mewariskan perusahaan ini ke generasi ke-empat yang namanya cukup ngetop di telinga kita. Siapa lagi kalau bukan Jaya Suprana.

Pria yang saat ini menjadi Presiden Komisaris Jamu Jago Grup ini, memiliki kepribadian unik sekaligus jenius. Dia jugalah yang mendirikan MURI.

Baca juga: Berawal dari Suka, Perempuan Ini Sukses Bangun Kerajaan Bisnis Jamu

Sebagai pimpinan perusahaan pada saat itu, Jaya juga merupakan seorang seniman dan filantrofis. Selain Jaya masih ada nama-nama lain di balik perusahaan ini, mereka adalah Anwar, Monika, Nugraha, Suryohadiwinoto yang baru saja menikah, dan Sena Karjadi.

Sekarang, tonggak kepemimpinan juga sudah beralih ke Ivana Suprana (generasi ke-empat). Perempuan kelahiran 1983 itu menjabat sebagai Direktur Utama PT Jamu Jago. Dia pun dibantu oleh saudara-saudaranya, Arya, Tatum, Andoyo, dan Vincent.

3. Produknya gak cuma jamu

Jamu Jago banyak produk yang dijual, (Instagram/@gogobliindonesia).

Beberapa produk jamu dari Jago yang kita kenal antara adalah Jamu Buyung Upik (Jamu anak-anak), BUMA ( Buyung Upik Masuk Angin Anak), Jamu ESHA (Jamu laki-laki), Basmingin Flu (Jamu moderen untuk flue), Basmurat (jamu moderen bentuk cair untuk asam urat), dan Purwoceng (jamu vitalitas untuk pria). Tapi jangan salah, mereka justru punya produk non-jamu.

Sejak Ivana mempimpin Jamu Jago Grup, perusahaan ini memproduksi berbagai produk non-jamu. Sebut saja minyak telon Bebe Rosie atau Narwastu aroma therapy.

Selain itu, Ivana juga membuat terobosan baru buat peracikan. Sekarang, Buyung Upik udah punya versi sirup akan tetapi formula jamunya tetap ada lho.

Walau tampilannya modern, Jamu Jago tetap menggunakan material tradisional. Sama sekali gak ada bahan kimia yang masuk ke dalam jamu ini.

4. Produk jamu lawas tetap ada

Jamu Jago tetap mempertahankan produk lawas, (Ilustrasi/Shutterstock).

Jamu Jago gak durhaka dengan artian meninggalkan produk jamu lawasnya yang melegenda dan menggantinya dengan yang modern. Produk jamu serbuk itu masih ada akan tetapi kemasannya sudah diubah.

Mengapa demikian? Karena tiap produk punya segmen yang berbeda. Di Jawa Timur, produk jamu seduh itu masih sangat populer, sedangkan di Jawa Tengah dan Barat, jamu gendongan masih lebih laris.

5. Keluarga Suprana membina kerukunan

Kepemilikan Jamu Jago tetap kekeluargaan, (Ilustrasi/Shutterstock).

Namanya perusahaan keluarga, tentu gak nutup kemungkinan kan kalau ada perseteruan. Kopi Kapal Api mungkin sudah pernah mengalami hal itu.

Namun bagi Jamu Jago kerukunan itu adalah hal yang harus dibina. Bagaimana juga, mereka harus membesarkan bisnis keluarganya tanpa konflik. So, gak heran kalau mereka menganut falsafah Jawa, “mangan ora mangan sing penting kumpul” dan “rukun agawe santoso.”

Mereka juga mengedepankan cara musyawarah buat mencari solusi atas permasalahan yang ada. Itulah sebabnya mengapa bisnis keluarga ini terlihat adem ayem aja walau udah empat generasi. Padahal gak mudah lho membina kerukunan seperti mereka.

Itulah lima fakta perusahaan Jamu Jago yang sanggup merajai pasar jamu di Indonesia. Sebagai sebuah produsen jamu, mereka memang terbilang cukup cerdas dalam kegiatan branding.

Siapa sangka, sebuah produsen jamu bisa mendirikan sebuah museum rekor. Udah kayak perusahaan bir Guinness saja yang punya catatan rekor. (Editor: Mahardian Prawira).

Posting Komentar untuk "Dulu Toko Kecil Sekarang Raksasa, Ini 5 Fakta Jamu Jago yang Melegenda"