Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pola Komunikasi Anak Autis

Jakarta, Kartunet.com — Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat dibuttuhkan insan sebagai makhluk sosial. Melalui komunikasi, dua individu atau lebih bisa saling bertukar informasi, bertukar pikiran, dan saling memahami kemauan antar satu sama lainnya. Menurut Wilson (1987) dalam Kathleen Ann Quill (1995) dikatakan bahwa dalam komunikasi diharapkan lebih dari sekadar kemampuan untuk rangkai kata-kata dalam urutan yang tepat, tetapi diharapkan juga relasi saling memahami apa yang dikomunikasikan.


Komunikasi sanggup dikatakan sebagai kemampuan untuk membiarkan orang lain mengetahui apa yang diinginkan individu, menjelaskan perihal sesuatu kepada orang lain, serta untuk mengetahui sesuatu dari orang lain. Dengan kata lain, komunikasi merupakan suatu acara sosial antar dua orang atau lebih untuk sanggup saling bertukar isu yang dilakukan  secara mulut dan nonverbal.


Berdasarkan pengertian komunikasi di atas, mari kita tengok referensi atau karakteristik komunikasi anak autis. Dalam DSM IV (Diagnostic Statistical Manual 1994) dikatakan bahwa seorang anak sanggup dikatakan menyandang keautistikan dikala perkembangan bicaranya lambat atau sama sekali tidak berkembang dan tidak ada perjuangan mengimbangi komunikasi dengan  cara lain; jikalau anak bisa berbicara, bicaranya bukan untuk komunikasi; sering memakai bahasa yang asing dan berulang; referensi bermain anak yang kurang variatif, kurang imajinatif, dan kurang bisa meniru.


Untuk menguatkan karakteristik komunikasi anak autis, Christopher Sunu (2012) menyatakan beberapa indikator sikap komunikasi dan bahasa yang mungkin ada pada anak autis. Di antaranya yakni ekspresi wajah datar, tidak memakai bahasa atau kode tubuh, jarang memulai komunikasi, tidak menggandakan agresi atau suara, berbicara sedikit atau tidak ada sama sekali, membeo kata, intonasi bicara aneh, tampak tidak mengerti kata, serta mengerti dan memakai kata secara terbatas.


Dari sekian banyak ciri yang tertera di atas, membeo atau ekolalia merupakan ciri utama anak autis sebagai gangguan kualitatif dalam perkembangan komunikasi. Contoh dari ekolalia yakni seorang anak autis bisa secara terus menerus mengulang satu kata atau kalimat atau nyanyian tanpa dimengerti artinya. Ciri ekolalia ini biasanya dimiliki penyandang autis muda dengan kemampuan verbal. Akan tetapi, ciri ekolalia bukanlah satu ciri yang penting alasannya yakni dalam perkembangan anak umum juga terdapat fase di mana anak mulai bisa menggandakan dan selalu mengulang kata yang gres dikenalnya. Untuk membedakannya dengan anak autis, orang renta sanggup mengetahuinya dengan cara apakah anak menyerti arti kata yang didengar atau diucapkannya.


Selain ekolalia, ciri lain yang menonjol dan perlu diperhatikan lingkungan anak autis yakni anak autis mempunyai keterbatasan memahami atau memakai kata dan hanya memakai atau memahami kata secara harfiah, dengan kata lain anak autis mempunyai keterbatasan dalam memahami kiasan atau sindiran. Karena keterbatasan inilah, orang tua, guru, dan lingkungan anak autis hendaknya memakai kalimat yang to the point atau eksklusif pada apa yang dimaksud. Ketika berbicara dengan anak autis, hindari kalimat yang berbelit atau penuh dengan kiasan alasannya yakni anak akan kebingungan mengartikan kalimat yang didengarnya.


Jika dalam suatu komunikasi dilakukan interaksi dua arah, pada komunikasi anak autis biasanya dilakukan hanya satu arah. Misalnya, dua orang berkomunikasi ibarat biasa untuk sanggup saling memberi dan mendapatkan informasi, tetapi anak autis berkomunikasi hanya untuk mendapatkan isu atau memberi informasi. Untuk itu komunikasi anak autis bukanlah “berbicara dengan” yang melibatkan relasi dua arah, melainkan satu arah.


Selain mengetahui beberapa ciri penting di atas, orang renta hendaknya mempunyai pengetahuan perkembangan bahasa dan komunikasi yang dimiliki anak pada umumnya. Pengetahuan ini penting alasannya yakni orang renta bisa membandingkan eksklusif perkembangan bahasa dan komunikasi yang dimiliki anak.


 Beberapa ciri komunikasi anak autis di atas tidak melulu harus dimiliki oleh satu orang anak autis. Semua ciri ini hanya bersikap menyeluruh atau komprehensif. Mungkin saja seorang anak autis mempunyai separuh ciri di atas, atau mungkin hanya sepertiganya. Kendati demikian, banyak atau tidaknya ciri yang ada dalam diri anak autis bukan penghalang orang renta untuk melaksanakan penanganan terbaik. Sesedikit ataupun sebanyak apapun ciri-ciri yang dimiliki anak autis tetap harus mendapatkan penanganan untuk mengurangi sikap keautistikannya. (nir)


Editor: Muhammad Yesa Aravena



Sumber gamepelajar.xyz

Posting Komentar untuk "Pola Komunikasi Anak Autis"