Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Idcc Goes To Campus Hadir Di Upi

Bandung, Kartunet.com — Aware, care, and share! Jargon IDCC ini tak henti-hentinya dikumandangkan oleh para penggiat IDCC (Indonesian Disable Care Community) tanggal 18 Mei 2013 berlokasi di Bookstore Lt.3 FIP UPI Bandung. Jargon ini pun mengiringi langkah aktivitas IDCC Goes to Campus di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).


Pada kesempatan ini, IDCC bekerja sama dengan Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Luar Biasa (HMJPLB_UPI) untuk membantu tim IDCC melaksanakan sosialiasi disabilitas di UPI. Para akseptor yang hadir pun tak saja berasal dari mahasiswa PLB UPI, ada mahasiswa luar jurusan PLB  dan juga mahasiswa dari kampus lain.


Diawali dengan games perkenalan “Five Up”, para akseptor dan panitia penyelenggara dibuat membaur satu sama lain, yang kemudian dilanjutkan dengan kata sambutan dari ketua HMJPLB-UPI, Rizal dan Bu Endang selaku Pembina IDCC. Kedua orang yang luar biasa ini berharap semoga aktivitas ini sanggup berjalan dengan lancar, sehingga pada balasannya sanggup terjadi kerja sama untuk melaksanakan hal  bermanfaat bagi lingkungan sekitar, khususnya bagi disabilitas.


Kegiatan talkshow oleh narasumber yang menginspirasi ialah salah satu rangkaian aktivitas yang ditunggu-tunggu oleh akseptor yang hadir dalam ruangan, yang kali ini menghadirkan Habibie Afsyah, Dimas P. Muharam, M IKhwan Toriqo, M. Priagung dan Isteri (Mbak Lela). Kelima narasumber ini membuatkan kepada para akseptor bagaimana perjalanan mereka selama ini sehingga mereka menjadi disabilitas, sekaligus apa yang menciptakan mereka tetap bersemangat menjadi orang-orang yang bermanfaat dan berprestasi walaupun mempunyai ‘keterbatasan”.


Habibi (tunadaksa), ialah pemenang Danamon Award 2012 dan berkecimpung dengan dunia bisnis marketing online.


“Keluarga yang sangat support perkembangan perjalanan saya selama ini, dan mereka jugalah yang menggali potensi yang saya punya”


Dimas P. Muharam (tunanetra) ialah lulusan S1 Sastra Inggris UI dan Co-Founder Kartunet (komunitas pemberdayaan disabilitas di bidang media dan teknologi).


Masalah yang timbul selama perjalanan ialah kesulitan mencari sekolah yang mau menerima  saat menempuh pendidikan SD. Keluarga, terutama orangtua berusaha kemana-mana untuk mencarikan sekolah, alasannya keinginan saya untuk bersekolah sangat besar. Pada balasannya saya sanggup bersekolah. Menurut saya, tanda orang yang masih hidup ialah saat beliau masih mau berikhtiar (berusaha) “.


M ikhwan Toriqo (tunanetra) selaku ketua Kartunet:


Hal yang menguatkan atau menginspirasi saya ialah keinginan atau impian dari dalam diri kita sendiri, suatu tujuan yang terperinci ingin dicapai menciptakan kita lebih bersemangat lagi.


Muhammad Priagung (tunarungu) yang selalu berprestasi dalam bidang pendidikan:


Biarlah keterbatasan tak sanggup mendengar ini menjadi ladang nirwana nantinya,“ begitu disampaikan Mbak Lela sebagai penerjemah Agung dalam berkomunikasi sekaligus isteri yang selalu mendukung dengan ikhlas langkah suaminya.


Begitulah sedikit paparan yang memperlihatkan semangat dan wangsit bagi para akseptor yang hadir. Sharing session yang dibawakan dengan sederhana, santai namun bermakna menciptakan para akseptor antusias mendengarkan pengalaman dari para narasumber. Semangat, keyakinan, perjuangan dari diri sendiri dan pertolongan dari keluarga menjadi kesuksesan mereka untuk terus berkarya dan bermanfaat bagi orang lain, begitu pesan yang sanggup diambil dari sesi sharing ini.  Mereka juga berharap disabilitas sanggup mendapatkan jalan masuk yang adil dan jangan menganggap mereka berbeda dengan yang lainnya.


Antusiasme para akseptor juga sanggup dilihat dari beberapa opini yang pribadi disampaikan oleh para peserta. Salah satu mahasiswa PLB UPI, Hanifah mengungkapkan, “Jujur, pada awalnya saya kurang peduli dengan  dan takut dengan teman-teman disabilitas, tapi ternyata sehabis mendengar sharing hari ini, saya merasa lebih nyaman dan (menyadari) mereka sama dengan kita. Saya besar hati mereka punya potensi yang luar biasa, sehingga menginspirasi saya. Saya pun tertarik untuk bergabung dalam aktivitas IDCC.”


Selanjutnya, akseptor yang hadir menggelar FGD (Forum group discussion) mengenai isu-isu disabilitas, permasalahan yang ada dan bagaimana solusinya. Diskusi ini kemudian berlanjut dengan pembuatan action plan yang sanggup mereka lakukan sebagai langkah awal melaksanakan beberapa solusi yang telah dipaparkan. Terpilihlah salah satu koordinator yang akan intensif berkoordinasi dengan panitia IDCC atas projek yang akan mereka laksanakan dalam waktu 2 bulan.


Tak lupa, aktivitas ini juga dihadiri oleh dua orang sahabat dari PT. Artha Jasa, yaitu mas  Ivan dan mas Hendi sebagai salah satu pendukung aktivitas IDCC. Mereka berharap bahwa aktivitas ini terus dilanjutkan. Mereka percaya bahwa diabilitas dan non-disabilitas sanggup bersatu menghasilkan sebuah karya luar biasa yang nantinya akan berdampak lebih luas lagi.


Kegiatan pun ditutup dengan theme song IDCC yang dinyanyikan secara bersama.


Berjuang bersemangat kita yang paling kuat


mengejar mimpi-mimpi yang tak pernah mati


menggapai impian kita luar biasa


berjuang.. kamu dan saya bisa.


 


Kesan & Pesan panitia serta akseptor untuk aktivitas IDCC:


 “Kegiatannya cantik dan tidak membosankan. Selama ini kami gres melaksanakan aktivitas di lingkungan intern saja, saya berharap kami sanggup mengikuti jejak IDCC untuk melaksanakan aktivitas yang memperlihatkan efek lebih luas lagi, contohnya seminar disabilitas. Harapan saya untuk IDCC lanjutkan dan perlebar sayap lebih luas lagi, semoga sanggup dibuat IDCC cabang Bandung (Mila, 2013)”


“Kegiatannya menyenangkan dan bermanfaat, ternyata ada kelompok yang peduli dengan disabilitas, sehingga saya tertarik untuk gabung. Harapan saya disabilitas sanggup terwadahi dan sanggup diberikan jalan masuk yang adil. Saya  teringat akan kutipan dari Bapak Ciptono : Mereka bukan puntung rokok di tumpukan sampah, melainkan sebatang emas yang terbungkus oleh lumpur.” Dari sini, saya yakin, apabila mereka diberikan kesempatan, mereka sanggup berkarya. Saya juga berharap biar sosialiasi yang dilakukan tidak hanya dilakukan di kampus saja, tapi juga di lingkungan masyarakat.” (Hanifah, 2013)


Editor: Muhammad Yesa Aravena



Sumber gamepelajar.xyz

Posting Komentar untuk "Idcc Goes To Campus Hadir Di Upi"