Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sharing : Wanita Tunanetra Dan Kriminalitas Part I

Sekitar tanggal 13 Februari lalu, kosku dikagetkan dengan kedatangan seorang lelaki berseragam dosen kampusku. Lelaki itu tiba seorang diri dan pribadi menaiki anak tangga menuju lantai dua dimana kamarku dan ebberapa kamar lainnya berada. Aneh sekali, bagaimana bisa seorang lelaki masuk ke kosku yang notabene terlarang untuk kaum adam??? Setelah dipergoki oleh salah seorang teman, lelaki itu mengaku sedang mencari kamar no. 14. Alamak, kamar itu kan kamarku. Namun an anehnya, sesudah mengetahui kamarku, beliau pribadi cabut tanpa terperinci apa tujuannya.


 


Hal tersebut tentu saja mengusik ketenangan seisi kos, lebih-lebih saya yang notabene gampang paranoid dengan hal-hal semacam itu. Maklum saja, sebagai seorang Tunaentra tentu saya tak sanggup melihat situasi di sekelilingku, dan itu membuatku takut akan ada tindak kriminalitas di kosku.


 


Menurut dongeng dari bebrapa teman, insiden menyerupai itu sudah kerap terjadi. Biasanya orang yang kepergok pribadi akal-akalan cari kamar, sesudah itu pribadi cabut lagi. Hal semacam itu pun terjadi belum usang ini di kos-kosan tak jauh dari rumahku. Pasalnya, ada seorang lelaki kepergok masuk kos-kosan dengan membawa bendo dan benda tajam sejenisnya. Dan ketika kepergok, beliau mengaku sedang mencari seseorang, padahal orang yang beliau cari tak ada di kos tersebut.


 


Ah, kalau bicara soal kriminalitas yang mengancam keselamatan perempuan, saya jadi teringat diriku sendiri yang notabene wanita sekaligus tunanetra. Kenapa saya jadi teringat diriku sndiri?? Ya, tentu sebab saya pernah menjadi korban, korban pelecehan lebih tepatnya.


 


Siapa pun orangnya, entah Tunanetra atau pun orang awas, mempunyai kemungkinan menjadi korban kriminalitas atau pun pelecehan. Fakta di lapangan pun ternyata berkata demikian. Selain saya yang pernah mengalami pelecehan, ternyata teman-teman peremppuan lainnya pun mengalami hal serupa. Dari pengalamanku itu, karenanya saya tergelitik untuk bertanya pada teman-teman Tunaentra wanita Tunanetra baik yang ada di sekitarku atau pun yang ada di luar kota. Ternyata pengalaman teman-teman lain juga cukup variatif dan cukup mengerikan. Aku sempat bergidik ketika mendengar curahan dari teman-teman yang menyampaikan “Ada yang hingga hamil lho!”


 


Astaghfirullah…aku pribadi istighfar dan mengelus dada. Kenapa para pelaku itu tega berbuat demikian pada perempuan, apa lagi Tunanetra. Dimana kah hati dan nurani mereka? Apakah sebab wanita Tunaentra dianggap lemah???


 


Yuk gimana kalo coba menyimak pengalamanku kaitannya dengan keselamatan sebagai seorang wanita yang juga Tunanetra?!? Tapi sebelumnya saya informasikan bahwa goresan pena ini tak bermaksud menakut-nakuti atau mengecilkan hati para wanita Tunaentra ya. Aku sekedar sharing warta yang saya harap sanggup menjadi beling biar ke depannya wanita Tunanetra lebih berhati-hati lagi dalam melaksanakan aktivitas.


 


Pengalamanku ini terjadi pas saya semester 1 dulu. Ketika itu saya belum tinggal di rumah kos, melainkan tinggal di rumah orang renta angkatku di daerah Semarang selatan, di kabupaten Semarang sih lebih tepatnya. Bila sudah mepet jam masuk kuliah, biasanya saya menggunakan jasa ojek biar tak perlu usang menunggu Bis yang hobinya ngetem. Dan kebetulan di sekitar tempat tinggalku itu ada ojek yang beberapa kali kumintai jasanya mengantarku ke kampus. Abang ojek itu berusia tak jauh beda denganku, tapi beliau sudah mempunyai seorang istri.


 


Beberapa kali saya menumpang motornya, tak ada gelagat aneh; tak lebih dari SMS ‘gak jelas’ yang melayang tiap malam menjelang tidur. Kupikir SMS beliau itu hanya iseng, pasalnya beliau sudah mempunyai seorang istri, tak mungkin beliau benar-benar menyukaiku. Kebetulan waktu itu beliau mengirim SMS layaknya pengemar kepada idolanya. Sebetulnya saya risih dengan SMS itu, tapi saya hanya menyikapinya dengan tak bereaksi alias membisu tak membalas SMS-nya.


 


Hari demi hari berlanjut. SMS ‘gaje’ alias ‘gak jelas’ itu terus mampir ke Handphone-ku. Tak hanya itu, semakin hari beliau semakin berani memintaku duduk ‘mepet’ dengannya ketika berada di motor. Kesal! Tentu saya kesal mendengar permintaannya itu, tapi saya Cuma membisu tak peduli dengan alasan beliau yang menyatakan bahwa permintaannya itu semata-mata sebab menjaga keseimbangan laju kendaraannya. Tapi, ada suatu hari dimana kesabaranku telah mencapai puncaknya.


 


Suatu sore ketika saya hendak ‘pindah rumah’ dari rumah orang renta angkatku menuju rumah kos, insiden tidak menyenangkan itu terjadi. Ketika itu saya memang tetapkan untuk kos sebab Alhamdulillah kondisi ekonomi keluargaku sudah agak mendingan shingga orang renta kandungku yang bekerja berjualan nasi di luar jawa bisa membiayai kosku. Dalam proses memindahkan barang dari rumah orang renta angkatku menuju kos, saya menggunakan jasa kakak ojek itu sebab memang tak ada yang mengantar dan membawakan barang. Akhirnya, dengan cuaca yang mendung dan kurang bersahabat, saya pun melaju di atas sepeda motor si ojek tersebut.


 


Di perjalanan, hujan pun turun cukup deras. Alhasil motor yang kutumpangi pun berhenti di suatu tempat. Aku tak menaruh curiga ketika motor ojek itu terhenti sebab kupikir paling-paling berhenti di pinggir jalan di depan toko atau bengkel sebab umumnya orang yang berteduh melaksanakan hal tersebut. Tapi siapa sangka saya berada di tempat asing berupa rumah huni???


 


Ketika motor terhenti, saya hanya terpaku dengan helm yang masih terpasang di kepalaku. Aku tak melaksanakan apa pun kecuali mengotak-atik Handphone-ku. Lalu si kakak ojek memintaku beralih dari pinggir motor menuju tempat lain yang lebih nyaman. Aku menolak, sebab kupikir tempatku sudah cukup nyaman. Tapi beliau terus meminta. Akhirnya saya pun bergerak.


 


Tak usang sesudah berjalan, saya didudukan pada sebuah kursi. Lagi-lagi saya tak menaruh curiga. Kupikir tempat yang kudiami itu ialah emperan toko atau apa. Sambil menunggu hujan reda, kumainkan jemariku di atas keypad Handphone-ku. Tapi betapa terkejutnya saya ketika kudengar bunyi kurang pantas terdengar dari Handphone si kakak tukang ojek itu. Usut punya usut si kakak ojek sedang memutar video kurang pantas! Kontan saya pribadi istighfar. Aku berusaha tenang, lebih-lebih ketika tangannya mencoba menyentuh salah satu pahaku. Langsung saya bergeser menjauh, tapi tak bereaksi marah. Ketika saya bergeser, beliau ikut bergeser ke arahku, tapi video di Handphone-nya tersebut telah ia matikan.


 


Dimana saya kini ini??? Pikirku ketika itu. Segala macam perasaan campur aduk. Marah, kesal, jengkel, takut, dan tangan gatal ingin menampar orang itu pun berkecamuk dalam hati dan pikiran. Tapi saya berusaha menguasai keadaanku dengan tidak bereaksi murka atau memukulnya, sebab saya berpikiran bahwa kalau saya melaksanakan itu, saya takut beliau akan lebih nekad kepadaku. Akhirnya, dengan dada yang berdegup kencang, saya berpura-pura menelpon temanku. Aku benar-benar berpura-pura ketika itu! Di dalam percakapan telepon itu, saya berpura-pura menerima warta dari temanku bahwa sahabat yang mengetahui alamat kosku akan segera pergi, sehingga saya harus segera datang. Alhasil dengan alasan yang kubuat itu, kupaksa si kakak ojek untuk segera mengantarku.


 


Akhirnya saya pun berjalan menuju motor dengan upaya beliau menuntunku, tapi tanpa pikir panjang saya pribadi menolak niatnya itu dengan berjalan sendiri menuju motor. Dan ketika itu saya kaget sebab kudapati beliau mengunci pintu sebelum menghampiriku yang sudah bangun di pinggir motor. Astaghfirullah, ternyata tadi saya berada di sebuah ruangan dan bukan berada di emperan toko atau apa.


 


Ternyata tindakan kurang senonohnya itu tak berhenti hingga disitu. Ketika hingga di kampus dan menungu temanku datang, beliau berani bertindak kurang ajar! Dia berusaha menyentuh potongan terlarang. Untung saja niatnya itu tak berhasil sebab saya pribadi menangkis tangannya. Berbeda dengan sebelumnya, kali itu saya berani memarahi beliau dan mengumpatnya sebab di tempat saya bangun ialah daerah kampusku.


 


Ya kurang lebih begitu pengalamanku. Biasa saja memang, tapi buatku pribadi hal itu cukup mengguncang jiwaku. Betapa orang yang sebelumnya ‘sok alim’ dan ‘sok ngajarin agam’ kepadaku ternyata berkelakuan menyerupai itu! Apa yang ada dipikiran beliau sebetulnya? Apa beliau berpikir bahwa saya lemah? Bahwa saya Tunanetra?? Bahwa saya bisa dimanfaatkan??? Kesal, benar-benar kesal! Sejak ketika itu saya tak lagi menggunakan jasa ojeknya, termasuk menggubris SMS dan telpon darinya. Cukup sudah cukup pelecehan yang beliau lakukan!! Harga diriku terasa diinjak-injak!!


 


Dari pengalamanku itu, saya bisa mengambil pesan yang tersirat yang bisa juga dijadikan tips untuk teman-teman. Mungkin kalau nanti teman-teman ada yang mengalami hal serupa, kalau bisa jangan bereaksi murka atau bagaimana, akal-akalan tidak tahu, sebab kalau kita bereaksi marah, beliau bisa semakin nekad kepada kita. Selanjutnya, mungkin kita bisa mengirim SMS kepada sahabat perihal kondisi kita biar kalau terjadi apa-apa sanggup segera dilacak. Jika perlu, lakukan sedikit akting menelpon kepada sahabat hehehhee biar sanggup terhindar dari tempat kita berada. Tips lainnya mungkin lebih aware dengan lingkungan ya sebab saya akui bahwa saya kurang aware dengan lingkungan sampai-sampai saya tak tahu dibawa kemana! Tips lainnya mungkin bisa ditambahkan oleh kartuneters lainnya!


 


Oiya, untuk pengalaman dan dongeng perihal wanita tunanetra dan keselamatan bisa saya bagi di part selanjutnya ya! Thank you for reading!



Sumber gamepelajar.xyz

Posting Komentar untuk "Sharing : Wanita Tunanetra Dan Kriminalitas Part I"