Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Penyandang Disabilitas Menunjukkan Solusi Melalui Ict

Seminar mengenai peluang TIK untuk Penyandang Disabilitas di Indosat Penyandang Disabilitas Menawarkan Solusi  Melalui ICTJakarta – Hujan yang mengguyur Jakarta Sabtu pagi 22 Februari tak menyurutkan semangat para punggawa Kartunet untuk menghadiri sebuah momentum besar bagi penyandang disabilitas. Berangkat dengan kendaraan beroda empat sewaan, kami meluncur dari sekretariat di daerah Ragunan ke Gedung Indosat di Jl. Merdeka Barat no.21 Jakarta Pusat. Di auditorium lantai 4 gedung itu akan diadakan talkshow bertajuk The ICT’s Opportunity for People with Disabilities.


Acara yang dimulai sekitar pukul 09:30 WIB ini diselenggarakan atas prakarsa IDKITA Kompasiana, bekerja sama dengan Komunitas Kartunet dan Indonesia Disable Care Community (IDCC). Sebagai pembicara ada empat orang yaitu Habibie Afsyah (seorang tunadaksa pengguna dingklik roda, internet marketing expert), Christie Damayanti (Surviver pasca-stroke dan penulis buku-buku motivasi), kemudian Riqo dan saya dari Kartunet. Jalannya diskusi dimoderatori oleh pak Tovanno Valentino dari IDKITA Kompasiana. Kartunet selain menurunkan dua orang sebagai pembicara, juga membuka jadwal dengan musik akustik menampilkan personel bung Riqo, Saiful, dan Irfan.


Tak menyerupai bincang-bincang sebelumnya, jadwal ini menjadi penting lantaran dihadiri oleh para pembuat kebijakan yang sanggup ikut mengubah masa depan penyandang disabilitas di Indonesia. Setelah penampilan Kartunet Akustik, sambutan diberikan oleh Prof. Dr.-Ing. Ir. Kalamullah Ramli, M.Eng, (Plt. Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika), Dr. Dewi Motik Pramono, Msi (ketua umum Kongres Wanita Indonesia – KOWANI), dan Bapak Indar Atmanto (Chief Corporate Services Officer Indosat). Selain itu, hadir pula ibu Mudjiati, S.H (Deputi III Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak) di dingklik undangan.


Mereka yaitu orang-orang yang menjadi target pada kegiatan ini untuk mendengarkan, melihat, dan menyaksikan apa saja yang sanggup dilakukan oleh kami, penyandang disabilitas, dengan hadirnya Information and Communications Technology atau Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Bapak Prof. Kalamullah Ramli, atau biasa disapa pak Muli, diharapkand apat menciptakan kebijakan dan mengimplementasikannya terkait dengan jaringan telekomunikasi untuk mempermudah kanal penyandang disabilitas ke banyak sektor menyerupai lapangan pekerjaan, pendidikan, advokasi, dll. Sedangkan kepada pak Indar dari Indosat dan bu Dewi Motik dari Kowani, diharapkan sanggup mendorong dunia perjuangan ikut mendukung dibukanya lapangan kerja dan perjuangan bagi penyandang disabilitas yang lebih baik.


Kami dari Kartunet juga diminta untuk mendemonstrasikan bagaimana seorang tunanetra sanggup memakai komputer dan smartphone. Aku menjelaskan bahwa tunanetra, yang  notabenya kehilangan fungsi penglihatan, sanggup memakai komputer lantaran ada software screen reader atau pembaca layar terinstall di dalamnya. Untuk operating system Window, dipakai screen reader merk JAWS yang berbayar, atau NVDA yang opensource atau gratis. Sedangkan pada operating system Mac dari Apple, tak dibutuhkan software komplemen lantaran screen reader sudah tersedia dari fitur accessibility. Aku juga memperlihatkan netbook yang kupakai kepada para hadirin bahwa perangkat yang dipakai sama dengan mereka dan sanggup dibeli di pasaran dengan mudah. Tak ada karakter braille di atas keyboard atau perbedaan lainnya. Untuk sanggup mengoperasikannya, kami hanya perlu menghafal posisi keyboard, dan mencar ilmu mengakrabkan diri dengan bunyi dari software screen reader yang membacakan apa-apa yang tampil di layar komputer.


Aku ingin memperlihatkan bahwa kehadiran ICT yaitu revolusi besar dalam hidup penyandang disabilitas. Dia bisa mengaktivkan kembali fungsi-fungsi yang terhambat oleh disabilitasnya, menjadi optimal. Ini sesuai dengan konsep penggunaan istilah person with disability. Disabilitas bukan dipandang sebagai ketaknormalan yang dialami oleh seseorang, tapi sebuah keadaan yang menjadikan ia tak sanggup melaksanakan fungsi-fungsi secara optimal. Keadaan itu terjadi lantaran lingkungan yang belum mendukung dan sesuai dengan perbedaan fisik/mental/intelektual yang dialami. Maka, dengan adanya komputer yang dilengkapi dengan jadwal screen reader, disabilitas itu hilang, dan tunanetra sanggup menulis, membaca, berselancar di internet, memakai social media, atau bahkan menciptakan website menyerupai yang kami lakukan di Kartunet.com


Setelah itu, seharusnya bung Riqo akan gantian memperlihatkan bagaimana tunanetra memakai gadget berbasis Android dan iOs yang meski touch screen, sanggup diakses dengan sempurna. Akan tetapi, pak Muli dan bu Dewi Motik menyampaikan bahwa jam 11 siang mereka ada kegiatan dan ingin segera pamit. Pak Valen kemudian menahan beliau-beliau sejenak, dan memintaku untuk memberikan impian kepada mereka untuk kemudian ditanggapi dengan komitmen.


Kepada hadirin saya sampaikan bahwa penyandang disabilitas yaitu insan yang sama dengan lainnya, punya potensi dan kompetensi, asal diberi kesempatan. Ketika membuka lapangan kerja bagi penyandang disabilitas, jangan lihat dari keterbatasannya. Tapi coba kedepankan kemampuan apa yang sanggup dilakukan, dan cari solusi untuk mengatasi keterbatasannya. Tak perlu dibuatkan pekerjaan “khusus” bagi penyandang disabilitas, cukup apa kebutuhan perusahaan atau forum pemerintah, dan beri training serta alat bantu biar bisa bekerja optimal. Selain itu, sekiranya pihak swasta dan pemerintah juga mau melaksanakan upaya “jemput bola”. Sebab penyandang disabilitas pada umumnya rendah kepercayaan dirinya. Mereka perlu dorongan lebih untuk meyakini bahwa mereka juga bisa dan sanggup bersaing. Hal ini perlu dilakukan atas semangat pemberdayaan, selian memang ada kewajiban dari undang-undang untuk mempekerjakan 1 orang dengan disabilitas dari 100 karyawan.


Karena waktu yang terbatas, saya tak sanggup memberikan semua yang menjadi harapan. Padahal masih ingin memberikan gagasan untuk pemerintah biar lebih aktif lagi mendukung penyandang disabilitas secara terintegrasi. Lalu impian kami ditanggapi pak Muli yang menyampaikan bahwa pemerintah akan mendukung segala hal untuk memberdayakan penyandang disabilitas. Meski menurutku masih terkesan normatif, tapi paling tidak kesepakatan dia sanggup dipegang untuk tindak lanjut yang lebih konkrit di diskusi-diskusi berikutnya. Kemudian, bu Dewi Motik juga menyatakan komitmennya dan pribadi “menembak” Kominfo dan juga Indosat untuk memfasilitasi motivasi keliling oleh para narasumber yang hadir hari itu ke 34 provinsi di Indonesia. Komitmen itu disambangi pula oleh bu Mudjiati yang akan mendukung dengan memanfaatkan jejaring Kementrian Perempuan di seluruh Indonesia. Sekali lagi, menurutku kesepakatan yang diutarakan masih hanya menyentuh permukaan masalah. Belum mendalam sebagai reaksi dari apa yang kami paparkan sebelumnya. Akan tetapi, patut disyukuri bahwa ada niatan awal, tinggal penetrasi pemahaman mengenai info dan solusi yang lebih konkrit berikutnya.


Setelah para tamu VIP meninggalkan ruangan, jadwal dilanjutkan dengan menampilkan video call dari seorang ibu penggerak disabilitas di Kebumen, Jawa Tengah. Beliau memberikan bahwa keadaan di daerah, khususnya bagi penyandang disabilitas, masih sangat memprihatinkan. Akses ke pendidikan masih sulit, apalagi mau mengakses ICT. Diharapkan ada donasi dari pemerintah untuk mengadakan pelatihan-pelatihan ICT untuk memberdayakan penyandang disabilitas. Pak Valen menanggapi bahwa situasi menyerupai itu umum terjadi di luar kota besar. Itu masih di Kebumen, yang di dalam Pulau Jawa, bagaimana yang di luar Jawa?


Sesi terakhir, kami diminta untuk memperlihatkan harapan, pesan, dan kalimat penutup. Habibie memberikan mengenai pentingnya peranan keluarga bagi penyandang disabilitas. Dukungan mereka sangat dibutuhkan sebagai orang-orang terdekat untuk membentuk kemandirian dari penyandang disabilitas. Dilanjutkan oleh bu Christie, dia memberikan biar apapun keadaannya, seseorang tetap harus berkarya. Seperti ketika ia mengalami stroke, ia tak mau terpuruk dan mengalihkan sebagian waktunya untuk menulis. Lalu Riqo kembali ingin menegaskan bahwa penyandang disabilitas hanya perlu diberi kesempatan. Karena dengan adanya kesempatan, maka ada peluang untuk berkarya dan ikut memberi sumbangsih bagi bangsa.


Sedangkan saya melanjutkan impian yang belum tersampaikan. Khususnya untuk penyandang disabilitas di daerah pelosok, bunyi mereka sama sekali tak terdengar. Tak ada wadah dan jalur komunikasi yang memfasilitasi aspirasi mereka. Di sana gotong royong pemerintah dan perusahaan telekomunikasi sanggup berperan. Teknologi SMS, yang mungkin di kota besar mulai ditinggalkan, masih sangat potensial untuk daerah pelosok. Melalui sms, penyandang disabilitas sanggup memberikan suaranya ke dunia luar. Selain itu, adanya televisi dan radio juga perlu dioptimalkan. Perlu ada fitur penerjemah bahasa kode bagi tunarungu dan juga audiodescriber bagi tunanetra pada acara-acara edukatif di televisi. Selain itu, adanya jadwal rutin yang mengangkat info disabilitas di TV dan radio, berpotensi menjadi cara paling efektif menjangkau penyandang disabilitas, sekaligus menyuarakan aspirasinya.


Acara berakhir, dan dilanjut dengan sesi foto bersama narasumber dan hadirin. Ada pula reporter dari TV Edukasi milik Kemdikbud yang mewawancarai kami. Tapi hal terpenting yaitu pak Indar dari Indosat yang mendatangi Riqo dan saya di atas panggung, dan mengobrol panjang lebar. Kami memberikan apa fakta yang terjadi di lapangan, apa yang dibutuhkan, dan ide-ide kami pada beliau. Kita juga berbicara mengenai peluang lapangank erja bagi penyandang disabilitas dari sektor social media admin dan customer service officer yang sanggup didukung oleh Indosat. Kami sangat bahagia alasannya pak Indar tampaknya sungguh-sungguh ingin mendukung kami. Bahkan kita dijadwalkan lagi untuk bertemu dia dalam waktu dekat.


Mendekati pukul 1 siang, sesi ramah-tamah alias makan siang selesai. Aku masih bertemu dengan beberapa hadirin lainnya untuk bertukar kontak. Lalu kami pulang, dengan kendaraan beroda empat sewaan yang sudah menanti di depan gedung.


Hujan kembali mengguyur deras, tapi kami tak peduli lantaran sibuk dengan diskusi mengenai langkah-langkah selanjutnya. Kami yakin dengan konsep ini, bahwa membantu penyandang disabilitas hari ini yaitu investasi bagi kita semua, teman, sahabat, keluarga, dan anak cucu di masa depan. Karena tiap orang berpotensi menjadi disabilitas, dan apabila situasi itu datang, hidup tetap harus berjalan meski dengan kondisi yang berbeda. Terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung jadwal talkshow The ICT’s Opportunity for People with Disabilities. Semoga semua pihak tetap ingat pada komitmennya, dan jadwal ini menjadi momentum baik bagi penyandang disabilitas di seluruh Indonesia.(DPM)



Sumber gamepelajar.xyz

Posting Komentar untuk "Penyandang Disabilitas Menunjukkan Solusi Melalui Ict"