Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Saksi Mata Tak Bermata

SAKSI MATA TAK BERMATA


Seperti hari-hari biasanya, pagi itu Anto seorang penyandang disable penglihatan berkemas-kemas untuk berangkat kerja. Sebagai penyandang disable ia termasuk beruntung, meski ia memiliki kondisi disabilitas, ketika ini ia sudahmempunyai pekerjaan yang tetap yang itu berbeda dengan penyandang disable lain yang mereka masih harus berjuang untuk memperoleh pekerjaan. It is six therty a clock a.m, bunyi talking watch ketika ia menekannya. “sudah mau berangkat mas?” tanya rika istrinya. “iya, soalnya ini hari senin, biasanya jalanan macet..” jawab lelaki itu sambil menggunakan sepatu kerjanya. “tongkat, riglet dan dompetnya udah disiapin?..” tanya istrinya lagi mengingatkan. “sudah, jikalau belum, gimana saya sanggup berangkat?..” jawab Anto sambil nada becanda. “aku nanti pulang agak malam, soalnya hari ini saya lembur..” kata lelaki itu kepada istrinya. “ya sudah, hati-hati saja jikalau pulang malam..” jawab Rika sambil membantu mengambilkan tas kerja yang akan dibawa suaminya.


Setelah menghabiskan sisa kopi yang menjadi minuman kegemarannyasetiap pagi, lelaki itu kemudian pamit kepada istrinya untuk berangkat kerja. Dengan menggunakan tongkat sebagai alat bantu mobilitas Anto berjalan menuju kawasan ia bekerja. Seperti yang dikatakan lelaki itu, memang senin pagi itu jalananan cukup padat. Dari mulai lelaki itu menaiki angkutan umum di depang gang rumahnya sudah terjebak macet. “waduh hingga kantor jam berapa ni?…” fikirnya dalam hati. Perjalanan dari rumah menuju kantor kawasan lelaki itu bekerja biasanya memakan waktu dua jam, dan harus ditempuh dengan dua kali ganti kendaraan umum. Sudah hampir empat puluh lima menit lelaki itu di atas angkutan umum, alhasil ia datang di terminal, dan eksklusif ia mencari bus untuk menuju ketempat kerjanya. “lelaki itu berjalan dengan menggunakan alat bantu tongkatnya untuk mencari bus yang mengarah ke kawasan ia bekerja. Karna masih pagi, meski banyak orang berlalu -lalang, tapi tidak satupun dari orang-orang itu membantu lelaki itu, mungkin karna hari yang masih pagi sehingga orang-orang itu sibuk dengan kepentingannya masing-masing. Tak usang sehabis Anto berjalan diterminal itu untuk mencari bus yang akan mengantarkannya ketempatnyabekerja, alhasil ia menemukan bus kota itu dengan cara ia mendengarkankernek bus itu berteriak memanggil penumpang dengan menyebutkan jurusan bus kota itu. Bus dalam kota yang ditumpangi Anto itu sarat akan penumpang, dan menyerupai pengendara-pengendaraa bus pada kebanyakan, bus yang ditumpangi Anto itu dikendari dengan tak memperhatikan adat dalam berlalu lintas. “pelan-pelan bang!..”seru seorang ibu yang merupakan salahsatu dari penumpang. “iya pelan-pelan aja, ini bawa orang bukan sapi ..” teriak penumpang yang lain dengan ketus. Meski mendengar permintaan dan teriakan penumpang, sopir yang mengendarai bus itu tak bergeming, ia tetap mengendarai bus itu dengan urakan. Bus itu pun melaju dengan kencang yang menciptakan seluruh penumpang terpacu adrenalinnya. Dan ketika bus itu melaju dengan cepat, disebuah perempatan, bus itu menabrak sorang pengendara sepeda motor. Sontak seluruh penumpang yang berada didalam bus itu berteriak, kemudian sopir bus itu menyuruh semua penumpang untuk turun. dan para penumpang pun turun dari bus itutermasuk Anto ia turun dibantu oleh salah seorang penumpang. Dan bukanya menolong pengendara yang telah ditabrak, justru sopir dan kernek dari bus itu menyalakan dan memacu bus itu untuk menghindari tanggung jawab. Anto lelaki disable penglihatan itu masih sedikit gundah dengan insiden yang gres ia alami, “memang tadi bus yang kita tumpangi menabrak apa??..” tanya Anto ke salah satu penumpang dengan penasaran. “bus yang kita tumpangi menabrak pengendara sepeda motor..” jawab penumpang itu sambil ia masih melihat korban yang tertabrak bus tadi. “terus bagaimana kondisi pengendara sepeda motornya pak?..” tanya Anto lagi. “sepertinya meninggal dunia..” jawab penumpang itu lagi singkat. “terus sopir busnya kemana?..” tanya Antolagi masih penasaran. “sopir bus itu ga bertanggung jawab, ia kabur..” jawab penumpang itu menyayangkan.


Mendengar jawban-jawaban dari penumpang itu, Anto segera mengambil telpon genggam dari kantongnya, Anto mengirimkan pesan singkat ke sebuah stasiun radio berita, ia menyampaikaan insiden yang gres saja ia alami. Dan tak usang sehabis Anto itu mengirim sms ke radio gosip itu, telpon genggamnya berbunyi. “hello..”sapa Anto. “hallo, selamat pagi, maaf ini dengan bapak Anto??..” jawab bunyi lelaki diujung telepon. “ya betul..” jawab Antolagi. “saya surya dari radio kartunet..” kata bunyi pria itu memperkenalkan diri, yang ternyata bunyi pria itu ternyata ialah penyiar radio yang barusaja mendapat pesan singkat darinya. Mendengar bahwa bunyi pria diujung telepon itu ternyata penyiar radio yang gres saja ia kirimi pesan, Anto agak bergeser posisinya untuk mencari kawasan yang agak sedik sepi. “maaf pak Anto, kami tadi mendapat pesan singkat dari anda mengenai kecelakaan bus yang menabrak seorang pengendara sepeda motor, bagaimana kronologi kejadiannya pak?..” tanya penyiar radio itu menginterfiu. “iya pak, tadi bus yang saya tumpangi menabrak seorang pengendara sepeda motor..” terperinci Anto dengan semangat menjelaskan. “bagaimana kondisi korbannya pak?..” tanya penyiar itu lagi. “korban meninggal dunia pak..” jawab Anto masih dengang semangat. “kalau bus yang menjadi pelaku?..” “bus itu kabur melarikan diri..” jawab Anto lagi “bisa dijelaskan ciri-ciri dari korban pengendara motornya pak?..” tanya penyiar itu lagi. Namun berbeda dengan jawaban-jawaban yang telah diberikan sebelumnya yang penuh semangat dalam ia menjawabnya, namun untuk pertanyaan kali ini Anto gugup dan hanya terdiambingung untuk menjawagnya. “korbanya pria atau perempuan?..” tanya penyiar itu lagi. Anto makin gundah untuk menjawab, karna ia tadi belum sempat menanyakan pertanyaan-pertanyaa¬n menyerupai yang penyiar itu tanyakan, sehingga ia gugup dan termangu dalam menjawab pertanyaan-pertanyaa¬n yang diajukan penyiar itu. Namun bukannya berhenti bertanya, penyiar itu malah terus memberondong pertanyaan-pertanyaa¬n yang Anto tidak sanggup untuk menjawabnya. “warna motor yang di tabrak apa pak?..” “nomor polisi motor itu berapa pak?..” “korbanya ada berapa orang?..” “korban menggunakan pakaian apa?..” dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh penyiar itu. Anto semakin gundah untuk menjawab, dan alhasil Anto pun memutus kekerabatan telepon dengan penyiar radio tersevut. Tadinya ia ingin meminta tolong semoga penumpang yang lain untuk menjawab, namun ia gres tersadar penumpang yang ada semuanya sudah pergi melanjutkan perjalanan dan korban kecelakaan itu pun sudah dibawa polisike rumah sakit. Anto pun bangun sendirian dipinggir jalan masih sambil menggenggam telepongenggamnya. “apa memang saya hanya pantas menjadi objek gosip bukan pemberi berita???..” tanya lelaki ini dalam hati. Kemudian ia pun berjalan menggunakan tongkatnya untuk melanjutkan perjalanan.


***



Sumber gamepelajar.xyz

Posting Komentar untuk "Saksi Mata Tak Bermata"