Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dongeng Gemericik Bunyi Hati (15)

“Buat dilaporin ke Istana Tabib, dan saya ingin sekeping emas dari mereka untuk hidup dan mengambil perkamen Hijash, terus akhirnya gimana? Sudah di periksa oleh juru Istana?” “Belum, pergi luh sana, hush, dasar orang gila, mau mengudeta Kerajaan Bumi ya….”. Buset, kepikiran saja boro-boro bro, alasannya diusir, jadi saya melapor ke Istana secara halus “Giro, gimana nih cek, saya nah ke bilik, tapi malah bla..bla…bla….” “Susah memang jikalau mereka pada ga mau kerjasama, saya bantuin deh, balik lagi ya sebulan lagi”.

Tingit masuk ke sebuah warung makan yang menjual Lele dan memperlihatkan diri untuk membantu dan bekerja demi sekiping emas. Saran untuk mengembangkan warung di acuhkan, yang terang mereka joroknya bukan main, masa habis makan tidak dibasuh tangannya dengan air suci, katanya sih itu tradisi di sana yang menjadi cita rasanya, iukh jorok bro, namun ya bukan masalah, toh saya bekerja disana bro. Kewajiban pun dilakukan menyerupai membelikan perkamen dari bilik Kertas, mencarikan lele terbaik, menyebarkan hukum disana sesuai dengan hukum yang berlaku di Istana. Tingit pun terkaget alasannya tiba-tiba dikasih segenggam emas dan diminta untuk pergi dengan alasan kurang dapat berkomunikasi dengan baik serta melanggar hukum alasannya mangkir selama dua hari, padahal sudah diizinkan untuk mengambil perkamen Hijash. Tapi ya sudahlah….bro….emas dapat di kais di daerah lain, iya kan bro? Semangat!

Tingit berjalan kesana-kemari mencari segenggam emas alasannya ayahanda dan ibunda yang masa ndeso dan meminta lewat surat hantu yang sekali dikirim “Kamu harus dapat untuk bangun sendiri, sampah!”.

Inilah yang bikin sakit hati alasannya ingin mencar ilmu ilmu niscaya berupa pembacaan langit di Kerajaan Kehde, namun alasannya panjaaang menyerupai kereta kuda kami yang dideretin semua di pekarangan akrab gerbang Istana terluar yaitu Istana Keluryk, namun untuk mencari sipir kuda khusus Raja hebohnya bukan main, duuuh cape deh bro….belum lagi yang lain menyerupai memperturutkan impian Garpu untuk membeli pakaian termahal di bilik perancang busana kerajaan. Ya sudah deh. To udah di buang ini kan bro?

Ketemulah Tingit dengan seorang perempuan di pasar yang berjoget disana sambil bilang “Bahasa Kerajaan Gonh, Bahasa Kerajaan Grj, Bahasa Kerajaan Trik, Bahasa Kerajaan Bareh, murah meriah cuma 10 tembaga pada masing-masing Bahasa”. Karena tertarik, maka belajarlah.

Awalnya, sempat ditawari seorang cowok yang mau membayarkan Tingit semua, “Aku bayarin yah? Aku juga mau, habisan saya pusing rakyatku ribut mulu tapi saya mau bantu, tapi kurang ngerti bahasanya, jadi yah gitu deh.”, namun ditolak dengan gelengan kepala dan tangan yang dilambaikan sambil berucap “Terimakasih yang mulia, alasannya Tingit sudah duluan membayar untuk semua bahasa”, psst belakang layar ya bro, bergotong-royong alasannya keengganan dan kasihan mesti mengurus rakyat jelata yang suka huru hara memintanya untuk turun tahta dari Kerajaannya sendiri, Kerajaan Tah.

“Nadiiiii…..Bahasa Trik ini begini? Ini itu ya? Begitu? Ada lagi? Peer lagi dooong boleh? Lagi masak ya, ini apa? Kenapa bisa?” sambil mengacungkan perkamen yang



Sumber gamepelajar.xyz

Posting Komentar untuk "Dongeng Gemericik Bunyi Hati (15)"