Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Aku, Kau Dan Hegemoni

 


Belajar hegemoni terhadap ruang, waktu dan hatimu memang perlu kesabaran. Tidak secapat kita memasan masakan di fastfood sebelah sana. Karena di sini saya bukan raja mirip yang para pengusaha ibaratkan. Aku yaitu orang biasa yang mencoba menuliskan jalannya sendiri, termasuk ketika mendekati dirimu.


Pada dikala saya memulai untuk menuliskan suatu dongeng wacana saya dan kamu, bahu-membahu tak melulu melibatkan hegemoni, saya juga masih terlalu awam atas kata-kata tersebut. Makara saya tidak mau sok tahu untuk melibatkan banyak kata hegemoni dalam hubungan dua hati ini. sebab, kalau sudah menghubungkannya, maka saya akan menjadi sangsi atas apa arti kedekatan yang coba saya berdiri bersamamu. Aku takut tidak sanggup lagi membangun ketulusan serta kebersamaan yang berharap lama. Bukan menurut pamrih-pamrih jahat.


Sama dengan ketulusan. Cinta juga tak perlu hegemoni. Menurut saya, cinta itu semestinya ada di atas hegemoni, beliau tak boleh tertindas sebagai yang kalah atau menyerah. masih ingatkah kau wacana kisah romeo dan Juliet? Ya, mereka berjuang bersama untuk tidak tunduk pada penguasa, mereka berjuang untuk menundukkan hegemoni yang orang lain ciptakan. Menciptakan kisah haru yang sebaliknya, mereka menghegemoni para pemuda-pemudi kini untuk lebih berani memperjuangkan cintanya. Meski kini lebih banyak salahnya dalam mengartikan ini.


Tak terkecuali aku. Aku ingin semua ini mengalir tanpa tedeng aling-aling, biarlah semua berjalan sesuai apa yang seharusnya terjadi, meski kadang penyasalan selalu tiba di selesai ketika jadinya tidak begitu sesuai dengan apa yang kita inginkan.


Termasuk ekspektasi ku terhadap cintaku yang mengharapkan bahwa ini semuanya tanpa motif. Karena saya tidak ingin mirip orang-orang ekonom yang selalu berfikir bahwa segala tindakan insan itu didasari motif-motif tertentu untuk mendapat sesuatu, kita berusaha di hegemoni oleh mereka bahwa itu benar, bahwa setiap insan selalu berpamrih dalam berbuat. Lalu, kau oke dengan yang mana?


Entah terserah-lah. Yang penting, saya sudah menjelaskan bagaimana pandanganku terhadap aku, kau dan hegemoni.


Oh iya satu lagi, kalau kita sudah berkata bahwa cinta itu butuh pengorbanan untuk pasangan kita maka bahu-membahu kita salah, cinta tidak pernah merasa berkorban dalam keiklasan bertindak, beliau tidak seharusnya meratapi apa yang telah dilakukan. bukankah ketika kau bicara wacana pengorbanan maka kau telah menanamkan motif tertentu kepada tindakanmu. Misalnya, ketika malam nanti kita berjalan berdua, kemudian kau berharap bahwa akan ada kembang mawar berwarna merah yang ranum untukmu. yah, itu hal yang wajar, tanpa kau mengharapkannya saya akan memperlihatkan itu, lantaran saya telah merencanakannya.


Untuk kalimat penutup, saya hanya ingin saya dan kamu, tidak ada hegemoni atau pengusaan dengan motif-motif tertentu.


 


Pondok Tani Yasnaya Polyana


Tempat saya menemukan pencerahan wacana arti kata ini, yang kemudian saya hubungkan dengan suasana hatiku.


 


PranataWahyu



Sumber gamepelajar.xyz

Posting Komentar untuk "Aku, Kau Dan Hegemoni"