Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Violena

Gadis pirang coklat dalam balutan hujan itu terlihat berjalan anggun. Gaun ungu yang dipakainya sudah berair kuyup. Langit malam yang berkilat bagai blits-blits kamera. Semua pemandangan yang dilihat oleh Mickey dari jendela kamarnya seolah menghipnotisnya seakan menyaksikan seorang model manis dalam pemotretan.


“WOW!!! It’s amazing…, ouw.. saya tak boleh menyiakan kesempatan ini,: gumamnya kemudian segera mengambil kamera digital kesayangannya yang tergeletak di atas meja belajarnya.


“Good! Nice picture! Hem… beliau bermata biru kehijauan sepertiku,” katanya sambil tersenyum puas. Mickey kembali melihat keluar jendela. Gadis itu sudah hilang. Mickey menutup tirai jendela kamarnya kemudian menghempaskan tubuhnya ke atas kawasan tidur. Dipejamkannya kedua matanya namun bayang-bayang gadis yang tadi dilihatnya terus menari-nari di pikirannya. Teng.. jam sudah mengatakan pukul satu dini hari, ketika itulah Mickey akhirnya sanggup terlelap. Tak ada angin namun tiba-tiba tirai jendela di kamarnya yang tadi sudah ditutupnya perlahan tersingkap sampai terbuka lebar. Pada sudut tembok kamarnya, sebuah genangan air muncul begitu saja. Genangan air serupa ternyata juga muncul dari bawah kolong ranjangnya. Lampu di kamarnya mendadak mati. Krrrret krret… terdengar bunyi ibarat seekor kucing yang sedang mencakar atas genteng dengan cepat. Pintu kamar Mickey perlahan terbuka kemudian kembali tertutup. Sesosok makhluk perempuan kelabu merayap cepat dengan posisi bagai laba-laba mendekati ranjang Mickey. Tubuh dan rambut makhluk itu dipenuhi bubuk dan air dan wajahnya tertutupi oleh rambutnya.


“Errr..errr…” makhluk itu mengerang pelan dengan bunyi yang amat parau. Suaranya menggambarkan amarah dan kesakitan yang tak tertahankan. Mickey terbangun. Pandangannya pun tertuju pada lampu yang mati dan tirai jendela yang terbuka lebar. ia mengerjap-ngerjapkan matanya tak mempercayai dengan apa yang dilihatnya barusan, tirai jendela itu kembali tertutup. Wajahnya memucat. Ia segera beranjak turun dari ranjangnya. Ketika kakinya menginjak lantai, ia sangat terkejut mencicipi genangan air di bawah telapak kakinya. Sosok makhluk kelabu itu pun kini berpindah merayap ke dinding kemudian ke langit-langit kamar. Mickey tak sempat melihat makhluk itu lantaran suasana kamar yang gelap. Mickey berlari kecil menuju kamar orangtuanya. Ia menjerit ketika seseorang tiba-tiba mencengkram pundaknya dari belakang. Ia sama sekali tak berani menoleh ke belakang dan sekujur tubuhnya bergetar.


“Jangan takut, ini aku, bibi Monalizha, pembantu sekaligus penjaga rumah ini semenjak 33 tahun yang lalu,”


Merasa yakin, Mickey memutar tubuhnya ke arah bibi Monalizha yang berdiri di belakangnya. Ia hanya sanggup tersenyum padanya.


“Mickey.. Bibi Monalizha, ada apa?? Masih malam begini sudah berisik,: tanya Nyonya Cleo yang mendadak keluar dari kamar bersama Tuan Frans. Mickey segera berjalan cepat menghampiri keduanya kemudian menceritakan insiden yang dialaminya dan mengutarakan maksudnya untuk tidur bersama mereka. Mereka baiklah mengingat besok Mickey harus ke kampus sangat pagi sebagai mahasiswa baru.


“Ibu, sudah berapa tahun ibu dan ayah meninggalkan rumah ini? Dan oh ya, saya merasa sedikit ketakutan dengan bibi Monalizha,” tanya Mickey sesudah pintu di kamar  Ayah dan Ibunya sudah ditutup.


“Hem.. kami meninggalkan rumah ini ketika kamu masih dalam kandungan berarti rumah ini sudah delapan belas tahun kami tinggalkan lantaran kamu lahir sempurna sehari mendiami New York. Karena anak cabang perusahaan kami yang disana sudah sukses, kami rasa kita sudah harus kembali kesini.. di kota Washington ini. Perusahaan utama kami yang disini lebih membutuhkan kami sedang perusahaan disana ada pamanmu yang sanggup menghandlenya dan kami percayakan. Dan persoalan Bibi Monalizha.. hem.. entahlah, ibu belum sempat mencicipi sesuatu yang ganjil darinya. Yah.. kita kan gres sehari disini, ibu belum sempat ngobrol banyak dengannya dan memperhatikan dan mengusut segala yang ada di rumah ini. Namun jelasnya bibi Monalizha ialah perempuan yang baik. Sudah ya, kini kita tidur,” terang Nyonya Cleo pada puteranya.  Bibi Monalizha masih terpatung di tempatnya. Dari kamar Mickey, sosok makhluk perempuan kelabu itu keluar kemudian merayap cepat melintass di hadapan bibi Monalizha yang hanya tersenyum hirau taacuh kemudian beranjak meninggalkan kawasan itu.



 




Minnie dan Milly sepasang adik kembar perempuan Mickey sedang bermain boneka barbie di kamar mereka. Kedua bocah manis dan lucu itu masih berusia 4 tahun. Saat ini hanya ada mereka dan Bibi Monalizha, Sang kakak Mickey masih ada di kampus dan kedua orangtuanya sibuk di kantor.  Ketika Minnie mulai merasa haus, ia meminta Milly biar menemaninya ke dapur. Milly menolak lantaran ia masih sibuk memblow rambut barbienya dengan hairdrayer milik ibunya. Minnie pun keluar kamar kemudian berlari kecil ke dapur. Di dapur ia tak menjumpai Bibi Monalizha. Milly masih asyik memblow rambut barbienya. Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka secara perlahan disertai hembusan angin hirau taacuh yang menyapu wajahnya. Ia menoleh ke arah pintu dan melihat genangan air muncul di lantai sempurna di depan pintu.


“Minnie.. kaukah disana? Kau sembunyi dimana? Oh ya, kamu bandel sekali, kamu kan yang menumpahkan air? Awas ya.. saya akan mengadukanmu pada ibu!” ancamnya. Semenit berlalu, Minnie masih belum menampakkan diri. Milly mulai ketakutan, wajahnya terlihat pucat. Sosok makhluk perempuan kelabu yang semalam muncul kembali. Ia merayap cepat ke arah kamar Milly kemudian sejenak berhenti di depan pintu. Milly amat ketakutan dan Matanya terbelalak melihat sosok makhluk itu. ia segera bangun untuk menjauhi makhluk itu. sosok makhluk itu perlahan kembali merayap mendekatinya. Milly mengarahkan hairdrayer yang ditangannya ke arah makhluk itu. angin dari hairdrayer itu menyingkap rambut makhluk itu dari wajahnya sehingga nampak jelaslah wajah makhluk itu. mata makhluk itu begitu menyeramkan, ia tak mempunyai bola mata dan wajahnya berabu juga berair. Tubuh Milly gemetar hebat. Hairdrayer itu tiba-tiba mati. Lantai di bawah telapak kakinya mengeluarkan genangan air. Milly memukul-mukul hairdrayer itu berharap hairdrayer itu sanggup kembali berfungsi. Karena usahanya sia-sia belaka, ia mencoba memasukkan dua buah jari tangannya ke dalam lubang hairdrayer  itu. dan ketika itu pula hairdrayer itu kembali berfungsi. Milly pun kesetrum dan menjerit, kekuatan listrik mengalir ke sekujur tubuhnya sampai mematikannya. Tubuhnya pun jatuh dengan mata yang masih membelalak. Minnie gres akan meneguk air yang diambilnya dari teko ketika didengarnya bunyi teriakan saudara kembarnya. Gelas beling yang dipegangnya pun terjatuh kemudian pecah. Pecahan gelas itu berhamburan. Minnie begitu terkejut, ia segera berlari ke kamarnya tanpa menghiraukan kakinya yang berdarah jawaban menginjak salah satu potongan gelas. Setibanya ia menjerit histeris melihat sosok mahluk itu sedang berada di akrab badan saudaranya yang terlihat mengenaskan. Sosok makhluk itu kini menghadap ke arahnya. Minnie kembali berlari ke dapur. Makhluk itu merayap cepat mengejar Minnie. Minnie terjatuh di atas pecahan-pecahan gelas dan mengenai wajahnya. Salah satu potongan gelas itu menusuk bola matanya. Ia mengerang kesakitan. Kini makhluk itu sudah berada di belakangnya. Meski tubuhnya terluka sana-sini, dengan sisa-sisa tenaga yang dimilikinya, ia berusaha bangun dan merangkak menjauhi makhluk itu. kedua lututnya sudah mengeluarkan banyak darah. Ia terus merangkak sampai akhirnya ia tersudut. Kini ia terperangkap. Ia membalikkan tubuhnya dan meringkuk sambil menyandarkan punggungnya pada tumpukan rak-rak di belakangnya yang berisi botol-botol anggur. Tubuh Minnie bergetar hebat. Kini ia sudah berputus asa, dibentur-benturkannya bab kepala belakangnya pada rak-rak itu shingga menciptakan rak-rak tersebut ikut bergetar. PRANG…. tiga buah rak yang tertinggi terjatuh sempurna mengenai kepala Minnie. Botol-botol yang ada di dalamnya terpecah belah kemudian beberapa pecahannya tertancap di sekujur tubuhnya termasuk kepala dan wajahnya. Ia pun mati dengan sangat mengenaskan.




 




Tuan Frans dan Nyonya Cleo bersama kendaraan beroda empat mewahnya sudah pulang dan tiba di depan rumah mereka ketika petang menjelang malam. Klik… tuan Frans menekan salah satu tombol pada remote control yang dipegangnya. Krett.. pagar rumahnya pun otomatis terbuka. Klik… ia kembali menekan salah satu tombol lain yang berfungsi untuk membuka dan menutup garasi. Mobil mereka pun masuk ke dalam garasi itu. garasi rumah mereka begitu besar, sepuluh buah kendaraan beroda empat pun sanggup di dalamnya. Tuan Frans berusaha membangunkan istrinya yang tertidur pulas di mobil.


“Huwaahh.. oh sudah tiba ya.. oh ya, saya tadi memimpikanmu sayang.. saya melihatmu kamu masih merokok sembunyi-sembunyi di belakangku. Hem… kamu duluan saja, tampaknya saya lupa dimana meletakkan ponselku di kendaraan beroda empat ini, saya mau mencarinya,” kata Nyonya Cleo sambil menyipitkan matanya. Tuan Frans yang mendengarnya seketika tergagap lantaran ia sudah berjanji pada istrinya semenjak tahun kemudian bahwa ia tak akan merokok lagi untuk selamanya demi kesehatannya sendiri. Untuk menghindari pertanyaan dari istrinya itu, ia pun segera keluar dari kendaraan beroda empat beralasan ia ingin buang air kecil, dan istrinya percaya begitu saja. Tuan Frans kini sudah berdiri di hadapan pintu rumah sambil kembali menekan salah satu tombol pada remote control yang tadi dipegangnya. Tombol yang barusan ditekannya ialah tombol untuk membuka dan menutup pintu rumahnya secara otomatis. Pada remote control itu hanya ada tiga tombol. Tombol merah untuk membuka dan menutup pagar rumah mereka, tombol biru untuk membuka dan menutup garasi, dan tombol kuning untuk membuka dan menutup pintu rumah mereka. Remote control yang serupa dipegangnya juga dimiliki oleh Mickey dan masih ada satu buah remote control serupa yang khusus disimpan dalam rumah. Setelah berhasil menemukan ponselnya yang ternyata terjatuh di bawah kursinya, Nyonya Cleo pun keluar dari mobil. Sebuah genangan air muncul dari bawah mobil. Sosok makhluk perempuan kelabu kembali muncul dan merayap cepat dari langit-langit garasi kemudian ke dinding sampai ke lantai garasi. Makhluk itu kini hampir mendekati Nyonya Cleo. Melihat hal itu, Nyonya Cleo begitu ketakutan dan berusaha menjauh dari makhluk itu. ketika ia sudah hampir mendekati pintu garasi, langkahnya terpaksa berhenti jawaban kakinya tersandung. Ia berusaha bangun namun ia tak bisa. Rupanya kedua kakinya keseleo. Dengan posisi merayap, ia berusaha keluar dari garasi yang belum ditutup oleh suaminya. Mickey gres saja pulang dari kampus dan kini ia sudah tiba di depan rumahnya. Ia hendak menekan tombol untuk membuka pagar pada remote control yang dipegangnya namun ia keliru lantaran ia menekan tombol biru. Akibatnya garasi yang terbuka itu otomatis tertutup dan badan Nyonya Cleo yang sudah berada sempurna di bawah pintu garasi tergencet. Ia mengerang kesakitan namun suaranya tertahan. Mickey yang tak tahu menahu akan hal itu hanya sanggup menyadari bahwa ia menekan tombol yang salah dan kini ia pun menekan tombol merah. Ketika pagar rumahnya sudah terbuka, ia merasa heran lantaran seharusnya garasi itu terbuka lantaran tadi ia sudah menekan tombol biru. Ia pun berpikir mungkin ayah dan ibunya sudah ada dalam rumah namun lupa menutup garasi yang balasannya kalau ia menekan tombol biru, garasi yang masih terbuka akan otomatis tertutup. Mickey hanya menatap lurus tanpa melihat badan ibunya. Nyonya Cleo mengerahkan seluruh sisa tenaganya untuk berteriak meminta tolong namun percuma lantaran Mickey memasang earphone di telinganya. Klik… Mickey kembali menekan tombol biru, garasi itu pun terbuka. Mobilnya pun berjalan memasuki garasi dan badan ibunya tersangkut masuk di bawah mobilnya. Ketika turun dari mobilnya, Mickey menemukan banyak ceceran darah dan high heels ibunya. Ia segera keluar dari garasi itu dan menutupnya kemudian berlari ke kamarnya.



 



Tuan Frans memasuki gudang. Ia berniat merokok di sana biar ia tidak tertangkap tangan oleh istrinya. Pikirnya gudang ialah kawasan yang cukup kondusif meski berdebu. Ia tak peduli, ia pun mengunci pintu gudang itu dari dalam. Setelah duduk di sebuah dingklik tua, ia pun menyulut batang rokoknya dengan korek gas yang dimilikinya. Tak jauh darinya, sebuah genangan air muncul dan disaat itu pula sosok makhluk perempuan kelabu tiba kemudian merayap cepat mendekati Tuan Frans. Makhluk itu mengeluarkan bunyi erangn yang amat menyayat. Menyaksikan hal itu, Tuan Frans bangun dari kursinya kemudian berlari cepat ke arah pintu. Ketika ia sudah hampir mendekati pintu, ia menabrak sebuah tong besar yang berisi minyak tanah. Ia pun terjatuh bersama tong itu dan tubuhnya berair berlumur minyak tanah. rokok dan korek gas yang dipegangnya pun ikut terjatuh balasannya api pun muncul dan menjalar begitu cepat. DUARRR… Korek gas miliknya pun meledak lantaran api itu juga menyentuh korek gas tersebut. tuan Frans ikut terbakar bersama gudang itu. Mickey gres akan menyimpan foto-foto gadis yang semalam dipotretnya ke dalam laci ketika didengarnya sebuah ledakan yang berasal dari gudang. Ia segera berlari ke arah sumber bunyi ledakan itu. ia hanya sanggup menggigit bibir ketika dilihatnya api yang berkobar-kobar mulai melahap ruangan lain. Ia segera menghubungi pemadam kebakaran. Karena kebakaran di rumahnya cepat ditangani oleh pemadam kebakaran, rumahnya masih sanggup diselamatkan. Pihak kepolisian pun tiba untuk menyelidiki. DORR… terdengar bunyi tembakan yang berasal dari kamar bibi Monalizha. Mickey beserta pihak kepolisian segera menuju kamar bibi Monalizha. Disana mereka menemukan badan bibi Monalizha yang bersimbah darah dengan tangan yang masih memegang sebuah pistol. Dalam kamar bibi Monalizha, Mickey melihat dan menemukan banyak foto-foto gadis yang serupa dengan gadis yang dipotretnya semalam. Di setiap sudut foto-foto itu tertulis nama Violena. Dan di atas meja rias bibi Monalizha, ia juga menemukan sebuah diary dan sekeping kaset video yang merupakan hasil dari kamera sisi TV di rumahnya semenjak 33 tahun silam. Sambil menunggu hasil penyelidikan dari pihak kepolisian, Mickey membaca seluruh isi diary bibi Monalizha kemudian memutar kaset video itu. Air matanya pun tumpah sesudah ia mengerti dan mengetahui bahwa gadis yang berjulukan Violena ialah kakak kandungnya. Violena seorang gadis manis yang selama hidupnya dalam perawatan bibi Monalizha dan bibi Monalizha pun amat menyayanginya ibarat anaknya sendiri. Violena tak pernah mencicipi kasih sayang dari orangtua Mickey hanya lantaran ia ialah gadis keterbelakangan mental dan bisu. Dalam video itu, Violena kerap dieksekusi oleh orangtuanya dengan diikat di bawah pohon dalam hujan lebat sampai malam menjelang hanya lantaran Violena menampakkan dan memperkenalkan dirinya di hadapan rekan-rekan kerja orangtuanya  yang berkunjung ke rumahnya. Air mata Mickey makin tertumpah ruah ketika menyaksikan Violena yang sudah berumur 15 tahun dibakar bersama rumah pohonnya ketika sedang tertidur. Ia dibakar sampai menjadi bubuk oleh ayahnya kemudian bubuk itu dibuangnya ke dalam kolam ikan. Dari diary bibi Monalizha pula Mickey sanggup mengetahui bahwa Milly dan Minnie ialah anak hasil dari selingkuhan ibunya dengan lelaki lain tanpa sepengetahuan ayahnya. Di final diary itu, bibi Monalizha menuliskan bahwa ia ia ingin kolam ikan kawasan bubuk Violena dibuang biar ditimbun menjadi sebuah makam atas nama Violena dan ia pun ingin dimakamkan sempurna di samping makam Violena. Ia merasa seluruhnya sudah usai dengan matinya seluruh anggota keluarga Violena terkecuali Micke. Hanya Mickey-lah yang pantas meneruskan hidup lantaran Mickey ialah adik yang selalu dinanti-nanti oleh Violena ketika Mickey masih dalam kandungan ibunya. Ketika Violena masih hidup, ia memberi tanda instruksi pada bibi Violena bahwa ia berharap calon adiknya sanggup menemaninya bermain. Pihak kepolisian pun telah menuntaskan hasil laporan dan penyelidikannya kemudian menghampiri Mickey. Di hadapan Mickey, mereka menunjukkan jenazah ibu dan kedua adiknya, sedang jenazah ayahnya sudah menjadi bubuk terkecuali jam tangan anti api yang setiap hari digunakan oleh ayahnya. Mickey hanya dpat membisu, menangisi segalanya yang benar-benar hampir membuatnya gila.



 


Sumber:


http://fathlight.blogspot.com



Sumber gamepelajar.xyz

Posting Komentar untuk "Violena"