Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dongeng Gemericik Bunyi Hati (27)

Saya pernah melihat siluman di Istana dan diluar Istana, walau hanya sekelebat berbaju putih ketika perayaan bulan meringis, saya juga pernah melihat wanita menggelantung di pohon ketika sedang kemah di Kahyangan ketika ada kejadian perayaan iket kelapa yang bukan hanya saya saja yang melihat dan cukup menggemparkan ketika pagi sesudah kejadian itu berlangsung.

Tingit juga pernah mendengar bunyi gong di samping kamar, saya pernah mendengar bunyi tiang dan pintu yang di gebukin, konon katanya yang sanggup bersuara pesat gitu cuman leluhur yang berbentuk pocong dan gebukin pintu semoga talinya di lepas.

Saya juga pernah di ganggu ketika sedang menyuci piring di Dapur, saya mendengar Arang yang ditaruh dalam besi di ruangan sebelah yang terletak di singgasana ayahanda bergoyang sendiri dengan dahsyat menyerupai ketika gunung meletus, tanpa ada angin atau para Prajurit disana, terus saya merinding dan ketika bilang “Jangan usil kenapa sih bro”, saya menoleh lagi ke kanan dan bergoyang beneran yang menciptakan saya ngabur, haghag, dan mengadukannya kepada orang tercinta.

Saya ketika itu di Kerajaan Jubah, ketika di rumah penduduk, ketika kami ngeriung di ruang tengah, kami di hebohkan ketika kereta terbanting dan terkunci begitu saja, dan anehnya ketika saya tidur sendirian di atas, saya di tepokin dari belakang dan ketika saya miring ke kanan, ada sekelebat cahaya hitam, saya berjalan turun menelusuri tangga dan membuka pintu kamar Plung dan meminta untuk tidur bersama, sebab takut dengan bulu kuduk yang merinding dan bangun tegak menyerupai jarum.

Dan ketika paginya, kami sekeluarga berdiskusi dan saya menyimpulkan jikalau kejadian kereta itu juga ganjil dan menilai jikalau itu salah satu prajurit Nij yang sama menyerupai di kamar ketika sendirian dan merasa kesepian.

Saya terkadang melihat wujud Nij yang bermacam-macam, ada yang bentuk manusia, siluman alias setengah insan setengah hewan.

Saat itu, Tingit tinggal di pemukiman yang di sewa di tempat yang berjulukan Kerajaan Jaya, saya mendengar bunyi isak tangis di pagi hari, yang karenanya saya menulis di suatu tempat yang sanggup dilihat oleh umum, dan ketika saya meninggalkannya untuk mencari emas dan kembali, saya menemukan teman yang bertanya dan memancing saya untuk sharing dan menerima pertanyaan dan jawaban yang seru.

Ini saya lakukan untuk menolong orang lain, namun, karenanya Tingit pun tetapkan untuk menyerah, sebab kurang sanggup menerapkan amalannya, entah kenapa, saya selalu berhenti. Termasuk ketika di berikan amalan untuk mencari kerja, jodoh dan lainnya. Yang malah menciptakan Tingit semakin males dan gila.



Sumber gamepelajar.xyz

Posting Komentar untuk "Dongeng Gemericik Bunyi Hati (27)"