Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dongeng Gemericik Bunyi Hati (22)

yang muliaaa….aaaaa…..sakiiiit…….” Sambil memandang mereka dan menggerakkan seluruh badan yang dipegangi dengan kencang “Tiada ampun bagimu! Teruskan!”,”Baik”. Gelap pun menyelimuti.

Iseng dah tuh, jalan-jalan sehabis sadar sudah ada di luar Istana lagi dan kembali ke kamar penduduk, kayaknya seru deh kalau Tingit masuk dengan mengendap-endap dan menyamar dengan pakaian prajurit penjaga Istana ku dengan dandanan mereka yang bagus jelita, namun mesti gebuk salah satu prajurit yang sedang mabuk yang biasanya lewat di depan kamar untuk diikat dan dijarah semuanya. Berhasil deh bro, saya pun bergegas ke daerah perekrutan di Istana Jurw yang masih bab dari Istana dari Kerajaan Bumi, melihat semua kacau, maka Tingit mengatakan diri “Eh bro, bantuin yak”, “Boleh, kirim surat hantu saja kemari, nanti prajurit akan mengirimkannya ke Istana yang mulia dan ke daerah jagamu.”.

Sebulan lalu “Yang mulia, sobat hamba butuh punggawa untuk menilai dan menyeleksi prajurit terbaik di Istana Nen, mau?” yang pribadi Tingit bantah “Lah, kan Tingit maunya di Istana Jurw kenapa malah di gocek kesana?”, “Ya sudah kalau menolak, dadaaaaah….sayang”.

Sebulan kemudian, pemimpin Istana Nen yang berjulukan Enyatu tiba ke Istanaku dan berteriak dari luar kamar “Main yuuuk ke Istana Nen, bantuin yuk….”, sontak sambil berlari “Main….asyiiik”, “Eits, sungguh bijak bila perkataan main dirubah menjadi bekerja, kau dibayar 1 tembaga untuk 1 orang yang mendaftar menjadi pekerja yang akan disalurkan dimanapun, dapat di bilik pengobatan, bilik senjata, atau malah di bilik yang menyerupai ini, tergantung kondisi”.

Keesokannya Tingit pribadi menjalani perintah Enyatu, menyeleksi para penduduk yang ingin mengabdi di Istana, sikap dan omongan mereka saya tuliskan di perkamen dan buku serta surat hantu yang diberikan khusus oleh Enyatu untuk dikirimkan ke bilik-bilik. Namun, surat hantu itu menumpuk, ayahandapun mengatakan memantu alasannya yaitu ia sendirilah yang menyeleksi tentara-tentara terbaik kami dan semua pemimpin di bilik-bilik Istana dan bilik-bilik yang ada di bersahabat pemukiman penduduk biar mereka dilayani dengan cepat dan tangkas. Setelah ditulis ulang, dan ayahanda meminta untuk mengirimkan surat hantu berupa dua versi, dan seharusnya ada kalimat “Orang yang berjulukan J disarankan untuk menjadi …. Atau lebih baik bila menjadi sesuai dengan hasil pengamatan kami”.

Saya juga mengirimkan surat hantu alias surat dari perkamen kertas yang dikirim dengan burung hantu yang sering bekata “Huhu… Surat hantu hahihohuek” sambil terbang ke lokasi yang dituju dengan mendeteksi sihir yang telah dimantrai diseluruh tempat. Surat hantu itu berisi mengenai warta ini kepada Enyatu dan meminta bayaran menyerupai yang sudah dijanjikan di Istananya, namun ia malah murka “Kamu tuh dibilangin semalam lewat surat hantu, tapi malah nagih terus, udah mana kerja ngawur! Pakai emosi lagi balasnya”, padahal saya bicaranya baik-baik “Enyatu kalau ini gimana? Maaf ananda yang kurang didik ini meminta secuil remah



Sumber gamepelajar.xyz

Posting Komentar untuk "Dongeng Gemericik Bunyi Hati (22)"