Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dongeng Gemericik Bunyi Hati (21)

Garpu dan sikap inilah menciptakan Tingit hilang akidah kepada Putri Adna alasannya yaitu pernah dikhianati dengan alasan sayang yang membocorkan kepada Raja Sendok dan Ratu Garpu tanpa memperdulikan jawaban ke depannya.

Tapi saya menyukai Putri Adna yang memberi hikmah yang menyejukkan ibarat “Ya udah sabar saja” dan perkataan ketika bertemu di pendopo Kerajaan Amradanug daerah kami berguru bersama yakni “Itu diatas ibarat mahkota, padahal tidak mengenakannya, dan auramu mempesona, bagus say”.

Bro. kini Tingit tinggal di rumahnya temen sepermainan ketika kecil dulu, namanya Kea. Rumahnya di erat perkotaan, jadi yummy deh bila mau hunting-hunting sesuatu.

Suatu malam, yang sunyi dan hanya diterangi oleh lolongan serigala “Auuuum….” dan teriakan Nij sebentar “Hush”. Tingit mengirimkan persembahan kepada mereka, yakni, makanan sisa, daripada di buang, mending dikasih mereka dan tiba-tiba ada seekor burung beo tiba “Halla memberkatimu sampai selesai hayatmu, neo, eo, aaak” sambil mengepakkan sayapnya yang putih jelas bergemerlapan. Rasanya pingin usil deh, toh katanya sudah diberkati, jadi sanggup seenaknya deh bro, tapi dimakan sama Nij ngga yaaaa…..haha, cobain aaaah…..

Keluar dipan, menuju rumah sebelah sambil mendengking “Hi hi hi hi hi hi, Akjhu Raja dari Nij, telah membebaskan kalian dari kutukan! Keluarlah, dengarlah bunyi anak buahku” yang kebetulan disahuti oleh serigala “auuuum…”

Serentak semua pendudukpun keluar “Horeeee……..” dan ketika melihat seorang yang bangun yakni Tingit, sang Putri Raja “Astaga…..jadi si absurd usil, tapi untung juga siiih, kita jadi tahu selama ini sudah di bohongi sama Raja Sendok dan Ratu Garpu”, “haha, tau rasa deh, kejam sih, kena deh batunya” sahut Tingit, emang enak, terima tuh perkataan pedes dan huru-hara para penduduk yang bersorak sorai ke sentra Kerajaan Bumi. Sambil ngumpet mengendap-endap keluar dari kerumunan alasannya yaitu terseret oleh massa, menuju ke rumah teman, yang disambut olehnya di depan pintu “Ya ampun, haha, lucu mainannya”, “Huh, lucu apanya, kasihan tahu, tapi….bukan saya yang ngomporin loooh, mereka yang bergerak sendiri, jadiiii ya sudah deh….biarin saja, mau di halau, nannanti….aku yang kena, tapi kau jadi saksi yah bro, saya ngga ikutan”, “Oke deh yang mulia Putri” sekeluarga bersahutan secara berbarengan dan menggiring Tingit masuk ke kamar..

Soal perkataan pedes pun Tingit terngiang kembali yang menciptakan air mata menetes dan “Hiks, huhu, haha. hihi” alasannya yaitu membayangkan menerima eksklusif dan berhadapan dengan Raja Sendok dan Ratu Garpu di Istana “Kamu tuh niscaya emosinya meledak-ledak di daerah kerjamu, mengatur orang lain, eh kau mau ngomong apa hah? Pengawal ambil cabe rawit, masukkan ke dalam mulutnya! Lekas! Atau kalian semua di penggal!” “Ampun paduka” sahut mereka sambil memegang seluruh badan Tingit dan menjejalkan cabe rawit “Ss..ahh….”, “Eh sialan kau berani mendesah di depan kami! Pengawal, cambuk dia!”, “Baik” sahut satu pengawal yang membawa gada berduri “Buk…bak….”, “Ampuuuunn….ayahanda, ampun ibunda, ampuuun



Sumber gamepelajar.xyz

Posting Komentar untuk "Dongeng Gemericik Bunyi Hati (21)"