Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dongeng Gemericik Bunyi Hati (17)

Serigala, serta Nij yang kelaparan dan sanggup makan apa saja yang ditemuinya, termasuk manusia. Ini sih dongeng dari Raja Sendok ketika masih di Istana dulu.

Tibalah di sebuah pedesaan, saya meminta izin untuk menginap, ternyata di sana ialah desa Pere, desa dimana para laki-laki dihentikan untuk masuk, kecuali pengurus. Saya diberikan izin oleh mereka, dan digiring ke sangkar sapi bersama beberapa orang tua, sesampainya disana, ternyata, peternakan itu isinya dipan semua dan manusia, serta saya memintakan izin ketika bertemu dengan pemimpinnya yang lain, dia bilang, izin hanya di sanggup dari perjaka yang posisinya tertinggi disana, saya diminta menunggu, sambil menunggu, saya mohon izin untuk mandi di pemandian air panas. Mandipun dilakukan, sepi sekali disini.

Setelah tamat mandi, ada dua anak kecil yang memanggil “Saudari yang masih saudara kami, silahkan nyamankan dirimu disini, ikuti kami”, sambil mengikuti jejak langkah mereka, terdengar bisik-bisik ”Psst, itukan yang mengaku sebagai Halla, penyebar pedoman sesat”, dalam diam, saya terus berjalan, sambil menahan sakit hati dan tangis sebab betapa malangnya nasib Tingit, di lempar sana-sini.

“Pak, berdasarkan aturan, kalau ingin tinggal disini, harus menyerahkan perkamen Hijash, ini” sambil menyodorkannya, “Tidak perlu, tinggallah di kamar yang kedaluwarsa pesing itu dan gelap, untuk makan, berburulah sendiri, sebab kami ingin tamu mandiri, ketika waktunya untuk melaksanakan persembahan kepada Halla, ikut saja.

Namun, ketika beberapa kali melaksanakan yang disuruh terdengar dari bisikan dari 10 orang “Pssst…itu kan penyebar pedoman sesat, penghancur Halla, kenapa disini?”, emosi ini semakin lama, dipendam saja, sebab menghindari menyakiti hati orang lain.

Namun, hingga suatu hari, ketika menyembah Halla, Tingit terjatuh dan pingsan, serta menciptakan huru-hara untuk menggotong ke kamar. Sesampainya disana, Tingit dipaksa minum Air yang katanya Air Suci sesudah saya minum dan ludahin, kok absurd ya? Yang sesat siapa coba?

Udah gitu, saya didampingi seorang penyihir laki-laki di kamar berduaan “Lihat tuh, Putri yang tidak punya harga diri, merayu pria, sekarang, supaya dia goda ini laki-laki yang matanya picek sebelah”, Tingit Cuma sanggup termangu dan berteriak dalam hati “Gila, serendah itu? Aku masih punya harga diri, siapa juga yang menarik hati laki-laki untuk hal yang buruk, ini pedoman kenapa semakin aneh”. Akhirnya Tingit berusaha pergi sambil mengendap-endap tanpa berpamitan terlebih dahulu dan melaksanakan peribadatan di luar arena ibadah, serta pribadi terburu-buru. “Hoi….orang gila! Prasangkamu sama kami sungguh luar biasa.”.

Aku mencari burung hantu dengan berteriak “Suiiiit, gambrengan” dan seekor burungpun tiba menghampiri “Ada apa?huhu cuma sanggup sekilas lewat, silahkan sisipkan pesan pada mataku, namun saya tidak berjanji menaruhnya sesuai lokasi, sebab kiprah saya banyak, huhu”, “Baiklah, sebentar” menyarikkan kertas perkamen dan menulis, serta di taruh di matanya.



Sumber gamepelajar.xyz

Posting Komentar untuk "Dongeng Gemericik Bunyi Hati (17)"