Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dongeng Gemericik Bunyi Hati (41)

56.Peraturan lainnya, ditetapkan pada pintu masing-masing kawasan dan hanya berlaku di kawasan tertempelnya hukum tersebut.


Percakapan pun ditindaklajuti, “Baginda, kenapa anutan gres di biarkan masuk terus? Apa tidak ada kekhawatiran Raja Halla akan terganti?” seru kepala prajurit, sambil mengambil perkamen pajak dan membukanya di depan semuanya “Bila Halla terganti, maka itu semua yaitu takdir kita, kita ambil untungnya saja, keuangan kita terus berlimpah bukan, ini buktinya”, semua memandang perkamen dan menganggkat wajah mereka serta mengangguk kearah muka Tingit secara bersamaan.

Percakapanpun terjadi sampai pukul Sembilan malam, pukul bulan waktu Kerajaan Bumi, dan semuanya pulang ke Istananya masing-masing, kecuali sang Patih yang masih menghitung pajak. “Duh kasihan, Patih Cere, yang lain sudah pulang, masih betah disini ya sudah, puyengkah angka semua? Tumben doyan makan angka, biasanya dikasih ke Tingit ke Istana, tumben banget sepuluh tahun ini semakin pinter ngolah pajak buat dipungutin”. Dalam membisu pekerjaannya terus dilakukannya dan Tingit berjalan santai ke Istana kawasan peristirahatan menyerupai biasanya dengan diiringi dua pengawal di samping kanan dan kiri, serta para dayang yang mengekor sebanyak tujuh orang.

“Yang mulia”,”Ya dayangku, ada apa gerangan bro?”,”Mohon maaf, tolong untuk memelihara kepala hamba yang lancang ini, kenapa Patih bersikap aneh ya? Terutama belakangan ini?”,”Hust….kamu ingat peraturan utama di Kerajaan Bumi apa dayangku?”,”Ampun paduka, ingat yang mulia, Ratuku yang agung, peraturan utama yakni semua dihentikan untuk menuduh orang lain dengan atau tanpa adanya bukti….”, “Pinter cah cantiiik….dilarang mengulangi ya….yang lain juga, baiklah bro” sambil berjalan gontai dan mendengar perkataan di belakang yang membungkuk mundur ketika saya mulai berjalan lagi “Baik, paduka”.

Tingit semakin usang sering melamun, bahkan ketika rapat jadi kurang mendengar percakapan para pembesar Istana yang menciptakan saya meminta mereka untuk berbicara pada dasarnya saja, contohnya sawah panen, dah begitu doing bro, dipikir-pikir jadi asyik siih, soalnya wajah mereka riang sekali ketika diminta pulang awal, ngerti sih niscaya pingin ngumpul deh sama keluarganya.

Jadi iri deh dan semakin usang Tingit semakin merasa kesepian sebab beliau ingin bersama seseorang yang ingin memilikinya, kemanakah suaminya? Yang dulu dinikahkan oleh Raja Sendok? Kenapa gres ingat kini ya? Keasyikan main di Kerajaan-Kerajaan tampaknya sih begitu.

Tingit sedihnya bukan main sebab kekasihnya ada entah dimana dan menjadi hilang logika sesudah mencarinya dengan mengirimkan surat hantu, mengadakan sayembara, dan segala cara



Sumber gamepelajar.xyz

Posting Komentar untuk "Dongeng Gemericik Bunyi Hati (41)"