Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dongeng Gemericik Bunyi Hati (34)

Tiba-tiba suasana semakin usang semakin suram, para gagak beterbangan mengelilingi Kerajaan Bumi yang terlihat dari Kerajaan Sih dan mereka berkeruwak “Aaak, aaak”, burung hitam yang di lambangkan sebagai simbol kematian. Ini menciptakan Tingit menelan ludah “glek, glek”.

Sang rembulan pun berubah wujud menjadi kepala Jack yang diyakini sebagai lambang hantu atau para Nij sedang berpesta pora, dan benar, sejenak sehabis itu, sorak sorai mereka menggema “Hi…hi…hi…hi….”, “Hu…..hu……”, “Hiks….hiks….huuuu…..”, “Tuing-tuing” “ Dung-dung”. Tingit pun menoleh ke rombongan yang berpakaian santai “Buset, ramai amat ya bro” dan disahut secara bersamaan ibarat teriakan prajurit yang diminta berbaris di Istana Bumi “Yoi daaaah”.

Tiba-tiba ada bunyi lain. Suaranya itu….. Seperti gemerisik pepohonan “Broooo! Buset! Ada sesuatu!”, Saya pun reflek terbang dengan Naga yang tiba-tiba muncul di depan saya, sebab saya ingin tau dan panik.

Namun, ketika disana, saya malah kebingungan, menoleh ke kanan dan ke kiri sambil jumpalitan dan terjun bebas ke Kerajaan Sih, “Syuut, gedebuk”, “Aduuuuh…..”, sontak saya terlonjak sambil berkata berbisik “Eh, Bro, Sapa Nie?”, “Kenalin nama Hamba yaitu Esfre, abdi tiba sebab sesuatu”, sebab penasaran, sayapun berduaan dengan doi untuk mendengarkan goresan pena yang dia kisahkan yang kerennya dia karang sendiri loh bro dan saya tulis di perkamen khusus yang dibundel.

Mau tahu bro apa ceritanya? Kepo? Begini bro “Bagai pembagian di lepas dari ni, no minyalnya keren sekali ni, to kohnya pada brangkrut ni, ne langsasaran negok ke samping ni, ngoceh lagi Raja dan Ratu pada berebut gedebum ni, go sok makin aneh yuks, ro tanahilang makin cehat ni, pupus sudah mimpi bow bow cah gendeng yang menangis tersedu sedu dengan bersuara “Kokok petok nan riuhnya memanggil da rasanya manus, menerobos perbatasan kayak meleleh caramel di atas tungku yang dingin, mengirim burung malah saya manah sendiri sebab lapeer ketika berjalan kaki sepanjang 700.000 kilo hektar”.

Oh iya, omong di bicarakan, Esfre merupakan seorang pria yang gendut, matanya yang sipit dan berwarna merah delima, rambutnya ikal ibarat mi, dan dia yaitu seorang penjual watu kerikil yang cadel dan latah dengan memakai topi hitam berbentuk di atasnya dengan diikat dengan tali raffia di atas yang terbuat dari tisu.

Setelah semua kelar dan mendengar dongeng yang didendangkan selama 0,25 x dari waktu Kerajaan Sih, maka Tingit pun berjanji menunjukkan sesuatu sehabis membantu mengurus perizinan di kerajaan Bumi sehabis mendengar dongeng bahwa semua penduduk panik ketakutan ketika Kerajaan Putih Su tiba-tiba menjadi hijau daun yang ternyata sudah terjadi selama beberapa Abad, sebab saking asyiknya bro main di kerajaan lain.



Sumber gamepelajar.xyz

Posting Komentar untuk "Dongeng Gemericik Bunyi Hati (34)"