Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Aryani, Indahnya Rencana Tuhan

Jakarta, Kartunet – Tujuh belas Tahun, yaitu usia dimana saatnya kita menentukan arah menuju masa depan. Waktunya telah datang buat kita untuk memilah mana yang terbaik

pilihan di depan kita. Pada ketika itulah awal hidup menjelang kedewasaan ditentukan. Gemilangkah? Sukseskah? Atau berjalan monoton alasannya yaitu bekal semenjak kecil

yang kurang cukup. Bagaimanapun juga kondisi kita, tetap saja usia tujuh belas Tahun menjadi perjalanan terindah dalam hidup. Adakah pengalaman yang membuatmu amat berkesan sahabat? Pada ketika kamu memasuki usia yang boleh di bilang menuju pematangan kedewasaan ini.


Aryani Sryi Ramadhani. Mengalami hal yang sama menyerupai kebanyakan kita ketika memasuki usia tujuh belas Tahun. Keinginan yang meledak-ledak untuk mencapai

karier, menentukan Universitas ternama sebagai langkah meraih pengalaman akademis sehabis lulus SMA, atau berimajinasi wacana harapan apa yang bisa dicapainya

usai kuliah nanti. Perempuan kelahiran 1988 yang erat disapa Yani ini yaitu salahsatu lulusan terbaik di SMA-nya waktu itu. Tentu sang orang renta punya

harapan besar semoga dirinya bisa menembus tantangan akademis hingga datang di dingklik kuliah. Harapan semoga sang putri sanggup mewujudkan harapan layaknya

perempuan-perempuan hebat terdahulu. Kartini, Fatmawati, juga tokoh pengubah wajah dunia lainnya. Terbayang terang kesuksesan sang anak di mata

mereka.


Kita sering mengatakan:

“Boleh saja planning di rancang sedemikian rupa. Tapi Tuhanlah yang menentukan.”

Keluarga Yani mengalami insiden yang menciptakan kalimat itu berharga bagi mereka. Glookoma telah mengurangi tingkat penglihatan Yani yang kesannya membuat

ia menjadi Tunanetra. Penyakit mata itu tak pernah di duga oleh orang renta Yani telah di derita sang putri. Pupus sudah segala angan-angan yang pernah terlintas

di benak Yani juga kedua orang tua.


Masa-masa gundah mulai dihadapi Yani. Rasa percaya diri menurun drastis, kehidupan seolah berhenti berjalan, Tuhan telah hilang rasa adilnya, sulit untuk

menentukan arah kemana hidup meski berlanjut dengan keadaan tunanetra. Bisa melaksanakan apa jika indra vital sudah tidak mempunyai kegunaan lagi?

Kuliah tidak mungkin! jangankan kuliah, untuk keluar dari kamar saja Yani sulit melakukannya. Inikah keinginan Tuhan sehabis ia lulus SMA? Membutakan matanya

hingga ia terpenjara dalam keadaan pelik, jika itu planning Tuhan …

Sungguh Yani merasa tidak ada gunanya lagi ia melanjutkan hidup.


Saat keputus-asaan nyaris menggerogoti jiwanya Yani bertemu dengan seorang abang kelasnya semasa Sekolah Menengan Atas dulu. Saat dirinya mulai menyalahkan Tuhan atas musibah

yang dihadapinya, ia mulai menemukan kembali semangat untuk melanjutkan langkah yang sempat tersendat. Melalui abang kelasnya Yani mengenal teman-teman

senasib disebuah yayasan social yang menangani para tunanetra untuk menemukan kembali jati dirinya. Di yayasan berjulukan Mitra Netra itu Yani kenal dengan

kawan-kawan yang pengalaman hidupnya lebih miris ketimbang ia. Disanalah Yani tahu bahwa buta mata bukan berarti buta segalanya. Dengan pengalaman menjadi

Tunanetra Yani sadar bahwa Tuhan mempunyai planning dibalik insiden yang menimpanya.


Mulailah Yani mencar ilmu mengoprasikan computer bicara. Komputer yang sering kita pergunakan namun telah di install software sehingga tampilan layarnya

beralih kedalam bentuk suara. Mulailah Yani mencar ilmu abjad Braille, dan Yani memulai langkah gres meniti karier-nya sebagai sang tunanetra. Empat Tahun

setelah mengalami aneka macam insiden sulit, Yani merintis perjuangan jual beli behel melalui online shop. Keterampilan mahirnya memakai computer dan gajet

tidak disia-siakannya. Dengan derma seorang sahabat Yani menyebarkan perjuangan kecil-kecilannya, dengan keahlian pemasaran yang dimiliki ia-pun berhasil

mempunyai website langsung sebagai media perjuangan dagangnya.

“Alhamdulillah dengan saya jadi Tunanetra, saya nemuin rezeki saya. Kalau kita tahu planning Tuhan, niscaya ada keindahan dibalik rencana-Nya.”

Begitulah pesan yang disampaikannya ketika ia diwawancara komunitas kartunet pada ketika siaran di Radio Suara Edukasi, Kamis 8 Mei 2014 lalu.


Dengan ketelitiannya menyebarkan usaha, juga kemahirannya dalam melaksanakan pemasaran. Yani berhasil meluaskan bisnisnya hingga keluar pulau Jawa. Menurut Yani behel yang di jualnya pernah ia kirimkan hingga ke Timika Papua. Bahkan Taiwan-pun telah menjadi sasaran top Yani. Jika sahabat ingin memesan prodak dari online shop Yani atau ingin bekerja sama, Yani mengajak sahabat untuk berkunjung ke website-nya di:

http://www.kawatgigi.org


Itulah sekelumit pengalaman Aryani Sri Ramadhani. Sahabat, masihkah kita mengeluh dengan keadaan tepat kita? Masihkah kita kurang bersyukur terhadap

lengkapnya panca indra kita? Masihkah kita merasa sulit menghadapi hidup?

Jika kita merenung sahabat, betapa sayangnya Tuhan kepada kita meskipun kita sering menyalahgunakan penglihatan, adakalanya pikiran jauh melenceng, dan

langkah kaki yang tak tentu arahnya mengikuti ego dalam diri. Sahabat, jadikanlah pengalaman Yani ide buat hidup kita. Karena pandangan negative

lebih menghalangi ketimbang luka fisik apapun.



Sumber gamepelajar.xyz

Posting Komentar untuk "Aryani, Indahnya Rencana Tuhan"