Tetap Informasikan Bencana Meski Idap Kanker, Ini Kisah Sutopo Purwo Nugroho
Baru-baru ini tagar #RaisaMeetSutopo jadi trending topic di Twitter. Tagar ini bermula dari postingan Sutopo Purwo Nugroho di akun Twitter yang me-mention akun Raisa.
Warganet yang mendapati posting dari Sutopo Purwo Nugroho tersebut seketika memviralkan tweet tersebut dengan me-retweet-nya. Sampai-sampai munculah tagar #RaisaMeetSutopo yang diikuti pemberian semangat dan doa.
Gak disangka tagar yang viral tersebut mendapat perhatian dari Raisa. Penyanyi yang merupakan istri dari Hamish Daud ini kemudian menghubungi Sutopo Purwo Nugroho lewat video call. Sutopo tampak senang karena dihubungi idolanya itu.
Lepas dari ramainya pemberitaannya dengan Raisa, Sutopo Purwo Nugroho adalah sosok yang paling dicari-cari saat bencana alam melanda. Maklum aja Sutopo dikenal Kepala Pusat Data dan Informasi Bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP).
Jadi, Sutopo bertanggung jawab menyampaikan segala informasi mengenai bencana yang diperoleh BNPB kepada masyarakat. Makanya jangan heran kalau wajah dan nama Sutopo Purwo Nugroho sering menghiasi pemberitaan media.
Di balik perannya yang terus melaporkan perkembangan terkini soal bencana, Sutopo saat ini sedang berjuang melawan kanker paru-paru. Penyakit yang diidapnya ini udah memasuki stadium 4B.
Asal tahu aja nih. Stadium 4B adalah stadium akhir dari penyakit kanker. Orang yang mengidap kanker stadium akhir kecil kemungkinannya buat disembuhkan. Seolah tak mau menyerah dari penyakit yang menggerogoti tubuhnya, ia tetap semangat memberi laporan terkini.
Bicara mengenai Sutopo Purwo Nugroho, gimana ceritanya ia bisa berkiprah di BNPB? Simak yuk perjalanannya dalam ulasan berikut ini.
Anak guru yang rajin belajar demi bahagiakan orang tua
View this post on Instagram
Sutopo Purwo Nugroho berasal dari keluarga yang hidup sederhana. Dikutip dari Wikipedia, ia dilahirkan di Boyolali, Jawa Tengah pada 7 Oktober 1969.
Ayah Sutopo adalah seorang guru SD, sedangkan ibunya bekerja sebagai karyawan di Kantor Pengadilan Negeri Boyolali. Demi bisa membahagiakan orang tuanya, sejak kecil Sutopo udah rajin belajar.
Sutopo menjalani pendidikan mulai dari SD, SMP, hingga SMA di kota kelahirannya, Boyolali.
Lulus dari SMA tahun 1989, ia berkuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan memilih Fakultas Geografi. Sampai duduk di bangku kuliah pun kerajinannya dalam belajar gak luntur. Buktinya, ia lulus tahun 1994 dengan meraih predikat cum laude.
Malahan, ia dapat penghargaan karena mengikuti Lomba Karya Inovatif dan Produktif Tingkat Nasional selama dua tahun berturut-turut.
Gagal jadi dosen dan memilih berkarier di BPPT
View this post on Instagram
Cita-cita yang pengin diwujudkan Sutopo Purwo Nugroho dengan berkuliah di Fakultas Geografi UGM adalah menjadi dosen. Ia pengin menjadi pengajar seperti ayahnya. Sayang, keinginannya tersebut kandas karena ia gak diterima.
Ia pun mengawali kariernya dengan bekerja di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pada tahun 1995. Ia ditempatkan di UPT Hujan Buatan dan Teknologi Mitigasi Bencana.
Kariernya di lembaga negara tersebut terbilang moncer. Ia menaiki jenjang kepangkatan PNS dengan cepat dibanding teman-temannya saat itu. Semuanya bisa terjadi berkat prestasi yang dibuatnya. Rata-rata, setiap 2 tahun pangkat dan golongan Sutopo menanjak.
Butuh waktu lima tahun hingga akhirnya Sutopo menduduki jabatan sebagai Kepala Bidang Teknologi Mitigasi Bencana, Pusat Teknologi Pengelolaan Lahan, Wilayah dan Mitigasi Bencana BPPT pada 2010.
Dari BPPT ditarik ke BNPB
View this post on Instagram
Pencapaian yang diraih Sutopo Purwo Nugroho menarik minat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP). Gak lama memegang posisi kepala di BPPT, Sutopo ditarik ke BNPB dan diberikan posisi sebagai Direktur Pengurangan Risiko Bencana.
Gak lama memegang posisi tersebut, Sutopo dipercaya buat mengemban tanggung jawab sebagai Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB.
Saat berkarier di BNPB, barulah keinginannya buat mengajar terwujud. Sutopo diketahui menjadi dosen di Universitas Indonesia (UI), Institut Pertanian Bogor (IPB), dan Universitas Pertahanan. Ia juga mengajar di Sekolah Staf dan Komando (Sesko) TNI.
Di tengah-tengah kesibukannya, Sutopo juga menulis beberapa karya literatur. Ada 77 jurnal ilmiah yang ditulisnya dari tahun 1996 hingga 2015, termasuk diantaranya 7 jurnal ilmiah internasional. Bahkan, ada 13 karya ilmiahnya yang diterbitkan dalam bentuk buku sejak tahun 2002.
Sutopo juga menulis banyak artikel buat media massa. Ada 10 artikel yang dikirimnya ke Kompas, ditambah 5 artikel lain di beberapa media.
Hingga saat ini, meskipun sedang menjalani pengobatan untuk penyakitnya, Sutopo Purwo Nugroho tetap aktif memberikan informasi terbaru soal bencana alam kepada seluruh masyarakat Indonesia.
Di balik prestasi yang diukirnya, kita bisa belajar dari kerja keras dan ketekunannya supaya bisa lebih baik dari sebelumnya. Sikap konsisten dan disiplin Sutopo menjadi nilai-nilai berharga yang bisa kita tiru.
Apa pun yang terjadi, tetap semangat ya Pak Sutopo!
Posting Komentar untuk "Tetap Informasikan Bencana Meski Idap Kanker, Ini Kisah Sutopo Purwo Nugroho"