Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Engkaulah Guardian Angelku

Di suatu pagi yang indah, hiduplah seorang insan yang berjulukan Bunga. Ia bertubuh semampai menyerupai biola, yah tentunya ia ialah seorang perempuan yang berambut tebal menyerupai sapu ijuk.


Bunga ialah seorang gadis remaja yang sanggup menari tarian tradisional dan modern, menyanyi semua lagu dan bermain semua alat musik.


Selain itu, beliau juga berprestasi di kelasnya. Berbagai perlombaan telah ia juarai, banyak guru yang memujinya dan banyak sahabat yang menyukainya.


Dia juga punya sahabat setia, salah satunya Bayu anak tertampan disekolah itu.


Hingga menciptakan Widia cewek yang jadi pesaing Bunga ini jadi cemburu, dan aneka macam cara ia lakukan untuk mengalahkan Bunga.


Bayu dan Bunga sudah bersahabat dari kecil alasannya ialah rumahnya yang bersebelahan dan ke dua orang renta mereka sering saling berkunjung dan saling menyahabati sesama bahkan terkadang saling memperlihatkan makanan atau minuman sesaat sesudah mereka selesai masak di dapur mereka masing-masing.


Bayu selalu ikut orang tuanya dikala ke rumah Bunga, begitu juga sebaliknya dan setiba di rumah masing-masing dikala mereka saling berkunjung, Bayu maupun Bunga selalu mengikuti satu sama lain, kecuali dikala ke kamar mandi. Saat Bayu makan di meja, Bunga menemani. Mereka hanya sahabat.


Bunga sering main ke rumah Bayu sepulang sekolah, bahkan belum sempat mengganti seragamnya, kemeja berwarna putih dan rok berwarna merah. Bahkan, Bunga sering berteriak “Bayu, main yuuk!”, “Main apa?” dan mereka pun berunding.


Bunga dan Bayu sering bermain di danau yang jauh dari rumahnya, di dekat danau tersebut ada rumah mungil. Mereka sering bermain di sana. Rumah mungilnya terbuat dari kayu, berwarna biru muda menyerupai langit.


Di rumah mungil itu daerah diam-diam bagi mereka, bahkan mereka menulis khayalan dan harapan mereka ketika remaja nanti dalam sebuah diary.


Disebelahnya, duduklah laki-laki yang berjulukan Bayu, ia bukanlah manusia, namun ia berparas ganteng dan berpenampilan oke bangetlah pokoknya menyerupai brad pit eh siapa artis pavoritmu?

Bajunya merah dengan motif garis-garis, dengan berbalut celana jeans.


Rambutnya lurus menyerupai snack lidi-lidian, hidungnya mancung menyerupai buah jambu monyet, wajahnya higienis dari janggut dan kumis.

Mereka berdua ialah pelajar di suatu sekolahan yang berjulukan Larut.


Aku berjalan ke arah mereka. Setiba dihadapan mereka “Hai….”

Namun saya melongo melihat mereka sedang asyik bercanda dan saling memanggil dengan akrabnya, akupun menunggu dengan duduk di tengah-tengah mereka.


Bayu “Eh ada kau toh”,”Iya, maap ya dicuekin” Bunga, Aku “Iya, kalem aja”

Sesuatu mengalihkan pandanganku. Sebuah sapaan memanggilku “Selamat pagi….” yang membuatku menoleh ke kanan, ke kiri, ke belakang mencari-cari bunyi itu berasal dari mana ya?

Sesuatu menepok bahuku, tangan. Tangan ini mempunyai tubuh tentunya, sempurna, alamak pak guru! Sontak kamipun berteriak “Selamat pagi Pak guru” sambil menyalami tangannya.

“Pak guru mau kemana?” Bagus, “ke kelas, kita berguru yuk belum dewasa yang cantik, ganteng dan pintar-pintar”, “Yuuuk”.

Berasa ada yang janggal! Apaan tuh yang ngegelinding? Bola!


Sampai kesudahannya Bunga pergi berlibur bersama orang tuanya ke puncak, tapi nasib naas menimpa Bunga dan keluarganya dijalan.

Mobil yang mereka naiki tergelincir dan masuk jurang.

Orang renta Bunga meninggal seketika itu, Angga adik Bunga pun terluka.


Sedangkan Bunga mengalami luka parah, dan mereka berdua pun dibawa ke rumah sakit untuk menjalani perawatan.

Semenjak Bunga ditinggal orang tuanya, ia diasuh oleh orang lain yakni tetangga di dekat rumahnya. Mereka ialah sosok yang sering melihat Bunga dan sudah mengerti wataknya Bunga, dan mereka sangatlah mencintai Bunga. Apalagi, mereka tidak di karunia anak oleh Tuhan.


Mereka berkata “Bunga, jadilah anak kami, anggaplah kami menyerupai orang tuamu, panggillah dan gantilah posisi mereka dengan kami.” “Baik om, baik tante, mulai kini kalian akan Bunga jadikan orang tua, semoga Tuhan membalas kebaikan kalian.”. Semenjak itu, Bunga mempunyai orang tua, betapa bahagianya.


Bunga bernyanyi dengan memakai kecapi, alat musik favoritnya. “Bunga terakhir, ku persembahkan kepadamu yang terindah, sebagai satu tanda cinta untuknya….” sambil membayangkan kedua orang tuanya yang telah meninggalkannya dengan menumpahkan air mata pelan namun niscaya semakin usang semakin deras dan ia terhenti, kemudian Bayu tiba menghampiri. “Bunga, jangan sedih lagi dong, orang tuamu niscaya ikut bersedih melihatmu dari atas sana, coba lihat di langit itu, bayangin perasaan mereka gimana”.


“Begitu ya Bayu, ya sudah, mulai sekarang, saya akan berbahagia.” Ujar Bunga sambil mengusap air matanya dengan sapu tangan.


Akan tetapi, ternyata ujian Tuhan untuk Bunga belum juga berakhir, ia mengalami kelumpuhan.


Bunga begitu putus asa, impian beliau seakan hancur semua.

Beruntunglah beliau mempunyai sahabat-sahabat yang selalu setia menghibur dan mensupport beliau untuk tabah dalam hadapi cobaan hidupnya.


Situasi tersebut dimanfaatkan Widia untuk menghina dan mengganggu Bunga yang duduk dikursi roda tak berdaya. Widia “Cih, dasar perempuan rendahan! Sampah! Tidak berguna! Bisa apa sih kamu? Buat berjalan saja tidak bisa, ahahahah!” namun Bunga hanya melongo dan tersenyum dengan lembut dan kalem mendengar hinaan itu.


Tiba-tiba bu guru menyahut “Widia sayang, kau dilarang berkata menyerupai itu, biar bagaimanapun ia masih saudara kita, kalau kau ada di posisi beliau gimana rasanya?”.


“Aku juga tidak percaya” sahut Andi sambil menggelengkan kepala dan melihat ke arah Bunga.


Bahkan semua kemenangan Bunga dulu, berhasil direbut Widia.

Tanpa sepengetahuan Bunga dan yang lainnya, Bayu tiba-tiba mengalami sakit kepala yang ahli hingga kesudahannya Bayu jatuh pingsan.


Oleh keluarganya dibawa ke rumah sakit, dan divonis terkena kanker otak.


Tapi apa yang dialami Bayu ini, tidak diketahui oleh Bunga dan yang lainnya.


Berbagai cara telah ditempuh untuk penyembuhan, tapi tetap tidak ada harapan.


Bayu yang dulu selalu menjaga dan menghibur Bunga, kini kondisinya makin menurun.


Walau begitu, Bayu tetap berusaha ceria dan selalu ada untuk menemani Bunga.


Namun kondisi Bayu makin lemah, hingga kesudahannya orang renta Bayu mengajak Bunga dan yang lain untuk menengok Bayu.


Disitulah orang renta Bayu menceritakan apa yang sedang dialami oleh Bayu selama ini.


Betapa sedih hati Bunga, beliau merasa Tuhan tak adil padanya.

Karna Tuhan telah mengambil banyak hal darinya yang semakin membatasi dirinya, air matapun menitip di mata dan turun di pipinya, tik tik tik menyerupai air hujan yang jatuh membasahi bumi.


Setibanya di rumah sakit, barulah orang renta Bayu menceritakan ihwal kondisi Bayu yang divonis tinggal beberapa hari lagi sanggup bertahan hidup.


Sedih hati Bunga melihat kondisi Bayu yang dalam kondisi lemah dan pucat.


Dia menangis, kenapa Tuhan mengambil kebahagiaan dan orang-orang

yang beliau kasihi.


Dia berharap Tuhan mengambil nyawanya, jangan nyawa Bayu yang diambil.


Namun takdir Bayu tidak sanggup dirubah, disaat menjelang ajalnya Bayu sempat minta maaf kepada Bunga dan yang lainnya.


Bayu juga berpesan biar Bunga tak gampang putus asa, dan tetap menjadi Bunga menyerupai yang dulu.


Tidak usang sesudah itu, Bayu mulai tidak sadarkan diri. Saat Bayu koma di Rumah Sakit, Bunga sempat bermimpi. Dalam mimpi itu Bayu menunggangi seekor kuda Pegasus berwarna putih sejernih awan, kemudian Bayu menghampiri Bunga dan mengajaknya untuk ikut terbang bersama Pegasus putih itu mengelilingi taman bunga yang indah di awan nan putih bersih.


Bunga mendengar bunyi ringkikan kuda hiiik dan kepakan sayap Pegasus plak, plak yang diiringi dengan nyanyian burung cuit cuit dan bunyi kucing Meooong.


Akhirnya Bayu menghembuskan nafasnya yang terakhir, Bunga dan yang lainnya pun menangis.


Saat dipemakaman pun, Bunga masih tidak ingin beranjak dari sana.

Suasana sedih masih menyelimuti keluarga Bayu dan teman-teman Bayu, termasuk Bunga.


Tidak terasa tiga hari sudah kepergian Bayu, Bunga pun kembali ke sekolah bersama teman-temannya.


Saat mereka sedang ngobrol, Widia pun tiba mengganggu Bunga dan teman-temannya tersebut.


Tapi untunglah, ada guru yang melihat insiden itu dan menghukum Widia.


Kejadian tersebut menciptakan Bunga menjadi enggan kesekolah lagi, Bunga sudah capek dihina dan diremehkan oleh Widia.


Dia juga tidak ingin merepotkan orang lain lagi, maka diambilah jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya.


Dia ambil pisau yang ada di atas meja di tengah piring yang berisi buah-buahan.


Dan tak usang kemudian Bunga terletak pingsan di bangku roda dengan tangan terluka dan darah menetes dilantai.


Melihat hal itu, bibi teriak panik memanggil pak sopir “Pak supir! Bunga jatuh! Tolong! Tolong! Ya ampun non, non Bunga! Bangun!” sambil mengguncangkan badannya dan Pak supirpun membawa Bunga kerumah sakit.


Saat pingsan dan dalam perawatan dokter itulah Bunga serasa bertemu dengan orang tuanya dan Bayu.


Lalu mereka pun bercakap-cakap, sedangkan dirumah sakit semua teman-teman Bunga terus menangis memanggil nama Bunga. “Bungaaaa…bungaaa huuuu huuu hu!”.


Sedangkan dialam lain, Bunga merasa senang sanggup bertemu dengan orang tuanya dan Bayu.


Akan tetapi ada sesuatu yang mendorong Bunga untuk kembali ketubuhnya.


Saat itulah Bunga tersadar dan semua orang yang disana pun tersenyum senang.


Sejak insiden itu, ada yang gila dalam diri Bunga.

Dia menyerupai melihat demensi lain, beliau pun sanggup melihat hal-hal gila disekitarnya.


Dia tak tau apa yang terjadi, bahkan beliau sanggup melihat orang-orang yang telah tiada termasuk Bayu.


Hingga kesudahannya beliau menceritakan hal tersebut kepada Ina sahabatnya, dan diajaklah Bunga ke daerah tante Ina yang berjulukan tante Mila yang mempunyai keistimewaan sanggup melihat dimensi lain.


Sejak itu Bunga tidak lagi terkejut melihat hal-hal gila disekitarnya, bahkan sanggup ngobrol dengan orang tuanya dan Bayu.


Walau beda dunia, tapi support untuk Bunga menciptakan Bunga kembali ceria dan selalu optimis.


Bunga kembali ke sekolah penuh semangat, kini beliau tak perduli lagi kalau Widia tiba mengganggunya.


Bahkan taktik Widia untuk mencelakai Bunga pun selalu gagal, karna ada Bayu yang selalu menjaga Bunga dan berhasil menciptakan Bunga kembali meraih ranking satu di kelasnya.


Bunga pun kembali bermusik, bernyanyi dan menari walau dengan bangku roda.


Hal itu menciptakan Bunga kembali meraih aneka macam penghargaan kembali, bahagianya orang renta Bunga melihat anaknya kembali meraih aneka macam penghargaan.


Bahkan Bunga mau menjalani terapi untuk kesembuhan kakinya itu, dan hasilnya pun mulai ada kemajuan.


Selain itu, Bunga juga aktif di komunitas para Disabilitas, sehingga Bunga tak lagi merasa sedih.


Aktivitas Bunga di komunitas disabilitas ialah menulis, membaca, mengemong anak, mendongeng, memperlihatkan ceramah dan motivasi ke disabilitas lainnya.


Karna di luar sana banyak yang mengalami menyerupai Bunga, bahkan tidak seberuntung Bunga.


Saat ujian selesai pun tiba, Bunga dan sahabat-sahabatnya pun mulai sibuk mengerjakan soal tes ujian selama tiga hari.

Setelah selesai menjalani ujian, sembari menunggu hasil tes.


Bunga dan teman-teman yang lain pergi ke daerah wisata.

Lagi-lagi Widia berusaha mencelakai Bunga dengan cara medorong bangku roda Bunga biar terjatuh dikolam.


Namun justru Widia yang tercebur ke kolam, Bunga pun selamat dari kejailan Widia.


Pada dikala perayaan ultah Bunga yang dirayakan begitu mewah, Bunga mengundang semua teman-teman sekelas, saudara dan bahkan teman-teman komunitasnya itu juga diundang, bahkan orang renta Bayu pun datang.


Mereka sangat mencintai Bunga, dan mereka bersepakat mengakibatkan Bunga dan adiknya sebagai anak mereka.


Tentu hal ini menciptakan Bunga senang dan terharu, begitu juga dengan Bayu serta orang renta Bunga.


Karna Bunga telah mendapatkan keluarga gres yang sesungguh.

Melihat kebahagiaan Bunga, Widia pun makin kesal.


Kali ini Widia berusaha mendorong Bunga biar jatuh dari panggung.

Namun sebelum niatnya terlakna, pada dikala menuruni anak tangga.

Gaun yang ia kenakan tersangkut oleh sepatunya, dan kesudahannya Widia terjatuh ke lantai, kepalanya terbentur anak tangga.


Akhirnya Widia dibawa kerumah sakit, sesudah mejalani pemeriksaan.


Widia pun telah siuman, tapi betapa terkejutnya beliau ketika melihat disekitarnya gelap gulita.


Widia pun teriak histeris, kemudian dokter menyelidiki keadaan Widia.

Setelah memeriksa, dokter menyampaikan bahwa Widia mengalami kebutaan.


Bunga pun mendengar kabar itu dan menjenguknya, tetapi Widia salah paham dengan niat ikhlas Bunga dan mengira Bunga akan menertawakan dirinya yang buta.


Tak usang kemudian, pengumuman hasil ujian pun tiba dan semua murid dinyatakan lulus.


Semua murid besuka ria, disitulah Widia dibantu teman-temannya menghampiri Bunga untuk meminta maaf dan mereka pun berbaikan.


Nada kurang suka sama Bunga, ia mengadukan curahan hati Bunga ke orang tuanya, terbesit dalam pikirannya anak ini harus di aturan dan di rubah sesuai keinginannya dan memaksakan dirinya untuk menjadi sama menyerupai orang normal.


Namun, Bayu membantunya dengan mengirimkan energi, doa dan teman-temannya untuk mengeluarkannya dari kesedihannya dengan memberikannya secercah harapan untuk mengangkat dirinya yang direndahkan itu.


“Heh beliau lewat tuh teriakin tuh, speak-speak tanya apa kek” ujar Gagas dikala Bunga melewatinya.


“Gang senggol dimana ya Bunga?” tapi Bunga hanya berlalu dalam membisu alasannya ialah perasaannya menyampaikan untuk membisu saja.


Bunga berjalan ke etalase bunga, dan berkata “Mbak, ada bunga mawar?””Tidak, eh ada tidak mbak?” tanya SPG ke SPG lain “Ada” sambil menunjuk dengan jempol kanan ke arah bunga. “Psst mbak kenapa di tunjukin? Aku tidak mau toko kita dibeli sama dia”,”Tidak boleh begitu, rezeki dilarang ditolak”, tapi Bunga hanya sanggup menahan dirinya, melongo dikala SPG disana bisik-bisik dan Bunga mencicipi ia dibicarakan, yah mungkin hanya perasaan saja ujar Bunga di kepalanya sambil mencoba menghibur diri. Dan ia melihat Bayu sebentar ditengah-tengah mbak SPG. Kaget! Dan buru-buru Bunga menghubungi temannya untuk ditutup kembali, namun sesudah ditutup, ia pun kembali melihat Bayu di rumahnya. Pelan-pelan Bunga mendapatkan ini.


Disaat Bunga mulai mendapatkan sanggup melihat Bayu, pengasuhnya mencicipi tingkah lakunya yang gila menyerupai bicara sendiri, lebih banyak membisu dan menyendiri. Ini menciptakan mereka malu, soalnya berbeda dari orang lain dan mereka merasa aib dikala dikatai “Ih punya anak gila, udah gila pakai bangku roda lagi”. Rasa aib ini menciptakan mereka mengurung Bunga di kamar sesudah pulang sekolah dan tetapkan untuk menikahinya dengan seorang cowok jelek rupa yang kaya raya dan tetapkan supaya Bunga hanyalah menjadi ibu rumah tangga saja dan berhenti sekolah. Bunga mendengar pernyataan ini hanya sanggup menangis sendirian di kamar, tidak ada sahabat buat menyurahkan isi hatinya. Ia merasa kesepian.


Berjalanlah Bunga ke Jembatan penyeberangan, ia bercerita sama orang yang berlalu lalang disana. “Eh saya kesepian, saya sanggup melihat dan mendengar suara” tapi hampir semua menyuekinya, menganggapnya tidak pernah ada disitu. Namun, ada satu orang menghampiri “Mbak, terkena Schizophrenia itu”,”Apa itu?”.

“Mohon maaf mbak, saya tergesa-gesa” sahut laki-laki itu sambil berlari menghampiri soerang perempuan yang terlihat murka menatap mereka dikala bicara, “Iya tida apa-apa”, perasaan Bunga kurang enak, perempuan itu cemburu. Sambil dalam pikirannya berdoa “Ya Tuhan, tolonglah mereka, kasihilah mereka, damaikanlah mereka. Amin”.


Bayu mencoleknya “Psst Bunga cantik, sini dong, ngobrol yuk!” tapi dicuekin sama Bunga alasannya ialah masih galau mikirin apa itu ya yang tadi?


Bunga berjalan dengan gontai hingga ke rumah dan mendapatkan takdirnya bahwa malam ini ia akan dinikahkan.


Bayu “Bunga, janganlah bersedih, siapa tau beliau sanggup membahagiakanmu dan mengeluarkanmu dari masalah”, dan air mata yang menitik pun berhenti yang disambut dengan senyuman.


Kakaknya Bunga masuk “Rasain loh, nanti kau akan diberlakukan sama menyerupai yang telah kau lakuin ke keluargamu sendiri, kena eksekusi alam deh tuh!”. Namun, ternyata selama perjalanan hidupnya hingga kini sudah mempunyai cucu dua orang dari anaknya yang hanya semata wayang tidak terjadi apapun yang buruk.


Bunga memainkan sebuah alat musik dengan empat nada yang dibagi menjadi empat dan sisa satu dibawah, alat ini mempunyai senar banyak, beralaskan empat kaki mungil yang kuat, terbuat dari kayu jati. Alat ini bersuara nyaring mengiringi suaranya yang sedih….


Alat musik ini kalau di Jepang dimainkan oleh Geisha, di negeri kita tercinta sering buat pengiring tarian tradisional yang Bunga tarikan dikala les di Taman Kanak-kanak buat mengikuti lomba yang adain di Taman Mini Indonesia Indah.


Alat apa sih? coba tebak apa? hehe…Oh iya, dasar kecapi berwarna-warni, ada merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu, orange, pink, biru dalam bentuk titik, garis yang indah..aaah…


Bunga bernyanyi : “Engkau lilin lilin kecil….dst” > lagi Chrisye, apalagi yang melow? Suaranya sengau, air mata mengalir di pipinya terjun bebas dari mata dikala Bunga sedih sambil bernyanyi. Terkadang Bunga harus berhenti di tengah lagu, dan menangis dengan kencang hu hu hu hu….


Bunga tidak pernah sanggup lepas dari Bayu hingga kini, mereka saling membutuhkan. Rasa yang Bunga rasakan berupa cinta, secara perlahan-lahan berubah rasa sayang itu menjadi suatu hal yang biasa saja, perasaan menyerupai dikala mereka bersahabat dulu dari kecil.


Mereka telah terpisah oleh alam yang berbeda, sehingga Bayu hanya sanggup jadi sahabat dan malaikat pelindung yang selalu melindungi Bunga hingga kesudahannya Bayu sudah saatnya berenkarnasi kembali.

Dalam kebersamaan itu, ada kalanya mereka juga saling bercanda dan saling menggoda.


Mereka berlarian di bawah rintiknya hujan, dan mereka pun sama-sama terkena demam karna hujan itu.


Diarynya tebal, berwarna kuning cerah dengan gambar hati di depannya.


Saat Bunga membuka Diary, ia membayangkan Bayu di masa itu, sesuatu yang ada di tulisan. Ia membaca sambil membuka Diary secara perlahan, kertas renta yang dulu pernah mengisi hari mereka. Bayu kecil kini ada di pelupuk matanya sedang bermain game online yang diciptakan oleh ayahnya yang seorang psikolog klinis.


Ayahnya memperhatikan belum dewasa di zaman kini yang cenderung psyco, melaksanakan kekerasan baik secara verbal, goresan pena ataupun perilaku. Maka ayahnya yang merasa bertanggung jawab untuk menerapi banyak orang tanpa adanya ketergantungan atau kecanduan.

Lembaran ke sepuluh di diary itupun terbuka, Bunga terhentak pada goresan pena Bayu. Ia menulis “Aku menghargai perasaannya yang suka sama diriku, namun saya takut ini merusak persahabatan kami, dan dikala ini saya sedang menyukai seorang gadis yang berjulukan Lili, ia ialah seorang gadis yang baik dan anggun jelita serta mempunyai latar belakang keluarga yang mengagumkan!”.


“Oh jadi begini, pantas Bayu sempat menghindari dan malas berbicara sama aku, saya mengerti, dan mungkin ia hendak menjaga perasaan itu.” Gumam Bunga sambil membuka lembaran ke 20.

Disitu, Bunga mendapatkan goresan pena yang membuatnya tersenyum.

Kisah perjalanan dirinya yang menciptakan saya yang sedang duduk disampingnya menemani mendengarkan gumaman, dan ekspresinya yang lugu.


Ia memulai menulis dikala ada perlombaan di sekolahnya, dan ia eksklusif mendapatkan juara pertama! Dan seseorang menulis surat cinta untuknya “Bunga, saya suka kamu, maukah kau menjadi kekasihmu? Aku mengagumimu, kau cantik, dan berprestasi”.

Dalam bayangannya seorang laki-laki mengenakan baju kemeja putih dan celana panjang berwarna biru renta bangun di sampingnya dengan wajah yang merah merona menyerupai tomat.


“Terima kasih atas surat dan kedatangannya, hanya saja kau belum mengenal saya ini menyerupai apa, bagaimana sanggup eksklusif memintamu menjadi kekasihmu? Aku takut kau hanya akan sedih, murka dan kecewa melihat keadaan saya yang sesungguhnya. Dan, mohon maafkan aku, siapa namamu? Kamu dari kelas mana?” Ujar Bunga dalam goresan pena di Diary itu.


“Kenalkan, namaku Jali. Aku sering melihatmu alasannya ialah kelas kita bersebelahan. Aku selalu mencari tahu gosip mengenai dirimu dari awal dikala kita tidak sengaja tertabrak di lorong dikala terburu-buru alasannya ialah terlambat upacara, apakah kau masih ingat insiden itu?”


“Oh iya, dikala kita pertama masuk sekolah ya?” sahut Bunga yang dibalas kembali oleh Jali “Iya, lalu, maukah kau menjadi pacarku?”. Bunga membisu sejenak selama beberapa menit dan kemudian menjawab “Terima kasih, namun saya memohon maaf alasannya ialah menolak yang namanya pacaran, soalnya saya diamanahi oleh orang tuaku begitu,. Kaprikornus ya saya harus taat. Tidak apa kan ya?”. “Oh gitu, kau semakin anggun deh, oke saya menghargai keinginanmu, dan saya akan tetap mengejarmu, mungkin kelak nanti kita sanggup menikah”.


“Terimakasih, namun saya ini biasa saja, bukanlah seorang perempuan yang anggun dan cobalah untuk membuka dirimu. Aku sendiri kurang sanggup menjanjikan untuk sanggup menikah bersamamu. Besar kemungkinan, ada perempuan yang lebih baik dari saya yang patut kau pertimbangkan menjadi pasanganmu. Semoga perkataan ini tidak menyinggung perasaanmu ya” ujar Bunga. Sang lelaki yang perlahan mengangguk, berjalan menjauh dan tersenyum alasannya ialah kagum. Dalam pikirannya ahli ini perempuan! Semoga ia berbahagia dengan kehidupannya.


Akupun membantu Bunga membukakan halaman 40 di diary, oh iya, dulu ia pernah menulis mengenai sesuatu. Bunga alasannya ialah sebuah kebencian, mencela, memukul dan menyuruh orang membisu dan dikala ia diperlakukan begitu, rasanya ternyata sakitnya bukan main. Namun, alasannya ialah sudah mencicipi sakitnya, maka Bunga menentukan untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama dengan menyakiti orang lain.


Created by AnNa OktaVia dan saya



Sumber gamepelajar.xyz

Posting Komentar untuk "Engkaulah Guardian Angelku"