Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Selama Itu Baik, Lakukanlah!

Sebagai tamatan SMK, mungkin keputusan bekerja ialah lebih hak ketimbang kuliah di kalangan saya pada umumnya. Pasalnya, para orangtua tidak memberi derma atau hak finansial bagi anak-anaknya kalau ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, terlebih kalau anak mereka ialah perempuan, “Untuk apa kau kuliah, toh juga nanti di dapur dan momong anak.”, itu kata orangtua di kalangan saya. Jangankan kuliah, Sekolah Menengan Atas pun putus. Banyak yang sebatas lulus Sekolah Menengah Pertama saja kemudian bekerja di toko, sehabis itu menikah.


Hal itu sangat bertentangan dengan saya. Sebagai anak orang tidak punya, saya ingin menunjukan betapa apa yang kita yakini, kita niati dengan sungguh-sungguh akan insiden pula. Meskipun butuh proses yang sangat panjang dan sakit yang tak berkesudahan.


8 Juli 2013, ialah kali pertama saya menapakkan kaki di dunia industri, industri garmen di Tangerang tepatnya. Usai menandatangani kontrak kerja 6 bulan sebagai Operator Twist Soft Winding, tentu ini menciptakan saya deg-degan. Dari namanya kelihatannya keren. Tapi sungguh yang saya kira sebelumnya sangat bertentangan dengan kenyataan sehabis melihat tempat bekerja dan apa yang akan saya kerjakan. Mesin di depan mata saya nampak mengerikan, besar, tinggi, panjang, bising, dan bertentangan dengan studi yang saya tempuh selama ini. Lebih tepatnya, saya ialah seorang buruh benang.


Setiap hari saya harus mengambil masing-masing 2-3 kg benang untuk di jalankan di mesin. Sedangkan setiap hari saya bekerja 8 jam dan pengambilan benang dilakukan kurang lebih 60 benang per jam. Berat? Memang. Takut kecelakaan kerja? Iya. Mesin yang berputar sangat cepat tak jarang menciptakan tanganku tersayat benang dan tak jarang pula hingga berdarah. Tapi tak apa, untung belum masuk ke dalam mesinnya. Iya, selalu menguatkan hati dengan cara berpikir apa yang saya lakukan dan saya sanggup tentu lebih beruntung. Terlebih ketika mengingat usaha orangtua saya ketika bekerja. Bersepeda 9 km dari pesisir mengambil ikan dari TPI (Tempat Pelelangan Ikan) ke desa yang berbukit-bukit, tentu itu ialah lebih berat daripada yang saya kerjakan. Saya masih jauh dari kata mulia dibanding orangtua saya. Maka dari itu, ketika lelah, bayangan wajah mereka ialah alasan saya harus selalu semangat.


Tak terasa 6 bulan berlalu. Harusnya saya harus diperpanjang 1 tahun kontrak kerja, akan tetapi alasannya pada ketika itu terjadi demo besar-besaran biar outsourcing dihapuskan, maka sebagai karyawan dari yayasan saya hanya bisa pasrah diperpanjang berapa bulan. Tanpa tanda tangan kontrak kerja, pihak yayasan berkata, “Nanti saya instruksikan lagi ketika kau harus tanda tangan kontrak lagi.”.


Karena beberapa keraguan dan alih-alih dari aneka macam warta mengenai lowongan kerja tanpa outsourcing, tentu menciptakan saya tertarik. Membuat beberapa lamaran kerja dan mengirimnya ke perusahaan. Didukung sistem kerja 3 shift, memudahkan saya ketika ada panggilan kerja ketika shift 2 atau shift 3. Berbagai tahap tes kerja saya jalani, di Tangerang, Jakarta, Cikarang, semua saya datangi. ‘Bondo nekat’ istilahnya. Secara saya tidak tahu menahu tempat bahkan wilayahnya pun yang akan saya datangi nanti.


Alhasil, 28 April 2014 ialah saya pindah ke Cikarang dan bekerja di pabrik otomotif sebagai buruh (lagi). Akan tetapi perlakuannya lebih baik. Makan dengan layak, istirahat sesuai, jam kerja dan upah lebih diperhatikan, dan kemudahan kesehatan yang baik. Yang saya kerjakan sehari-hari pun lebih ringan, mengecek produk yang NG (Not Good) dan OK kemudian dipisahkan.


Akan tetapi, naas kembali menghampiri. Kulitku sangat sensitif, alergi dengan zat kimianya, alergi cerozyne. Awalnya muka saya yang lonjong menjadi lingkaran seketika menyerupai Boboho selama 10 hari, efeknya saya tidak berani keluar beli makan dan ijin kerja, mereka yang melihat niscaya akan ketakutan, apalagi mata yang juga hanya segaris dan terus mengeluarkan air mata secara tiba-tiba. Kemudian tangan, punggung, leher, bahkan kaki. Keadaan ini menciptakan bolos saya menjadi jelek. Tapi bagaimana lagi, tangan yang saya gunakan untuk bekerja pun kalau digerakkan akan sobek dan berdarah kalau ditekuk untuk memegang stick. Walaupun sudah menggunakan sarung tangan double pun, alergi ini masih tak sanggup dihindari. Bahkan trainer saya sudah mengalah menghadapi keadaan ini dan disarankan untuk mencari pekerjaan lain. Hingga 6 bulan, keadaan masih sama dan semakin parah. Tetap saya jalani mengingat saya ingin kuliah, dan ini sumber tabungan saya.


Ketika saya shift 3, saya mencoba mencari kerja lagi. Dengan proses yang panjang dan memakan waktu yang cukup lama, Alhamdulillah saya menerima pekerjaan gres sebagai Admin di pabrik obat di Jakarta. 24 Februari 2015, usai tanda tangan kontrak kerja 6 bulan saya mulai diperkenalkan dengan beberapa rekan kerja dan menjalani pekerjaan yang lebih mendekati studi saya selama ini.


Mengingat saya ialah lulusan Sekolah Menengah kejuruan TKJ (Teknik Komputer dan Jaringan) tahun 2013, tentu 2015 ini ialah kesempatan terakhir saya mengikuti ujian SBMPTN. Kesempatan ini tak ingin disayangkan begitu saja. Semua kesempatan harus dimanfaatkan. Aku lihat kalender, 6 bulan kerja berakhir di 23 Agustus 2015, insha Allah cukup untuk menabung, menciptakan semangat ini kembali hingga ke ubun-ubun. Apalagi restu Ibu dan Bapak sudah ku kantongi.


Awal April saya membeli buku-buku panduan SBMPTN dan mulai mempelajarinya. Banyak sekali yang sudah terlupa. Tapi tak apa, bagaimanapun saya harus menempuhnya. Saya harus bisa. Pekerjaan yang non shift juga sangat mendukung. Seperti anak sekolah, pagi kerja, sore pulang, malam belajar.


Hingga suatu hari, supervisor memanggil dan ingin berbincang dengan saya. Tentang asal usul, pengalaman kerja dan apa saja yang saya pelajari di sekolah, hingga berkomentar perihal pekerjaan saya sekarang. Respon yang saya dapatkan sangat baik, akan tetapi ketika dia membicarakan kontrak kerja yang akan diperpanjang, saya menahannya, saya katakana semua harapan saya dan alasan saya bekerja, latar belakang saya, dan lain sebagainya. Saya sempat berpikir dia akan marah, tapi ternyata tidak, dia justru sangat mendukung bahkan menyarankan prodi dan beberapa universitas.


“Apa yang belum kau mengerti? Matematika gimana? Kalau ada yang susah bawa aja, nanti saya ajarin!”, kalimat itu semakin menambah semangatku.


Beliau seorang Apoteker, jadi tak begitu banyak tau perihal SOSHUM (Sosial and Humaniora). Iya, SBMPTN aktivitas Soshum. Tapi semakin bertambahnya orang lain percaya ‘aku bisa’, tentu itu semakin menambah kepercayaan diri saya, dan saya harus menebus kepercayaan mereka terhadap saya.


Tanggal 15 Mei 2015 saya beranikan diri untuk mendaftarkan diri, mengikuti alur pendaftaran. Kartu penerima pun tercetak. Tanggal 9 Juni 2015 akan tes tertulis di Surakarta dan 10 Juni dan atau 11 Juni 2015 akan uji keterampilan di UNS. Maka saya meminta ijin kepada Manager, Bu Rani. Dan dia mendukung pula, memberi ijin 3 hari.


“Terimakasih, Tuhan. Engkau jadikan saya menjadi hamba-Mu yang paling beruntung.”


Tuhan selalu memberi apa yang kita butuhkan yang bahkan kita sendiri tak menyadari kebutuhan itu. Dan bukankah kalau satu pintu tertutup masih ada pintu lain yang terbuka? Tergantung kita mau apa tidak membuka pintu tersebut.



Sumber gamepelajar.xyz

Posting Komentar untuk "Selama Itu Baik, Lakukanlah!"