Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Saudara, Sahabat, Ayah Dan Guru Terbaik

Sebelum menceritakan sosok inspiratif saya saudara, sahabat, ayah dan guru terbaik


Sebelum menceritakan sosok inspiratif saya,saya akan memperkenalkan diri saya terlebih dahulu. Nama saya Ahmad Agiel Triyawan saya ialah salah seorang santri di Pesantren di kota Rembang. Ini ialah tahun ke-3 saya di pesantren. Sosok yang saya ceritakan ini ialah pengasuh pesantren kawasan saya menimba ilmu agama. Beliau berjulukan KH. Muhammad Nasir Khatifi. Para santri memanggilnya Abah Nasir. Beliau dipercaya menjadi pengasuh pesantren semenjak tahun 2003 sesudah KH Makmoen Cholil meninggal ( ayah mertua Aba Nasir). sesudah ayah mertua dia meninggal semua tanggung jawab dipegang oleh Abah Nasir. Selain sebagai pengasuh pesantren dia juga menjadi kepala salah satu Madrasah Aliyah di kota Rembang.


Abah Nasir dikenal sebagai pribadi yang santun dan sangat menghargai orang lain. Beliau juga sangat ramah walaupun dengan orang yang gres pertama kali bertemu. Begitu pula yang saya rasakan ketika pertama kali berjumpa dengan beliau. Mungkin anda juga akan mencicipi hal yang sama jikalau berjumpa dengan beliau. Bahasa dan logatnya yang khas menciptakan orang yang dia ajak bicara tidak akan lupa denga beliau.

Saya masih ingat ketika pertama kali berjumpa dengan beliau. Ketika itu dia membahas perihal anak muda dan semakin maraknya penggunakan teknologi khususnya hp dan laptop. Beliau mengimbau pada saya untuk jangan terlalu bergantung pada hal tersebut. Beliau juga menjelaskan panjang lebar perihal bahayanya jikalau teknologi sudah menjadi kepribadian seseorang.


Siapapun yang mendengar kisah dia niscaya akan kagum kepadanya. Sebagai pengasuh tunggal di pesantren, dia bertanggung jawab atas semua acara yang ada. Setiap pagi ketika waktu subuh datang dia memasuki kamar santri putra satu persatu untuk membangunkan para santri. Dan itu dilakukan dia setiap pagi selama bertahun tahun. Tidak sedikit santri yang suka membandel tetapi dengan kesabaran dia sanggup menciptakan mereka sadar. Kegiatan dia memasuki kamar-kamar santri tidak hanya ketika waktu akan sholat subuh saja, tetapi juga ketika sholat ashar dan magrib. Karena pada ketika waktu jama’ah ashar banyak santri yang masih tidur. Beliau khawatir kalau tidak dibangunkan mereka tidak ikut jama’ah yang pahalanya dilipat gandakan 27 kali.


Setelah sholat subuh ada ngaji Al-Qur’an. Ketika mengaji Al-Qur’an, tidak sanggup dilakukan sekaligus tapi harus bergantian tiap santri. Kaprikornus dia sanggup memantau santri satu persatu. Setelah itu alasannya ialah dia mengajar di Madrasah, ibarat guru pada umumnya dia brangkat pukul setengah tujuh dan pulang sekitar jam setengah dua. Selepas pulang dari mengajar, dia tidak pribadi istirahat namun menjadi Imam jama’ah di musholla pondok yang sekaligus kawasan mengaji. Jama’ah dilaksanakan tidak sempurna pada awal waktu alasannya ialah hampir semua santri ialah anak yang masih sekolah Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengan Atas yang gres pulang setengah dua siang. Setelah itu gres ada waktu istirahat sebentar hingga datang waktu sholat ashar. Waktu jama’ah sholat ashar pun dilaksakan pukul 16.00 WIB. Ini ialah akal dia yang memberi toleransi kepada para santri untuk sanggup beristirahat cukup. Beliau sungguh sangat bijaksana.


Selepas sholat ashar ada mengaji dilanjutkan sholat magrib dan dzikir. Setelah itu ada ngaji ba’da magrib. Setiap hari selasa, sabtu, dan ahad dia sendiri yang mengajar ngaji ba’da magrib. Nah disitulah dia banyak memberi kami nasihat-nasihat perihal kehidupan. Beliau selalu menekankan pada santrinya bahwa menjadi santri itu harus “wani tirakate” atau dalam bahasa Indonesia berarti berani untuk tirakat ( berusaha untuk memposisikan diri pada kondisi paling minim dari kemewahan) supaya ketika kita diberi nikmat yang banyak tidak sombong dan ketika diberi nikmat sedikit sudah menjadi hal yang biasa. Dan dia juga mengingatkan kita untuk jangan menjadi anak yang suka alasan, untuk menjadi anak yang berani menakui kesalahannya. Selain itu juga jangan menjadi anak “alasan” yang artinya anak yang tinggal di hutan yang tidak punya tata krama, tidak ada aturan, dan hidup seenaknya sendiri.


Sehabis ngaji ba’da magrib pribadi sholat isya’ sesudah itu gres makan malam. Beliau mengajarkan kami para santri untuk hidup sederhana dan tidak menjadi orang yang egois. Maka dari itu sajian masakan sehari-hari di Pesantren pun sangat sederhana hanya dengan sayur dan gorengan tempe yang sekiranya sudah cukup memberi gizi. Kita pun makan bersama sama sehinga para santri sangat bersahabat dan tidak egois.


Setelah makan ada ngaji dan sesudah ngaji ba’da isya’ gres kita belajar. Tidak jarang dia melihat lihat santri yang sedang belajar. Dan sesudah para santri tidur dia belum tidur. Beliau memantau keadaan di pesantren. Karena tidak jarang ada santri yang sengaja keluar untuk bermain tanpa seizin pengurus dan pengasuh.


Semua acara itu dia lakukan setiap hari, hingga bertahun-tahun. Tidak ada keluh kesah, tidak ada rasa lelah bagi beliau. Karena itu semua dia lakukan demi tegaknya agama Islam dan NKRI. Dengan menjaga para generasi muda supaya tidak terjerumus dalam pergaulan yang semakin bebas dan seolah tidak ada aturan.


Saya sangat jarang melihat dia marah. Beliau sering tersenyum dan tertawa. Sangat indah rasanya melihat dia ketika tertawa. Sampai kini saya sangat rindu dengan beliau. Seandainya sanggup bertemu dalam mimpi pun saya akan sangat bahagia. Beliau ialah saudara, sahabat, ayah dan guru terbaik yang pernah saya temui.


Kini Abah Nasir sudah Meningal. Sekitar satu tahun yang kemudian pada bulan Januari 2014. Tetapi nasehat beliau, ilmu dia selalu melekat pada setiap santrinya dan akan terus mengalir hingga berakhirnya kehidupan dunia.



Sumber gamepelajar.xyz

Posting Komentar untuk "Saudara, Sahabat, Ayah Dan Guru Terbaik"