Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menulis Berfilsafat, Menulis Dari Hati

Berfoto bersama bang Uki di depan Biro Rektor UIN SU Menulis Berfilsafat, Menulis dari Hati
Berfoto bersama bang Uki di depan Biro Rektor UIN SU

Memiliki hobi menulis, laki-laki yang merupakan anak dari orang bau tanah yang berlatar belakang pendidik ini, namanya besar berkat hobinya itu. Mengikuti lomba karya ilmiah semenjak di dingklik sekolah dan menulis buku-buku didik selama mengajar, Muhammad Syukri Albani Nasution, SH.I, MA dikenal sebagai Penulis Medan.

***


Orang tuanya termasuk orang yang hobi menulis walau tidak dipublikasikan. Diam-diam ternyata mengalir hobi itu dari ayahnya. Ia mulai mengikuti lomba menulis semenjak sekolah menengah. Juara M2IQ (Musabaqoh Menulis Ilmu Quran) tingkat Provinsi menerima juara 1. Saat kuliah juga mengikuti Kesbangpol Linmas menerima Juara III, dan Lomba Menulis Tingkat Daerah menerima Juara I.


Syukri mulai menulis intensif pada tahun 2006. Selesai dari S1 ia berjumpa dengan Ali Murtadho. Dan dikala itulah tulisannya mulai dikomersilkan. Tak hanya sebatas kalangan UIN SU, Uki, sapaan akrabnya, juga merupakan Anggota Jurnal Eljinsi. Jurnal khusus bagi penulis-penulis mahasiswa Jurusan Jinayah Siasah di UIN SU. Ternyata namanya populer ke kampus seberang, jadilah ia diminta menulis Mading.


Bagiku membaca itu menyerupai ‘orang yang gak buang-buang air, sakit’ dan menulis yaitu ‘membuangnya’. Kaprikornus menulis itu ekspresi dari membaca.


Pria yang bahagia menulis pengalaman cintanya ini berhasil memikat pembaca tidak hanya di Sumatera, namun merambah ke luar. Lewat buku yang berjudul Menikmati Indahnya Sakit Hati tercatat sebagai buku terlaku. Buku ini terbit pada 2008 dengan seri I oleh penerbit Cita Pustaka Media Bandung, dan sekuelnya Heart Book II oleh Wal Ashri Publishing tahun 2009.


Bagi kalangan UIN SU, Syukri Al Bani yaitu dosen terproduktif dalam menulis. Tulisannya wara-wiri di media nasional. Hingga ia sendiri mengaku pernah diminta untuk tidak sering-sering menulis untuk memberi ruang kolom bagi penulis muda lainnya.


Sebagian besar sanggup dibilang justru menulis yaitu sumber penghasilan terbesar baginya. Jika mengajar dalam perbulan sudah sanggup dibaca honornya, tetapi menulis royaltinya sanggup hingga 12 juta. Belum lagi hasil menulis artikel dan opini yang terhitung 600 ribu per bulan.


Sehari-hari, Syukri menghabiskan waktu dengan aktivitas menulis dan mengajar. Dan butuh kiat-kiat serta kesepakatan dalam menulis. Beliau suka mengantongkan buku catatan kecil. Karena katanya ide itu sanggup tiba sewaktu-waktu. contohnya dikala menyetir terlintas ide bagus, maka ia tak segan berhenti ke tepian jalan untuk sekedar menuangkan ide tersebut. Makanya sempit sekali waktu untuk sanggup menulis.


“Kalau saya lebih suka menulis di ruang kerja. Jam menulis biasanya malam. Pulang, istirahat dahulu, nanti jam 12 bangun, shalat tahajud kemudian nulis. Kalau di rumah nunggu anak dan istri tidur dulu gres sanggup menulis. Saat belum menikah dulu, biasanya menulis menjelang shubuh. Tapi kini gak sanggup mirip dulu, alasannya yaitu anak malah bangunnya sebelum shubuh, jadi biasanya tengah malam. Tips lainnya saya selalu sarankan untuk bawa ini…” sambil menunjuk buku catatan yang selalu dikantonginya.


Pria yang sudah menghasilkan 10 buku ini rencananya akan menerbitkan karya terbarunya dalam bentuk novel. “Ini novel pertama saya. Saya terinspirasi dari buya Hamka.” Akunya film tenggelamnya Kapal Van Der Wick justru telah membangkitkan kembali sastra Indonesia. Sekarang film Indonesia sudah dipenuhi glamor, pragmanitas. Kalau kita nonton film Rhoma kata-kata ‘Mau kemana kamu Ani?’ sudah payah ditemukan, bahasa kini itu sudah dicampur adukkan. Makanya dari situ ia terinspirasi untuk menciptakan novel yang sama.


Mengajar mata kuliah Filsafat sehari-hari menjadi biasnya dalam menulis. Dengan mantap Syukri mengaku menulis justru sedang berfilsafat. Karena filsafat itu merangkai suatu kemungkinan kemudian menuliskannya.


Di final wawancara ia mengatakan, “Penulis di kota Medan sudah gila-gila. Coba kalian lihat surat kabar lainnya, rata-rata yang menulis mahasiswa artinya menulis bukan lagi ruangnya orang-orang hebat, ternyata kini menulis ruangnya mahasiswa. Kaprikornus artinya media sudah mengakibatkan menulis sebagai ruang berekspresi. Orang sanggup populer lewat menulis.


Tambahnya lagi, “Biasakanlah menulis. Menulislah dari apa yang ada di hati. Jangan pernah memaksakan diri. Menulislah dengan genre sendiri. Menulislah dari sesuatu yang kita ketahui.”



Sumber gamepelajar.xyz

Posting Komentar untuk "Menulis Berfilsafat, Menulis Dari Hati"