Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Lintong

Lintong dan saya di sebuah program ijab kabul di kota kami Lintong
Lintong dan saya di sebuah program ijab kabul di kota kami

Tidak hanya kepribadiaannya, namun namanyapun unik dan gampang diingat. Awalnya, Lintong bukanlah nama yang diperuntukkan untukknya pada mulanya, melainkan Bella. Namun neneknya yang berada jauh di kampung meminta dengan sangat bahwa ia haruslah diberi nama Lintong alasannya yaitu ia Istimewa dan merupakan cucu pertama di dalam keluarga ayahnya.


***


Seorang gadis menepuk bahuku, “Kamu Lina kan?” katanya sambil mengulurkan tangannya. “Aku Lintong,” katanya lagi sambil tersenyum lebar.


“Oh, rupanya kau yang namanya Lintong,” saya menjabat tangannya. Aku memandangnya dari atas ke bawah, kayaknya ia menyerupai orang-orang di kampungku pikirku dalam hati. Aku tersenyum singkat kemudian pergi. Aku sudah memutuskan untuk tidak mempunyai hubungan pertemanan apalagi persahabatan yang sangat bersahabat dengan siapapun di kursi kuliah, suatu hubungan tidak penting bagiku dikala itu.


Namun pada hari kedua di kursi kuliah, Lintong duduk di sampingku dan semenjak hari itu ia menjadi sahabatku. Banyak hal yang kami bagi bersama, baik dongeng suka maupun duka. Kami melewati tangis dan tawa bersama walaupun tidak selalu bersama dan terkadang tidak selalu satu pandangan dalam banyak hal. Walaupun ia tidak menyadarinya, saya mengaguminya dan merasa beruntung bisa menjadi temannya.


Aku menyadari, aneka macam kata-kata dan sikapku yang melukai dan menyinggungya, namun sikapnya tidak pernah berubah. Ia hanya tersenyum dan tidak pernah mendebatku. Kerendahan hatinya itulah yang sangat menggungahku, ia mengasihiku dengan kesabaran dan pengertian.


Jika dilihat kembali, Lintong bisa menentukan siapapun menjadi sahabatnya. Ia seorang yang sangat ramah, pandai bergaul, siapapun sanggup menjadi temannya, percaya diri, penuh semangat dan riang, namun ia memilihku menjadi temannya.


Banyak hal yang kupelajari dari dirinya, namun hal yang sangat menginspirasiku dari dirinya yaitu semangat hidupnya dan keriangannya sekalipun ia menghadapi pergumulan dan masalah yang berat, namun sikapnya tetap bersemangat dan bisa menggerakkan orang-orang yang ada di sekitarnya untuk bersemangat juga.


“Siapa orang yang paling pandai di kelas ini?” tanya dosen kami.


“Lintong,” kata semua teman-teman di kelas.


Ya, banyak orang mengagumi dan mengasihi Lintong, tidak hanya mahasiswa, tetapi dosen-dosen juga. Ia begitu berbeda dari anak muda pada umumnya, selalu memancarkan hal-hal nyata di dalam dirinya.


Ketika saya ke rumahnya ia selalu menyambutku dengan keriangan yang hangat. Tidak hanya dirinya, tetapi orang tuanyapun begitu bersahabat dan menyambutku menyerupai anaknya sendiri.


“Aku ingin membangkitkan belum dewasa muda,” katanya pada suatu hari.


“Itu sangat bagus,” jawaku.


“Aku ingin melihat kehidupan mereka diubahkan.”


Lintong tidak hanya berfokus pada diri sendiri, namun ia juga memikirkan orang lain juga.


Seorang yang menginspirasi tidak harus selalu mempunyai hal-hal spektakuler, semangat dan langsung merekalah yang menciptakan kita tahu sejauh mana mereka memberi imbas dalam hidup kita.



Sumber gamepelajar.xyz

Posting Komentar untuk "Lintong"