Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Usaha Seorang Anak Introvert

 tercipta banyak sekali jenis huruf insan Kisah Perjuangan Seorang Anak Introvert
Ketika program Bakti lingkungan, Dimas sebagai kaptennya (berbaju putih perjaka yang berdiri)

Di dunia ini, tercipta banyak sekali jenis huruf manusia, beberapa di antaranya ada yang sanggup dengan gampang mengekspresikan apa yang ia inginkan, bersikap sesuai nalurinya. Namun, ada juga beberapa orang yang tak cukup bisa untuk mengilustrasikan perasaannya, bahkan tak seorangpun yang sanggup mengira bagaimana kehidupannya yang sebenarnya, kecuali memberanikan diri untuk menelisik ihwal mereka secara penuh perhatian.


Kisah ini ialah kisah seorang anak yang berjulukan Dimas Adi Saputra, kelahiran Magelang, 07 November 1990. Sebuah kisah yang menceritakan ihwal usaha seorang anak introvert dalam bertahan hidup. Sekolah ialah rutinitasnya, tiba ke sekolah dan pulang ke rumah, menyerupai anak normal pada umumnya, namun yang berbeda hanyalah sering kali ia membisu dan tanpa mulut apapun, tak jarang murid lain sering menjahilinya, lantaran sikapnya yang penurut dan bagi anak lain perilaku menyerupai itu terlalu culun, lantaran tak sepantasnya anak pria hanya membisu dan terus diam. Namun, tidak menutup kemungkinan untuk Dimas kecil marah, dan menangis, hanya lantaran perlakuan teman-temannya, menyerupai biasa, tidak ada mulut apapun, seolah tidak mempunyai rasa, dan siapapun pastinya lelah dengan anak yang terlihat tidak agresif dalam hidup. Ya, mungkin menyerupai itulah jawaban orang lain terhadapnya.


Entahlah, tidak ada yang mengetahui secara terang kenapa anak seusianya begitu tidak ceria, seolah tak ada warna apapun di kehidupannya, dan tak seorang pun yang ingin tahu ihwal kehidupannya. Kesunyian yang ia rasakan, rasa ingin diperhatikan itu memang tak bisa ia tunjukkan, ia terlihat baik-baik saja dari luar, bahkan terlihat tidak mempedulikan apapun, namun, dalam diamnya hatinya terluka. Ya, itulah hidup, cenderung orang-orang akan meninggalkan dan menjauhi orang yang tidak sama dengan mereka, dan biasanya mereka sebut itu suatu kelaianan atau keanehan.


Sejak SD, Dimas tinggal di desa, di rumah Kakek dari bapaknya. Tidak mempunyai rumah, berulang kali mengontrak tapi orangtuanya tak cukup bisa untuk membiayai kehidupan di kota, sehingga hasilnya memutuskan ke desa untuk terus bertahan hidup, bersama Adik perempuannya, Ayah dan Ibunya menumpang di rumah kakeknya. Sehingga jarak tempuh ke sekolah menjadi sangat jauh. Untuk berangkat ke sekolah, anak seusianya harus bangun subuh, kemudian berangkat ke sekolah pukul 5. 30. Tidak naik angkot, tidak diantar, melainkan untuk mengirit biaya sekolah, ia menumpang dengan tetangganya yang ingin berdagang di pasar. Setiap hari itulah yang ia lakukan. Lelah, memang sangat melelahkan, tapi itulah dia, tidak mengakibatkan itu masalah, melainkan baginya itu sebuah motivasi untuknya mencar ilmu lebih ulet lagi. Dan kegigihannya itu, membuatnya sering kali mengikuti lomba-lomba di sekolah dan memenangkan lomba tersebut, bahkan ia selalu menjadi juara kelas walaupun dengan keadaan keuangan yang tidak mendukung.


Terjadi pertengkaran kecil antara mertua dan sang Ibu, sehingga mereka memutuskan untuk mengontrak lagi. Sejak itu, Dimas sudah beranjak kelas dua SMP, pekerjaan ayahnya sebagai dekorasi pengantin mulai menurun, dan terlihat malas-malasan oleh Ibunya. Dan saat itu terjadi, Dimas belum cukup mengerti dengan keadaan cuek antara Ayah dan Ibunya, kemudian akhirnya, ia menerima kabar kalau Ayah dan Ibunya telah bercerai, bukan dari  Ayah mau pun Ibunya, atau bukan dari ia mengetahuinya, tapi, kabar itu ia dapatkan dari kakeknya. Ibunya meninggalkan rumah, tanpa membawa salah satu diantara mereka.


Keuangan Ayahnya terus menipis, SPPnya sering kali tertunggak, untuk terus bertahan dan ikut ujian Dimas harus membayar uang sekolahnya, dan dengan akalnya sendiri ia menemukan cara untuk membayar uang SPPnya, meskipun tak seharusnya hal itu ia lakukan, tapi itu semua demi mewujudkan semoga ia tak putus sekolah.


Kekacauan dalam rumah, keadaan keuangan yang tidak mendukung untuk hidup, dan jalan masuk yang begitu jauh ke sekolah, tidak ada teman, tidak bermain dan tidak mencicipi kehidupan cukup umur yang semestinya. Ia terus jalani tanpa seorang Ibu yang sudah tidak lagi berada di sisinya, semua itu menciptakan hatinya semakin mengeras, membeku, cuek dan tak seorangpun yang bisa mencairkannya. Menjadi pendiam, tak berekspresi sudah menjadi ciri khas Dimas hingga ia beranjak SMA. Dan semua realitas dalam hidupnya tidak seorangpun yang mengetahuinya, bahkan saking tertutupnya ia, tak seorangpun sobat yang mau berkunjung ke rumahnya, dan saat orang lain menanyakan ihwal Ibunya, ia selalu menjawab kalau Ibunya masih tinggal bersamanya, lantaran Dimas selalu percaya, kalau Ibunya akan kembali lagi ke rumah, dan hidup bersama menyerupai dulu dengan keluarganya. Namun, keinginan itu nihil, ibunya sama sekali tidak pernah kembali lagi.


Ia pun tamat SMA, untuk melanjutkan kuliahnya ia mencari sekolah ikatan dinas yang didanai pemerintah, menyerupai IPDN, STSN dan STAN. Namun hasilnya ia hanya di terima di STAN, walaupun keluarganya kurang mendukung, tapi kepercayaannya bahwa ia akan diterima di STAN membuatnya terus bersikukuh untuk mengikuti ujian saringan masuk STAN, dan hasilnya dengan kepercayaannya itu ia lulus dengan perjuangannya. Ia bilang seolah keajaiban terjadi padanya, dan ia merasa semua kejadian tersebut telah diatur oleh Tuhan untuknya menjadi mahasiswa STAN.


Dan akhirnya, ia pun lulus dengan menjalankan pendidikannya selama setahun, kegigihannya, dan sikapnya yang selalu positif menghadapi apapun dalam keadaannya yang tertutup terus memacunya untuk hidup lebih baik. Lalu ia pun di pekerjakan di bawah naungan kementrian keuangan Direktorat Jenderal Bea Cukai di tahun 2009. Di umurnya yang ke dua puluh tahun, ia sudah bisa jalan-jalan ke luar negeri menyerupai Malaysia dan Singapura. Dan dengan usia mudanya di tahun 2014 ia sudah berangkat ke Baitullah dengan biayanya sendiri bersama Kakeknya.


Dan disinilah kami dipertemukan sebuah organisasi Pencinta Alam STAN yang dikenal sebagai STAPALA. Ia menjadi Kapten Siswa Diklat STAPALA 2015, dan kini ia mengikuti training persiapan calon atlit SAPTANUSA, sebuah ekspedisi seven summits Indonesia dari STAPALA, yang akan memperlihatkan donasi dan hadiah aktual kepada Indonesia, sebagai hari Ulang Tahun ke 70 Indonesia, di bulan Agustus mendatang.


Saya gres menyadari betapa tidak mudahnya menjalani hidup jikalau berada di posisinya. Semua orang itu spesial, itulah yang saya sadari, walau sering kali kita beranggapan orang yang hanya membisu saja di kelas, ialah orang terbelakang yang tak bisa melaksanakan apapun, atau bahkan kita sering kali meremehkan orang yang menyerupai itu, kemudian saat ia sukses kita gres menyadari dan memulai untuk mengetahui kiat sukses darinya. Dari pengalaman hidup Dimas saat SD hingga SMA, berdasarkan saya itu ialah sesuatu hal yang luar biasa, tidak berekspresi, tidak memperlihatkan keadaan keluarganya, atau bahkan ia tak perlu bercerita ke orang lain, yang bisa saja akan mempengaruhi kehidupannya, tapi saat hal itu terjadi Dimas hanya bersikap hening dan biasa saja, seolah air yang mengalir dengan tenangnya, walau di dalamnya bagaikan ombak di lautan, yang tiada henti beriak.


Dia pernah bilang “Jangan dikira mundur itu salah, kadang mundur untuk menyerah atau membisu lebih baik”. Dan mungkin itulah, membisu itu terkadang memperlihatkan kekuatan untuk diri kita sendiri, untuk lebih luas memikirkan solusi dalam kehidupan, merenungi yang terjadi, kemudian menyadari semuanya akan baik-baik saja, tak perlu banyak bicara jikalau yang dilakukan sama sekali tidak efektif.


Dimas yang dulunya populer pendiam, introvert, bertahap mulai shifting ke kuadran yang lebih baik lagi. Seperti yang kini ini, kepeduliannya terhadap sesama telah tercipta, dan jiwa kepemimpinannya telah terbukti, bahkan ia tak perlu orang lain mengetahui ihwal kebaikan yang pernah ia lakukan. Tapi, hal yang menyerupai itu, sudah memang menjadi keharusan bagi setiap manusia.


Dan itulah kenyataan tentangnya yang gres saya sadari, dan mungkin dunia juga gres menyadari hal tersebut ihwal dirinya. Jadi, yang perlu dipelajari dari kehidupannya ialah bagaimana seorang anak yang dalam proses mencapai kehidupannya sanggup terus bertahan, melaksanakan semuanya dengan kesendiriannya, tanpa meminta derma orang lain, tanpa teman, tanpa bermain, namun tetap bisa terus bertahan dan memperjuangkan kehidupannya. Kesedihan, keterpurukan, ketidakbahagiaan dalam kehidupannya itulah yang membuatnya semakin kuat, ia bilang hanya butuh kesadaran diri dalam menjalani hidup. Karena tidak semua anak zaman kini sanggup bertahan dalam keadaan menyerupai itu, yang lebih penting di dalam suatu permasalahan ialah bagaimana kita terus sanggup berdiri dan bertahan dalam kondisi apapun. Jadi, hidup bukan sesuatu yang perlu dikeluhkan, namun dinikmati apapun prosesnya, semua akan baik-baik saja, alasannya ialah semua itu sudah menjadi rencana Tuhan, dan di setiap kejadian yang dialami selalu ada pesan yang tersirat di baliknya. Oleh lantaran itu, insan cenderung harus diuji dengan cobaan hingga titik dimana ia sudah merasa tak bisa bertahan  dalam hidup, gres menyadari kehadiran Allah, dan percaya bahwa ada Allah yang selalu berada disisinya dan siap membantu. Sebab tak mungkin Allah menguji kita melebihi batas kemampuan.


 tercipta banyak sekali jenis huruf insan Kisah Perjuangan Seorang Anak Introvert
foto bahu-membahu dengan Dimas,Kapten siswa diklat STAPALA 2015 yang memimpin kami hingga pelantikan


Sumber gamepelajar.xyz

Posting Komentar untuk "Kisah Usaha Seorang Anak Introvert"