Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hafidz, Tak Pernah Lelah Menuntut Ilmu

Foto Muhammad Hafidz Ghifari memakai busana muslim Hafidz, Tak Pernah Lelah Menuntut Ilmu
Foto Muhammad Hafidz Ghifari

“Tak ada kata terlambat untuk belajar.” Mungkin kalimat ini cukup pas untuk menggambarkan sosok Muhammad Hafidz Gifari, cowok kelahiran 8 Oktober 1988 ini.


Hafidz yang mengalami ketunanetraan semenjak lahir tidak sempat mengenyam pendidikan formal pada usia yang semestinya. Hal ini sebab ketidaktahuan keluarga wacana dunia tunanetra; di mana mereka harus bersekolah, sekolah apa yang pas untuk mereka, dan sebagainya. Sewaktu masih kecil, Hafidz pernah menjalani beberapa kali operasi mata. Namun hasilnya nihil dan karenanya menciptakan Hafidz menjadi tunanetra total.


Hafidz mulai mengenal “dunia” tunanetra pada tahun 2007, ketika seorang Ustadz yang sering mengisi materi di bersahabat rumahnya memperkenalkan Hafidz dengan organisasi ITMI (Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia) Jakarta Timur. Kebetulan Ustadz tersebut juga sering mengisi materi di ITMI Jakarta Timur. Di sinilah jalan mulai terbuka bagi Hafidz untuk “melanjutkan cita-citanya”.


“Gue gres masuk SD tahun 2010, waktu umur gue udah 22 tahun.” Ungkap Hafidz dengan logat Betawi yang cukup kental.


Masuk SD pada umur yang sudah sampaumur tidak lantas menciptakan Hafidz patah semangat untuk menuntut ilmu. Di PSBN Taman Harapan, Cawang, Jakarta Timur, Hafidz berhasil menamatkan pendidikan SD pada tahun 2012. Pendidikan SD hanya ditempuh dalam waktu singkat sebab Hafidz dianggap bisa menyerap semua materi pelajaran yang diberikan.


PSBN (Panti Sosial Bina Netra) Taman Harapan merupakan salah satu forum yang berada di bawah naungan Kementrian Sosial Republik Indonesia yang bergerak dalam bidang pendidikan dan pemberdayaan tunanetra. Di forum inilah tunanetra sanggup memperoleh pendidikan dasar (SD) dan bisa meneruskan ke pendidikan keterampilan (massage dan/atau musik).


Mungkin pembaca bertanya-tanya, apa yang dilakukan Hafidz sebelum beliau mengenal dingklik sekolah? Ternyata Hafidz mendalami ilmu agama semenjak kecil. Lingkungan yang cukup religius menciptakan Hafidz tertarik untuk memperdalam ilmu agama. Hafidz sudah mulai menghafal Alqur’an semenjak umur 14 tahun, dan karenanya beliau bisa menghafal seluruh Alqur’an (30 juz) dalam usia 17 tahun. Selain itu, Hafidz juga memperbanyak hafalan Hadits dan memperdalam ilmu wacana keislaman.


“Awalnya gue pengen ngafalin Alqur’an sebab tertarik sama bunyi salah satu Qari (pembaca Alqur’an laki-laki), namanya Misyari Rasyid. Gue ngafalin Alqur’an dengan pertolongan kaset. Gue dengerin satu ayat, terus gue rewind lagi. Gitu terus sampe gue hafal.” Tutur Hafidz.


Menghafalkan Alqur’an bagi Hafidz merupakan sesuatu yang gampang-gampang susah.


“Kalo ayatnya panjang-panjang, agak susah juga ngafalinnya. Sempet nyerah juga waktu ngafalin Juz 2 sebab ayatnya panjang-panjang banget, tapi karenanya semangat itu tumbuh lagi dan Alhamdulillah karenanya bisa hafal 30 Juz.”


Jika kita menanam kebaikan, maka kebaikan pula yang akan kita tuai. Demikian pula yang dialami oleh Hafidz. Berkat kemampuan dan kemauannya yang keras dalam mempelajari ilmu agama, pada karenanya Hafidz mendapat sesuatu yang bagus dalam hidupnya. Karena kegigihannya mempelajari ilmu agama, tak disangka-sangka seorang donatur memberangkatkannya ke Mekkah untuk menunaikan ibadah Haji pada tahun 2008.


Saat ini kegiatan Hafidz yaitu mengajar mengaji di tempat sekitar rumahnya. Dia juga sering diminta untuk mengisi pembacaan Alqur’an di beberapa acara, contohnya program pernikahan, Maulid Nabi, dan sebagainya. Selain itu, Hafidz juga menjadi vokalis untuk tim Hadrah di lingkungannya (Hadrah yaitu suatu penampilan musik Islami yang diiringi alat musik pukul seolah-olah rebana). Hafidz juga cukup aktif di beberapa komunitas, baik sesama tunanetra maupun di lingkungan orang-orang yang berpenglihatan.


Mengenai pendidikannya, Hafidz tak puas hanya lulus SD. Saat ini, beliau sedang mengikuti kegiatan Kejar Paket B yang diselenggarakan oleh Yayasan Mitra Netra Jakarta.


“Jaman kini pendidikan tuh penting banget. Kalau Cuma lulus SD, gue mau jadi apa? Terus, nanti anak bini mau gue kasih makan apa?” ucap Hafidz dengan nada sedikit bercanda.


Teknologi juga tak luput dari perhatian Hafidz. Pemuda ini juga bahagia mempelajari segala hal yang berkaitan dengan teknologi. Dia sering bertanya kepada teman-temannya yang lebih mengerti wacana teknologi apabila beliau menemui kesulitan dalam mempelajarinya.


“Dengan teknologi, kita bisa cari apa aja yang kita pengen tau. Segala macam ilmu bisa kita sanggup di internet. Pengen tau lokasi suatu tempat, tinggal buka peta di Smartphone. Pengen cari materi bacaan, tinggal cari di Google. Membantu banget deh pokoknya.”


Ilmu pengetahuan memang sangat penting bagi kehidupan manusia. Baik ilmu dunia maupun ilmu alam abadi (agama). Tuntutlah ilmu hingga ke negeri Cina. Tuntutlah ilmu semenjak kita terlahir di dunia hingga kita masuk ke liang kubur. Itulah yang menjadi pegangan Hafidz dalam menjalani hidupnya. Apa pun halangannya, bagaimana pun sulitnya, ilmu harus tetap dicari hingga kita tak ada lagi di dunia.



Sumber gamepelajar.xyz

Posting Komentar untuk "Hafidz, Tak Pernah Lelah Menuntut Ilmu"