Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bidikmisi Membawaku Ke Jalan Menuju Kampus Biru

tahunnya saya selalu mendapat predikat Juara 1 dengan nilai tertinggi dari seluruh siswa se angkatanku baik jurusan IPA maupun IPS. Berbagai piagam, akta dan gelar juara dari banyak sekali lomba di tingkat kabupaten telah saya sandang. Kenalin saya Thalia yang kata orang-orang gadis anggun dan baik juga tidak sombong hehehe. Pagi ini menyerupai biasa saya berangkat ke sekolah mengendarai sepeda pancal satu-satunya hartaku yang paling berharga, lantaran kalau tidak ada sepeda ini niscaya saya gak bisa berangkat ke sekolah. Ayahku ialah seorang kuli kerikil borongan di luar kota mengikuti proyek seorang pemborong, saya di tinggal merantau ayahku semenjak saya kelas 3 SD. Ayah pulang ke rumah setahun sekali ketika lebaran saja, sedangkan ibuku hanya sebagai pengrajin sapu yang risikonya hanya cukup untuk makan sehari-hari. Gaji ayahku hanya 45 ribu perhari itupun belum dikurangi untuk makan dan sisanya hanya cukup untuk biaya sekolaku. Saat Sekolah Menengah Pertama Bercerita sedikit perihal sebelum saya masuk SMA, Sebelumnya saya sempat pesimis untuk sanggup meneruskan ke jenjang SMA, mengingat ketika itu orangtuaku terbelit hutang yang sangat banyak dan meminta pemberian ke kakek nenek dari bapak malah di ejek katanya anak perempuan ngak usah sekolah tinggi-tinggi, paling juga jadi ibu rumah tangga. Mulai dari rentenir, bank BRI (menggadaikan akta rumah mbah), ke tetangga, hingga ke saudara. Setiap hari banyak rentenir yang tiba ke rumahku. Seringkali saya harus berbohong dengan menyampaikan bahwa ibuku tidak berada dirumah lantaran ibu masih belum punya uang untuk membayar rentenir-rentenir itu. Setiap hari banyak orang menagih utang ke ibuku. Hehehhee jangan ditiru yaa kawan.


Sejak kecil saya bercita-cita mendapat gelar Sarjana. Namun hal itu terpatahkan dengan kondisi ekonomi orang tuaku. Banyak guru dan saudaraku yang memperlihatkan saran berupa tirakat dan doa, semoga apa yang saya ingikan bisa tercapai. Tentu saja hal itu saya lakukan, mulai dari puasa senin kamis, puasa weton, dan doa-doa lain yang mendukung. Saat itu di sekolahku ada registrasi mahasiswa Bidikmisi, saya bertekad untuk mendaftar lantaran saya yakin bahwaa ini ialah jalan yang ditunjukkan Allah untukku semoga saya bisa berkuliah menyerupai cita-citaku. Sebelumnya orangtuaku tidak megizini saya untuk berkuliah meskipun itu dengan jadwal bidikmisi, lantaran takutnya nanti ditengah-tengah suruh bayar. Orangtuaku menyarankanku untuk bekerja di sebuah pabrik jelly terbesar yang berada tidak terlalu jauh dari kawasan tinggalku. Namun saya berusaha keras untuk meyakinkan kedua orang tuaku ternyata usahaku tidak sia-sia merekapun mengizinkanku. Berbagai surat saya urus, salah satunya ialah surat keterangan tidak bisa yang menciptakan saya dan ibuku hingga 6 kali bolak-balik ke rumah pak Lurah lantaran surat dari perangkat desa tidak sesuai dengan harapan pak lurah. Setelah semua berkas sudah lengkap dan registrasi SNMPTN pun telah dibuka, saya mendaftarkan diri ke ITS dengan jurusan Teknik Industri, dan yang kedua ialah UB Malang jurusan Kedokteran. Aku sadar bahwa jurusan yang saya ambil ini peluangnya sangat sedikit, apalagi bila Bidikmisi. Namun saya terus berdoa semoga saya diterima. Setelah ujian Nasional telah usai maka saatnya untuk libur panjang, saya resah harus ngapain liburan sepanjang ini dirumah. Akhirnya saya melamar pekerjaan di sebuah Pabrik Rokok skala Industri Rumah Tangga. 2 ahad saya harus menjalani trainning dengan jam kerja pukul 6 pagi hingga 7 malam saya mendapat upah Rp.18.000 . saya tidak pernah tiba terlambat untuk bekerja, bahkan sebelum pintu gerbang pabrik dibuka saya sudah nongkrong dengan sepedaku didepan gerbang. pertama saya ditempatkan di penggalan etiket atau menciptakan bungkus rokok kemudian saya diajari untuk melinting rokok dengan kertas aluminium, kemudian saya diajari ini itu dan semua yang diajarkan saya dengan cepat mmapu menguasai semuanya. 2 ahad berlalu saya jalani dengan penuh semangat, semua pegawai lain ramah kepadaku. Kemudian saya dipanggil ke kantor oleh pemilik pabrik ketika itu saya tidak percaya bahwa ketika itu saya naik jabatan menjadi mandor, menggantikan mandor yang tempo kemudian keluar untuk menjadi TKW serta diberikan kepercayaan untuk membawa kunci gudang. Aku merasa senang sekali namun juga ada rasa tidak yummy hati dengan pegawai lain yang telah bekerja bertahun-tahun di pabrik ini, namun mereka tetap saja diberi honor borongan dengan honor yang sangat rendah. Namun saya pegawai gres yang gres 2 ahad bekerja sudah mendapat honor tetap dengan pekerjaan yang ringan. Desas-desus tidak mengenakkan hati setiap hari menjadi hidangan rutin yang harus saya hadapi setiap harinya. Sembari bekerja saya juga masih tetap update pengumuman SNMPTN dan di hari itu saya dinyatakan TIDAK LOLOS. Tentu saja hal ini membuatku stress berat begitu pula kedua orang tuaku. Aku iri dengan mereka yang mempunyai nilai pas-pasan namun diterima SNMPTN. Yah…. apa boleh buat bukan rejeki saya. Suatu hari kakakku yang berkuliah di UB kediri (cabang Malang) tiba kerumahku dan menyarankanku unutk mendaftar bidikmisi kesana, lantaran peluang yang akan saya dapatkan sangat besar apalagi saya putri kediri asli. Akupun segera mengurus semua berkas dengan cuti dari pabrik selama 1 hari. Dan saya harus bolak-balik ke warnet untuk mencari warta perihal tes wawancara. Tiba saatnya tes wawancara dan saya mengambil cuti lagi. Jarak rumah dari kampus kawasan tes 36 km. Aku ditemani ibuku mengendarai motor kesayangan kami dan satu-satunya yakni Suzuki Shogun 125 R, yang tidak bisa nyala bila hanya dipencet tombol starter, melainkan perlu di pancal semoga bisa nyala, sesudah nyalapun suaranya juga bisa membenhkakakan kuping yang mendengarkannya hehehehe. Kami berangkat dari rumah pukul 7 pagi Ibuku bertekat tidak akan makan hingga tes wawancara selesai. Di UB kediri ini saya mengambil jurusan Agribisnis Pertanian, sama menyerupai kakak sepupuku. Kemudian saya melihat daftar urutan nama tes wawancara lantaran namaku diawali dengan aksara T maka namaku berada pada urutan nomor 24. Aku kasihan pada ibuku bila harus menunggu selama itu dengan kondisi perut kosong. Tepat pukul 3 sore namaku gres dipanggil. Dag…dig…dug debar jantungku kayak lagu dangdut yaa,,, saya berhadapan dengan pewawancara dan allhamdulillah saya sanggup menjawab semua pertanyaaan tersebut dengan sangat baik. Wawancara tersebut memakan waktu kurang lebih 45 menit. Kemudian saya bergegas keluar dan mengajak ibuku untuk pulang. Dengan harap-harap cemas saya menunggu hari pengumuman penerimaan itu datang.


Hari itu hatiku begitu sangat kacau, lantaran saya difitnah oleh salah seorang pegawai yang menyampaikan kepada pemilik pabrik bahwa saya tidak profesional dalam bekerja. hal itu disebabkan ketika saya di beri kepercayaan untuk mensortir rokok hasil gilingan orang gres dan saya menganggap semua rokok itu jelek. Karena rokok yang dia hasilkan semuanya keras dan bila dihisap akan menyulitkan konsumen. ketika itu juga saya diberhentikan dari jabatan mandorku hingga saya turun pangkat menjadi pegawai biasa. Ternyata orang tersebut sudah semenjak usang mendambakan posisi mandor, seketika itu pula orang itu diangkat menjadi mandor. Saat itu pukul 12 menyerupai biasa saya pulang ke rumah untuk istirahat dan kembali lagi pukul 1. Sembari mengayuh sepedaku di terik siang itu saya menangis lantaran niatku yang baik ternyata disalah artikan. Aku hanya tidak mau kalau hingga omset penjualan perusahaan turun lantaran kualitas rokok yang di jual tidak sesuai dengan harapan konsumen. sesampainya di rumah saya pribadi tidur selama setengah jam, kemudian makan siang dan sholat. Beberapa ketika kemudian ketika saya akan beranjak menuju pabrik, tiba-tiba HP.ku berbunyi ternyata telepon dari ayah, yang ketika itu tengah bekerja di Makasar. Ayah menyampaikan bahwa tim verifikasi UB Malang tengah menuju rumah untuk survey. Hatiku sangat senang dan kembali lagi dag…dig..dug…der….namun sayangnya tim survey kesasar. Saat saya keluar rumah kulihat kendaraan beroda empat Avanza hitam plat Merah N melaju kearah menjauhi rumahku,, saya berpikir apa itu yaa kendaraan beroda empat tim survey ? saya sempat ragu namun saya beranikan diri mengejar kendaraan beroda empat itu meskipun hanya dengan sepeda pancal. Allhamdullillah ternyata kendaraan beroda empat itu berhenti juga di sebuah toko untuk menanyakan alamat. Aku sempat ragu namun ku beranikan diri untuk mendekat dan bertanya. “selamat pagi bu, apa ibu dari pihak survey bidikmisi UB?” tanyaku perempuan anggun itu menjawab. “iya betul, adek siapa ya?” lantas saya menjawab “apa ibu sedang mencari alamat rumah thalia eka?” “wah iya betul,, apa adek ini dhek thalia” “iyaa bu betul banget, mari ikut saya kerumah” kemudian saya mengayuh sepedaku kembali kemrumah dan diikuti kendaraan beroda empat tim survey yang terdiri dari 1 orang perempuan dan 2 orang laki-laki, yang satunya membawa kamera. Wanita anggun itu saya persilahkan masuk kerumah dan ditemui oleh ibu dan kakekku. Kemudian bertanya-tanay seputar kehidupan sehari-hari dan ekonomi keluarga kami. Kami menjawab apa adanya dengan penuh kejujuran. Karena yaa memang beginilah adanya. Setelah dirasa cukup kemudian tim survey tersebut bergegas meninggalkan rumahku untuk lanjut survey ke rumah pengaju bidikmisi lainnya. Akupun memeluk ibuku untuk mengungkapkan rasa bahagiaku, lantaran saya yakin bahwa sesudah ini saya akan diterima bidikmisi. Kemudian saya kembali lagi ke pabrik dengan hati yang berbunga-bunga. Sesampainya disana saya meminta maaf kepada mandor gres lantaran saya terlambat datang, kemudian ditanya kenapa terlambat. Akupun pribadi memeluk mandor gres itu dan mengungkapkan apa yang terjadi. Banyak orang yang melihatku dengan sinis. Tapi saya tak mempedulikan mereka. Hari-hari berlalu saya mendapat sms dari salah seorang temanku untuk membuka sebuah web dimana pengumuman penerimaan mahasiswa baru. Sore itu saya pulang pukul 4 sore dan saya pribadi menuju ke warnet ketika hujan-hujan. Dengan perasaan gemetar saya mengetik satu persatu nama web yang telah diinformasikan tersebut. Dann….. dooorrrr…. hatiku serasa meledak ketika saya membaca namaku terpampang di ururtan nomor 117 peserta bidikmisi UB kediri. Seketika itu pula airmataku menetes tak sanggup menahan rasa haru bahagia, ku telfon ayahku yang tengah bekerja, beliaupun pribadi mengucap kata-kata syukur dan takbir tak henti-hentinya. Aku pribadi pulang ke rumah dan ternyata ibuku sudah tau dari ayahku bahwa saya diterima kuliah. Sejak ketika itu saya berjanji tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.


hari ketika PKK-Universitas tiba juga, jadwal tersebut dilaksanakan di kampus sentra Malang. Sebelum jadwal dimulai jadwal diawali dengan upacara penyambutan oleh bapak Rektor, di hari itu saya tak henti-hentinya bersyukur sanggup berdiri ditengah-tengah ribuan mahasiswa dari seluruh Indonesia. Apalagi ketika ketika mengheningkan cipta seakan saya tak sanggup menahan air mataku yang terus saja menetes mengingat nama Allah. Aku ucapkan Allah hu Akbar..Allah hu Akbar..Allah Hu Akbar.. begitu seterusnya hatiku terus berguming. Apalagi ketika ditengah-tengah upacara tepatnya di gedung FTP yang tengah dibangun, saya melihat 3 orang bapak-bapak kuli bangunan, tengah berdiri melihat prosesi upacara, saya teringat pada ayahku yang niscaya akan sangat gembira melihatku sanggup berdiri di kampus populer ini.


Hari demi hari kuliah sudah dimulai, pertama kali saya mendapat uang saku dari dikti dan universitas senilai Rp 3.600.000 dan pribadi saya belikan laptop brand Samsung. Aku mencar ilmu semakin penuh dengan semangat dan pastinya saya masih terus menjalankan tirakatku untuk puasa senin kamis. Tiba saatnya tamat semester 1 penerimaan KHS (kartu hasil study). Aku buka siamku ketika itu di warnet sudah ada 6 nilai yang keluar dan allhamdulillah semua nilaiku A. Tinggal satu nilai lagi yang belum keluar dan saya lihat esok harinya ternyata saya terkejut dan tidak percaya saya mendapat IP perdanaku kumlot 4,00. Aku pribadi syujud syukur seketika. Dan pribadi saya hubungi ayahku, ayahku sangat senang sekali mendengar saya medapat IP 4,00. Hari demi hari berlalu hingga ketika ini saya telah melewati 3 semester dan saya selalu mendapat IPK yang kumlot tertinggi di kelasku tidak pernah terlepas dari IP 3,9. Akupun juga di nobatkan sebagai Wakil Duta UB kampus IV Kediri pada ajang pemilihan duta UB kediri ketika Harmony Brawijaya januari lalu. Aku pun juga menjadi perwakilan Mahasiswa Berprestasi UB kampus IV. Waktu terus berjalan, begitu pula beasiswa yang saya dapat. Uang beasiswa Bidikmisi saya investasikan untuk perjuangan pulsa. Dan allhamdulillahnya ketika ini omset penjualan pulsaku mencapai Rp.1.500.000 perminggu. Laba dari penjualan pulsa itu saya pergunakan untuk membeli bensin untuk berkuliah dan juga uang jajanku. Aku akan terus berusaha untuk terus menciptakan orang tuaku bangga, sehingga mereka tidak merasa sia-sia mempunyai anak menyerupai saya ini.


Dalam hidup tak selamanya kita akan menlewati jalan yang disana terdapat barisan bunga yang wangi, terkadang pula kita akan mencium kedaluwarsa busuk yang sanggup menusuk hidung kita. Jika kita berhenti melangkah maka kita akan tidak sanggup hingga pada tujuan kita. Teruslah berjuang lantaran Tuhan selalu mendampingi orang-orang yang mau berjuang.



Sumber gamepelajar.xyz

Posting Komentar untuk "Bidikmisi Membawaku Ke Jalan Menuju Kampus Biru"