Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Penggunaan Tanda Baca Lainnya

Makassar, Kartunet – Selain tanda titik dan koma, ada beberapa tanda baca lain yang kerap digunakan. Untuk penulis yang tunanetra, penggunaan tanda baca terkadang jadi kesulitan lantaran lebih banyak mendengar bacaan verbal ketimbang membaca sendiri dengan abjad braille. Semoga beberapa panduan berikut sanggup bermanfaat.


Tanda Titik Koma ( ; )

1. Tanda titik koma sanggup digunakan untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.

Contoh: Malam makin larut; kami belum selesai juga.

2. Tanda titik koma sanggup digunakan untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat beragam sebagai pengganti kata penghubung.

Contoh: Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik menghafalkan nama-nama pendekar nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran

pilihan pendengar.


Tanda Titik Dua ( : )

1. Tanda titik dua digunakan pada simpulan suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.

Contoh:



  • Kita kini memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.

  • Fakultas itu memiliki dua jurusan: Ekonomi Umum dan Ekonomi Perusahaan.


2. Tanda titik dua digunakan sehabis kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.

‘pemeran’ Contoh:

Ketua : Borgx

Wakil Ketua : Hayabuse

Sekretaris : Ivan Lanin

Wakil Sekretaris : Irwan Gatot

Bendahara : Rinto Jiang

Wakil bendahara : Rex

3. Tanda titik dua digunakan dalam teks drama sehabis kata yang memperlihatkan pelaku dalam percakapan.

Contoh:

Borgx : “Jangan lupa perbaiki halaman santunan Wikipedia!”

Rex : “Siap, Boss!”

4. Tanda titik dua digunakan (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara penggalan dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan

anak judul suatu karangan.

Contoh:

(i) Tempo, I (1971), 34:7

(ii) Surah Yasin:9

(iii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.

5. Tanda titik dua digunakan untuk menerangkan nisbah (angka banding).

Contoh: Nisbah siswa pria terhadap wanita yakni 2:1.

6. Tanda titik dua tidak digunakan jikalau rangkaian atau pemerian itu merupakan tambahan yang mengakhiri pernyataan.

Contoh: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.


Tanda Hubung (-)

1. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.

Contoh: anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan

Tanda ulang kependekan (seperti pangkat 2) hanya digunakan pada goresan pena cepat dan notula, dan tidak digunakan pada teks karangan.

2. Tanda hubung menyambung abjad kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.

Contoh:



  • p-e-n-g-u-r-u-s

  • 8-4-1973


3. Tanda hubung sanggup digunakan untuk memperjelas kekerabatan bagian-bagian ungkapan.

Bandingkan:



  • ber-evolusi dengan be-revolusi

  • dua puluh lima-ribuan (20×5000) dengan dua-puluh-lima-ribuan (1×25000).

  • Istri-perwira yang ramah dengan istri perwira-yang ramah


4. Tanda hubung digunakan untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan abjad kapital; (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan -an,

(d) kependekan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (e) nama jabatan rangkap.

Contoh:



  • se-Indonesia

  • hadiah ke-2

  • tahun 50-an

  • ber-SMA

  • KTP-nya nomor 11111

  • sinar-X

  • Menteri-Sekretaris Negara


5. Tanda hubung digunakan untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.

Contoh:



  • di-charter

  • pen-tackle-an


Tanda Pisah (–, —)


1a. Tanda pisah em (—) membatasi penyisipan kata atau kalimat yang menawarkan klarifikasi khusus di luar bangkit kalimat.

Contoh: Wikipedia Indonesia—saya harapkan—akan menjadi Wikipedia terbesar.

1b. Tanda pisah em (—) menegaskan adanya posisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih tegas.

Contoh:

Rangkaian inovasi ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—telah mengubah konsepsi kita ihwal alam semesta.

2a. Tanda pisah en (–) digunakan di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti hingga dengan atau di antara dua nama kota yang berarti ‘ke’, atau ‘sampai’.

Contoh:



  • 1919–1921

  • Medan–Jakarta

  • 10–13 Desember 1999


2b. Tanda pisah en (–) tidak digunakan bersama perkataan dari dan antara, atau bersama tanda kurang (-).

Contoh:



  • dari halaman 45 hingga 65, bukan dari halaman 45–65

  • antara tahun 1492 dan 1499, bukan antara tahun 1492–1499

  • -4 hingga -6 °C, bukan -4–-6 °C


Tanda Elipsis (…)


1. Tanda elipsis digunakan dalam kalimat yang terputus-putus, contohnya untuk menuliskan naskah drama.

Contoh: Kalau begitu … ya, marilah kita bergerak.

2. Tanda elipsis memperlihatkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada penggalan yang dihilangkan, contohnya dalam kutipan langsung.

Contoh: Sebab-sebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut.

Jika penggalan yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu digunakan empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai

simpulan kalimat.

Contoh: Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ….


Tanda Tanya (?)


1. Tanda tanya digunakan pada simpulan tanya.

Contoh:



  • Kapan ia berangkat?

  • Saudara tahu, bukan?


Penggunaan kalimat tanya tidak lazim dalam goresan pena ilmiah.


2. Tanda tanya digunakan di dalam tanda kurung untuk menyatakan penggalan kalimat yang disangsikan atau yang kurang sanggup dibuktikan kebenarannya.

Contoh:



  • Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).

  • Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.


Tanda Seru (!)


Tanda seru digunakan sehabis ungkapan atau pernyataan yang berupa ajakan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi

yang kuat.

Contoh:



  • Alangkah mengerikannya tragedi itu!

  • Bersihkan meja itu kini juga!

  • Sampai hati ia membuang anaknya!

  • Merdeka!


Oleh lantaran itu, penggunaan tanda seru umumnya tidak digunakan di dalam goresan pena ilmiah atau ensiklopedia. Hindari penggunaannya kecuali dalam kutipan atau

transkripsi drama.


Tanda Kurung ((…))


1. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan.

Contoh: Bagian Keuangan menyusun anggaran tahunan kantor yang lalu dibahas dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) secara berkala.

2. Tanda kurung mengapit keterangan atau klarifikasi yang bukan penggalan integral pokok pembicaraan.

Contoh:



  • Satelit Palapa (pernyataan sumpah yang dikemukakan Gajah Mada) membentuk sistem satelit domestik di Indonesia.

  • Pertumbuhan penjualan tahun ini (lihat Tabel 9) memperlihatkan adanya perkembangan gres dalam pasaran dalam negeri.


3. Tanda kurung mengapit abjad atau kata yang kehadirannya di dalam teks sanggup dihilangkan.

Contoh:



  • Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a)

  • Pembalap itu berasal dari (kota) Medan.


4. Tanda kurung mengapit angka atau abjad yang memerinci satu urutan keterangan.

Contoh: Bauran Pemasaran menyangkut problem (a) produk, (b) harga, (c) tempat, dan (c) promosi.

Hindari penggunaan dua pasang atau lebih tanda kurung yang berturut-turut. Ganti tanda kurung dengan koma, atau tulis ulang kalimatnya.

Contoh:


Tidak tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919) (dikenal juga sebagai Matviy Hryhoriyiv) merupakan seorang pemimpin Ukraina.

Tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919), dikenal juga sebagai Matviy Hryhoriyiv, merupakan seorang pemimpin Ukraina.

Tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919) merupakan seorang pemimpin Ukraina. Dia juga dikenal sebagai Matviy Hryhoriyiv.


Tanda Kurung Siku ([…])


1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau penggalan kalimat yang ditulis orang lain. Tanda

itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.

Contoh: Sang Sapurba men[d]engar suara gemerisik.

2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.

Contoh: Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35–38]) perlu dibentangkan di sini.


Tanda Petik (“…”)


1. Tanda petik mengapit petikan eksklusif yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau materi tertulis lain.

Contoh:



  • “Saya belum siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”

  • Pasal 36 Undang-Undang Dasar 1945 berbunyi, “Bahasa negara yakni Bahasa Indonesia.”


2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau penggalan buku yang digunakan dalam kalimat.

Contoh:



  • Bacalah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.

  • Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul “Rapor dan Nilai Prestasi di SMA” diterbitkan dalam Tempo.

  • Sajak “Berdiri Aku” terdapat pada halaman 5 buku itu.


3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang memiliki arti khusus.

Contoh:



  • Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara “coba dan ralat” saja.

  • Ia bercelana panjang yang di kalangan cukup umur dikenal dengan nama “cutbrai”.


4. Tanda petik epilog mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.

Contoh: Kata Tono, “Saya juga minta satu.”

5. Tanda baca epilog kalimat atau penggalan kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang digunakan dengan arti khusus

pada ujung kalimat atau penggalan kalimat.

Contoh:



  • Karena warna kulitnya, Budi menerima julukan “Si Hitam”.

  • Bang Komar sering disebut “pahlawan”; ia sendiri tidak tahu sebabnya.


Tanda Petik Tunggal (‘…’)


1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.

Contoh:



  • Tanya Basri, “Kau dengar suara ‘kring-kring’ tadi?”

  • “Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, ‘Ibu, Bapak pulang’, dan rasa letihku lenyap seketika,” ujar Pak Hamdan.


2. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau klarifikasi kata atau ungkapan asing.

Contoh: feed-back ‘balikan’


Tanda Garis Miring (/)


1. Tanda garis miring digunakan di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.

Contoh:



  • No. 7/PK/1973

  • Jalan Kramat III/10

  • Tahun anggaran 1985/1986


2. Tanda garis miring digunakan sebagai pengganti kata tiap, per atau sebagai tanda bagi dalam pecahan dan rumus matematika.

Contoh:



  • harganya Rp125,00/lembar (harganya Rp125,00 tiap lembar)

  • kecepatannya 20 m/s (kecepatannya 20 meter per detik)

  • 7/8 atau 7/8

  • xn/n!


Tanda garis miring sebaiknya tidak digunakan untuk menuliskan tanda aritmetika dasar dalam prosa. Gunakan tanda bagi ÷ .

Contoh: 10 ÷ 2 = 5.

Di dalam rumus matematika yang lebih rumit, tanda garis miring atau garis pembagi sanggup dipakai.


3. Tanda garis miring sebaiknya tidak digunakan sebagai pengganti kata atau.


Tanda Penyingkat (Apostrof)(‘)


Tanda penyingkat memperlihatkan penghilangan penggalan kata atau penggalan angka tahun.

Contoh:



  • Ali ‘kan kusurati. (‘kan = akan)

  • Malam ‘lah tiba. (‘lah = telah)

  • 1 Januari ’88 (’88 = 1988)


Sebaiknya bentuk ini tidak digunakan dalam teks prosa biasa.

Sumber: banyak sekali sumber


ada pertanyaan? mari shareing di kolom komentar.



Sumber gamepelajar.xyz

Posting Komentar untuk "Penggunaan Tanda Baca Lainnya"