Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Wajar Kalau Penyandang Disabilitas Pilih Golput?

Jakarta – Apa betul masuk akal kalau para penyandang disabilitas pilih golput di Pemilu 2019? Di tengah maraknya warta golput atau tidak menentukan yang banyak dibicarakan oleh para Vlogger dan public figure di ranah online yang terkesan “pintar”, para penyandang disabilitas yang mempunyai hak bunyi pun sanggup terancam banyak yang golput. Mari kita simak alasannya.


Hambatan utama yang menyebabkan para penyandang disabilitas berpotensi untuk golput yakni soal aksesibilitas. Mulai dari tempat pemilihan (TPS) hingga kertas bunyi yang tidak menerapkan standar aksesibilitas. Misal pada pengaturan TPS yang aksesibel untuk para penyandang disabilitas fisik, khususnya yang memakai bangku roda. Sudah ada aturannya oleh KPU bagaimana supaya mereka gampang ketika menuju ke lokasi TPS, mengambil kertas suara, masuk ke bilik suara, dan mencoblos pilihannya. Namun kalau standar menyerupai tinggi meja, lebar bilik suara, dan adanya ramp atau bidang miring untuk menuju ke TPS diabaikan, maka para pemilih disabilitas ini sanggup ikutan jadi golput juga.


Lalu pada kertas bunyi yang tidak aksesibel sanggup menciptakan calon pemilih yang tunanetra pun berpotensi golput. Untuk sanggup memakai hak suaranya dengan Langsung, Umum, Bebas, dan Rahasia (LUBER) seorang tunanetra dibantu dengan template braille pada kertas suaranya. Kaprikornus dengan alat tersebut, maka seorang tunanetra sanggup menelusuri dan mengetahui letak kandidat atau partai yang ingin dipilih. Namun sayangnya template braille hanya memungkinkan untuk kertas bunyi yang jumlah pilihannya tidak terlalu kompleks menyerupai pemilihan presiden. Sedangkan untuk pemilihan legislatif dewan perwakilan rakyat RI dan DPRD yang jumlah calonnya hingga puluhan atau ratusan, maka akan sulit kalau dibuatkan template braille. Hal ini tentu sanggup berpeluang menciptakan para tunanetra golput atau tidak memakai hak suaranya dengan optimal, apalagi kalau ketika masuk ke bilik bunyi belum tahu siapa kandidat yang ingin dipilih.


Alasan lainnya yakni males. Ya para penyandang disabilitas sanggup jadi golput lantaran males ke TPS ketika hari pemilihan lantaran merasa nanti akan kesulitan kalau tiba ke TPS, tidak tahu siapa yang akan dipilih, atau merasa suaranya tidak penting untuk mengubah keadaan bangsa dan negara. Hal ini tentu saja sangat berbahaya lantaran mereka sanggup jadi golput lantaran kurangnya informasi.


Tentu penulis tidak akan pernah menyarankan untuk golput, atau menciptakan golput menjadi pilihan yang masuk logika buat kita. Pilihan untuk tidak golput menjadi sangat penting, apalagi buat para penyandang disabilitas sebagai kelompok minoritas.


Pertama, menentukan di Pemilu yakni hak konstitusional sebagai warga negara. Jika masih ingin dianggap warga negara yang sah, optimalkan dong hak yang diberikan ini. Apalagi di tengah masih diperjuangkannya hak-hak penyandang disabilitas di bidang pendidikan, lapangan kerja, usaha, dll, masa sih ada hak yang apabila dipakai sanggup mengubah supaya hak-hak lainnya itu jadi lebih baik lagi ingin disia-siakan?


Kedua, penyelenggaraan Pemilu itu pakai dana dari APBN, dan salah satu sumber pendapatannya yaitu dari pajak. Hello, kita sudah bayar pajak setiap waktu lho guys. Mungkin kau belum sadar. Bahwa ada sebagian uang yang dipotong sebagai pajak dari honor yang diterima tiap bulan, dari honor kau manggung musik tiap malam, atau uang yang tersimpan di tabungan kamu. Selain itu, dari barang-barang yang kau beli, itu sudah termasuk sejumlah pajak yang ditambahkan oleh penjual dari harga yang dibayar. Kaprikornus masih mau golput sehingga uang kau yang dikontribusikan ke negara berupa pajak itu jadi sia-sia?


Ketiga, kalau alasannya lantaran kurang informasi dan tidak tahu siapa yang ingin dipilih itu tentunya tidak relevan lagi, khususnya buat generasi zaman now. Sudah sangat gampang mencari informasi mengenai para kandidat melalui internet. Semua rekam jejak mereka sanggup ditelusuri oleh mbah Google. Apalagi ketika ini ada platform online www.pintarmemilih.id yang lebih memudahkan lagi untuk mengetahui daftar kandidat yang sanggup dipilih di kawasan pemilihan tempat kau tinggal.


Lebih tak beralasan lagi kalau penyandang disabilitas golput padahal ada sejumlah caleg penyandang disabilitas di Pemilu 2019 ini. Mereka tersebar di banyak sekali partai, dan tentu sanggup jadi pertimbangan yang menarik apabila kau menentukan para caleg tersebut. Sebab para caleg disabilitas ini tentu salah satu fokus perhatian mereka yakni untuk memperjuangkan isu-isu disabilitas.


Dengan demikian, tak ada alasan yang masuk akal bahu-membahu untuk penyandang disabilitas golput atau tidak menentukan di Pemilu 2019. Ayo gunakan hak pilihmu, katakan tidak pada golput, lantaran satu suaramu sanggup mengubah Indonesia menuju lebih inklusif lagi. (DPM)



Sumber gamepelajar.xyz

Posting Komentar untuk "Wajar Kalau Penyandang Disabilitas Pilih Golput?"