Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

The Billionaire, Kisah Sukses Top Ittipat

The Billionaire bercerita tentang pengalaman hidup Tob Aitthipat (atau Top Ittipat, nama asli Aitthipat Kulapongvanich), seorang pemuda asal Thailand yang pada akhirnya menjadi milyuner karena berbisnis makanan ringan berbahan rumput laut dengan merek Tao Kae Noi. Film ini didasarkan pada kisah nyata Top berjuang membangun kerajaan bisnisnya.

Biografi Top Ittipat (Tob Aitthipat)

Top Ittipat (nama aslinya adalah Aitthipat Kulapongvanich) atau biasa dipanggil Top saja adalah keturunan Chinese yang lahir di Thailand pada tahun 1984, atau sekitar 30 tahun lalu. Layaknya remaja Thailand pada umumnya, masa SMA Top dihabiskan untuk bermain game online. Ia bahkan mendapatkan banyak sekali uang dari menjual senjata dan item ke gamer lainnya. Tentu saja ini ilegal. Uang hasil penjualan tersebut dihabiskannya untuk membeli mobil, PlayStation 2, dan barang lainnya. Pada akhirnya sumber "uang panas" Top berakhir karena account-nya di-suspend.

The Billionaire bercerita tentang pengalaman The Billionaire, Kisah Sukses Top Ittipat
Gambar diambil dari http://ezymata.com
Top terkenal malas belajar di sekolah. Dengan hasil ujian sekolah yang pas-pasan, Top sulit mendaftar ke perguruan tinggi pilihan. Di sisi lain, orang tua Top mengalami masalah finansial sehingga mereka berencana pindah ke China dan melanjutkan hidup di sana. Top tak ingin pindah dan bersikeras untuk tetap berada di Thailand. Dengan sisa uang yang ada, Top ingin menunjukkan bahwa ia bisa berbisnis.

Berjualan DVD Player

Dengan sisa uang yang ada, Top berjualan DVD Player. Malangnya, ternyata kualitas DVD Player yang dibelinya memang sepadan dengan harganya yang amat murah. DVD Player sampah ini pun hendak dikembalikan ke pedagangnya semula. Namun karena tak ada garansi, Top merugi. Di sinilah Top menyadari bahwa dunia bisnis dan usaha amat keras. Namun ia belum menyerah. Untuk membayar uang kuliahnya (Top harus masuk perguruan tinggi swasta yang biayanya mahal), Top harus menggadaikan jimat Ayahnya. Tentu saja secara diam-diam. Pada akhirnya Top tahu, ia juga kena tipu pedagang jimat.

Berjualan Kastanya (kacang / chesnut)

Top melihat pedagang kacang dan mulai proses dalam bisnis yang populer : ATM = Amati, Tiru, Modifikasi. Ia pada akhirnya belajar, bahwa cara terbaik untuk menggoreng chesnut adalah dengan terus mengaduknya dalam penggorengan berisi kerikil dengan suhu yang ideal. Ia berani menyewa alat penggoreng chesnut, dan membuka counter di sebuah pusat perbelanjaan dibantu pamannya. Pemuda lain seusia Top bisa jalan-jalan di mall sambil menenteng iPod dan gadget mahal, sedang Top berpeluh memikul berkarung-karung kacang. Kegigihan Top patut diacungi jempol.

Sayang sekali, bisnis ini pun gagal karena tak banyak pembeli, plus Top punya masalah dengan manajemen mall. Asap dari proses penggorengan kacang mengotori langit-langit mall, dan Top harus mengecatnya, ditemani Ibunya. Top diberi waktu hingga pukul 12 malam, namun ia tak bisa menyelesaikannya. Satpam sudah mengusirnya. Top meminta waktu tambahan, dan berusaha menyogok satpam. Satpam itu melihat Ibu Top sebentar, lalu berkata "Ibu, ini anakmu? Tolong didik ia dengan benar," sambil mengembalikan uang dari Top.

Tipping Point : Snack Rumput Laut

Pacar Top pun khawatir akan keadaan Top. Rumahnya sudah disegel oleh pihak bank, dan orang tuanya sudah berangkat ke Cina. Keluarga Top memiliki hutang senilai 40 juta Baht. Sebuah beban yang besar bagi Top. Sebetulnya Top sudah akan menyerah. Namun di saat frustasi itulah, di dalam mobil (yang ia beli seharga 600 ribu Baht dari penghasilan game online), bersama pacarnya yang hendak pulang, Top mencicipi snack rumput laut yang enak, dan memutuskan untuk berbisnis kembali.

Top mempertaruhkan segalanya. Nyali, rasa malu, uang yang tersisa (dari hasil menjual barang-barang miliknya). Ia membeli bahan mentah untuk snack rumput laut dan mencoba menggorengnya sendiri. Top berkali-kali gagal. Ia tidak bisa mendapatkan rasa yang sama dengan snack rumput laut yang dimakannya. Pamannya masuk rumah sakit karena kelelahan.

Bahan mentah untuk snack rumput laut tinggal satu kotak lagi. Untungnya, pertaruhan terakhir Top akhirnya berbuah juga. Ia berhasil.

Tao Kae Noi Lahir

Top memutuskan untuk memasarkan produknya dengan merek "Tao Kae Noi" yang berarti "Little Boss" atau semacam "Pengusaha Muda". Ia mulai mendekati 7-Eleven dan mempresentasikan beberapa sampel. Tak dinyana, pihak 7-Eleven tertarik dan menawarkan draft kontrak dengan Top. Namun, masalah baru timbul. Usaha Top harus berjalan dengan nama perusahaan aktif, dan pabriknya akan disurvei oleh pihak 7-Eleven. Ia tak mungkin menunjukkan dapur rumahnya yang amburadul ke pihak 7-Eleven. Di sinilah nyali Top diuji lagi.

Mengajukan Kredit ke Bank

Pegawai Bank yang terpesona mendengar cerita Top, pada akhirnya menyetujui proses pengajuan pinjaman. Top mulai berbenah di "pabrik"-nya yang baru. Yang disebut "pabrik" oleh Top sebenarnya hanyalah sebuah gudang yang disulap di sana-sini sehingga bisa memproduksi Tao Kae Noi dalam jumlah besar, sesuai dengan yang diminta pihak 7-Eleven. Pada saat pegawai 7-Eleven melakukan survei, banyak sekali kekurangan yang disampaikan. Paman Top tak yakin pabriknya akan lolos seleksi, dan menyarankan Top untuk melakukan suap. Namun Top tak mau mengulang kejadian di pusat perbelanjaan saat menjual kacang dahulu.

Beberapa jam kemudian, sebuah faks datang dari pihak 7-Eleven. Tak disangka, pabrik Top lolos proses survei! Kini ia tinggal fokus pada proses produksi. Top bekerja siang hingga malam hari, dan berusaha mengantarkan semua produknya tepat waktu.

Tao Kae Noi Kini, dan film The Billionaire

Terbukti bahwa hutang membuat kreativitas Top meningkat. The Power of Kepepet. Kini Tao Kae Noi bukan hanya penghasil snack rumput laut yang termasyhur di dunia, namun penginspirasi semua orang untuk mengikuti jejak Top Ittipat. Kerja keras, pantang menyerah, dan berani mengambil resiko. Perusahaan Top saat ini memiliki lebih dari 2500 pekerja, 30 cabang, mengekspor ke lebih dari 27 negara (termasuk Indonesia), dan penghasilan rata-rata 1.5 milyar Baht per tahun (atau sekitar Rp 555 milyar). Top juga memiliki perkebunan rumput laut khusus di Korea Selatan. Top Ittipat pada akhirnya menikahi Mint Prapatsorn, seorang mantan model majalah FHM.

Posting Komentar untuk "The Billionaire, Kisah Sukses Top Ittipat"