Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Nekat Kredit Mobil Buat Dibisnisin Taksi Online, Bikin Untung atau Buntung?

Semua orang butuh mobil tapi enggak semua yang butuh punya mobil. Di sinilah dasar peluang adanya jasa rental mobil.

Nah di era sharing economy sekarang ini, jasa rental mobil makin dilirik gegara hadirnya aplikasi sewa mobil online macam Uber, Go-Car maupun Grab.

Rekrutan besar-besaran untuk jadi driver taksi online inilah yang menggoda orang buat gabung. Apalagi diembel-embeli penghasilan yang tinggi sampai belasan juta plus fleksibilitas waktu.

Bagi yang sudah punya mobil, mungkin bisa langsung daftar buat ikutan jadi driver. Opsi lainnya cari orang buat jadi driver dengan sistem bagi hasil.

Sedangkan yang belum punya, pilihannya ajukan kredit mobil. Toh, perhitungan sederhananya, nanti hasil dari ‘ojekin mobil’ bisa nutup cicilan plus biaya maintenance mobil selama ‘dikaryakan’.

Hanya benarkah join di bisnis taksi online dengan mobil hasil kreditan bisa raup untung?

nekat kredit mobil
Mobil udah siap nih, yok kita nyari penumpang… semangat! (Driver Online/Otomotifnet)

First, ikutan di bisnis ini sekilas menggiurkan. Apalagi kredit mobil sekarang gampang banget. Rasanya ingin nekat aja ajukan kredit buat buru-buru nikmati lembaran rupiah hasil ngobyek mobil.

Hanya jangan terlalu nafsu. Salah perhitungan bisa membuat semua mimpi berantakan. Uang muka melayang, mobil ditarik leasing yang semua berpangkal dari gagalnya bayar cicilan kredit.

Oke, sebelum putuskan lebih baik diulas dulu ‘aturan main’ ikutan bisnis rental mobil online.

Benarkah penghasilan driver taksi online enggak terbatas?

Sering kali denger cerita sukses driver taksi online yang ngaku penghasilannya mencapai belasan juta tiap bulan. Ada yang nyebut Rp 12 juta, Rp 16 juta, sampai Rp 24 juta. Semua angka itu didapat sebulan.

Ada baiknya jangan telan mentah-mentah kisah sukses itu. Tanggapi dengan kritis. Benarkah angka itu dapat tercapai?

Ingat ya, penghasilan mereka itu enggak statis alias selalu berubah. Makanya ketika disinggung berapa duit yang dihasilkan, si driver taksi online pasti nyebutnya pakai kata ‘mencapai’.

Selain itu perlu diingat juga kalau pihak Grab, Uber, atau Go-Car itu menerapkan subsidi bagi driver atau yang biasa disebut ‘partner’.

nekat kredit mobil
Jangan sampai nggak paham sama sistem bagi hasil driver online, biar nggak buntung! (Berjabat Tangan / Malukubisnis)

Dalam perjalanan waktu, subsidi itu bakal terus berkurang. Mungkin awalnya tiga kali lipat dari rekap tarif yang tercatat dari sistem billing. Misalnya saja seharian dapat 10 trip nilainya Rp 500 ribu maka pihak pengelola aplikasi taksi online bakal kasih Rp 1,5 juta.

Tapi pelan-pelan subsidi itu turun sampai tidak dapat sama sekali. Bahkan pada akhirnya bukan subsidi yang didapat tapi dikenai potongan sampai 20 persen.

Dari sini sudah paham cerita sukses si driver taksi online. Mereka enggak bohong dapat belasan juta karena masih dapat subsidi. Tapi cerita itu ada masanya karena ketika enggak dapat subsidi, sangat sulit lagi dapat angka sebesar itu.

Katakanlah bisa konsisten dapat 10 trip per hari dengan rekap tarif Rp 500 ribu, maka setelah subsidi dicabut dan dikenai potongan, duit yang bisa dibawa pulang hanya Rp 400 ribu.

Itu baru hitung-hitungan kasar. Pendapatan belum dipotong sama struktur biaya lainnya seperti BBM, tol, bagi hasil sama driver (kalau enggak nyetir sendiri), perawatan mobil, pajak, dan penyusutan kendaraan.

Semua komponen biaya itu mesti harus bisa ditutup oleh pendapatan hasil ngobyek mobil. Lupakan dulu subsidi karena itu hanya bersifat sementara.

Kemudian cicilan kredit mobil bukan komponen biaya karena itu ‘harga mobil’ sebenarnya. Justru yang masuk komponen biaya adalah bunga cicilan dan penyusutan.

nekat kredit mobil
Serius amat mas lihat bunga kredit, sampe yang sebelah dianggurin hehe.. (Kredit Mobil/Halojatim)

Bunga cicilan itu dihitung dari perjanjian kredit dengan leasing. Sedangkan penyusutan adalah standar harga jual kembali di pasaran mobil bekas.

Konkret hitung-hitungan bisa dilihat sebagai berikut.

Asumsikan penghasilan sewa taksi online Rp 10 juta/bulan

Potongan dari aplikasi 20 persen atau Rp 2 juta

Pendapatan yang diterima Rp 8 juta.

Komponen biaya:

BBM Rp 2,5 juta

Tol Rp 500 ribu

Bagi hasil dengan driver Rp 2,5 juta

Perawatan mobil Rp 1 juta

Penyusutan Rp 500 ribu

Total biaya Rp 7 juta

Dari perhitungan itu ada sisa Rp 1 juta yang merupakan keuntungan. Lantas apakah sisa keuntungan itu dapat menutupi cicilan bulanan mobil? Secara kalkulasi mungkin harus nombok karena rata-rata cicilan mobil di atas Rp 2 juta.

Tentu saja itu asumsi pendapatan itu berasal dari skenario paling parah. Trip rendah, enggak dapat subsidi, dan lain-lain. Biar bisa dapat lebih otomatis mesti memperbanyak frekuensi perjalanan yang pada akhirnya menambah waktu narik.

Gimana biar bisa untung?

Jawabannya mesti pakai strategi. Misalnya menentukan jam operasional dalam sehari dan berapa hari mobil itu dikaryakan. Kemudian juga atur shift yang paling maksimal.

Langkah ini akan membuat efisien penggunaan BBM, waktu, maupun tenaga. Misalnya saja lebih fokus pada saat weekend di mana permintaan taksi online tinggi.

Atau dapat juga narik saat jam-jam sibuk seperti pagi hari maupun jelang bubaran kantor. Biasanya tarif di jam sibuk lebih tinggi dibanding jam biasa.

Strategi lainnya adalah cari lokasi untuk strategis agar mendapatkan trip dengan frekuensi tinggi tapi dengan jarak tempuh yang dekat.

Contohnya mangkal di kawasan bisnis saat jam makan siang. Biasanya orang kantoran lebih suka lunch di tempat keramaian yang jaraknya tak jauh dari kantor.

nekat kredit mobil
Mangkal di kawasan ini aja pas makan siang, penumpangnya pasti kece-kece (Kawasan SCBD/CDNImages)

Sebut saja di Kawasan Mega Kuningan. Rata-rata orang kantoran di sana pada lari ke Mal Ambassador, Kota Kasablanka, Ciputra Entrepreneur, dan lain-lain.

Selain itu tentunya ada strategi-strategi lain yang akan kita jelaskan lebih lanjut.

Pendek kata, nilai penghasilannya itu rata-rata dan enggak ada garansi nilai itu tetap seterusnya.

Hanya sekali lagi, penghasilan dari mengkaryakan mobil menjadi taksi online enggak tetap. Ini yang mesti dikalkulasi dengan cermat. Jangan sembarang nekat aja ajukan kredit untuk lakoni bisnis taksi online.

Bila salah perhitungan, yang ada malah bikin sakit hati. Uang muka melayang, kena denda pinalti, yang pada ujungnya masuk daftar hitam Bank Indonesia gara-gara kredit macet.

 

 

Yang terkait artikel ini:

Lihat Manisnya Bisnis Rental Mobil si Cermat

Kalau Mampunya Kredit Mobkas, Kenapa Paksakan Beli Baru

Lebih Irit Naik Gojek atau Kredit Motor?

 

Posting Komentar untuk "Nekat Kredit Mobil Buat Dibisnisin Taksi Online, Bikin Untung atau Buntung?"