Kisah Sukses: Bisnis Ayam Potong di Jakarta
Bisnis ayam potong saat ini cukup menjanjikan. Terbukti dengan salah satu kisah inspiratif untuk Anda, langsung dari pemilik bisnis ayamkarkas.com, Mas Angga Andhikka, yang saya rangkum dalam tulisan sederhana ini. Mas Angga ini dulunya adalah teman kerja saya, namun memutuskan untuk full berbisnis ayam potong dengan sasaran pasar di Jakarta dan sekitarnya.
Jadi arti pendidikan bagi saya berdasarkan pengalaman adalah 30% wawasan, 70% pembentukan pola pikir, sudut pandang dan membantu membangun karakter, tentunya hal ini berbeda bagi setiap orang khususnya mereka yang memiliki profesi, seperti contohnya dokter, programmer dll.
Bayangkan saja seluruh hidup kita ada di tangan kita sendiri, mulai dari menentukan mau usaha apa, modal uang sebesar apa, bagaimana menjualnya, berapa banyak waktu yang harus disediakan dan seterusnya. Silahkan bayangkan dan renungkan, kendala terbesar seseorang untuk memulai usaha bukan modal uang, tapi keberanian untuk masuk ke "hutan belantara" dimana jalan dan tujuannya kita tentukan sendiri, bagaimana mencari dana, bagaimana memasarkan produk, bagaimana mengatur cash flow.
Modal uang tidak terlalu besar, dengan modal ±Rp. 250.000 kita sudah bisa mulai usaha ayam potong. Contoh:Tukang sayur, membeli ayam dari supplier ayam potong ±Rp. 25.000 per-kg dengan ukuran per ekor 1kg, kemudian dijual kembali menjadi ±Rp. 30.000 hingga ± Rp. 35.000.Misal sehari bisa jual 10kg x Rp. 5.000 (margin) = Rp. 50.000 (keuntungan bersih per hari), dalam 1 bulan atau ± 25 hari keuntungan yang bisa di dapat sebesar Rp. 1.250.000, itu hanya dari 1 perumahan dan hanya dari ayam saja, bagaimana dengan keuntungan dari sayuran, ikan, daging, tahu tempe yang dia jual?
Belum lagi ilustrasi dari usaha ayam bakar yang saya dapat dari pelanggan saya, dimulai dari gerobak kaki lima modal Rp. 1.000.000, hingga dalam 1 tahun sudah berkembang dan memiliki 10 cabang di ruko dan mall. Mungkin di lain kesempatan saya bagi cerita ini.
Bisa diceritakan sedikit tentang diri Mas Angga, misal tentang pendidikan, atau keluarga?
Saya merupakan keturunan Jawa dan Sunda yang lahir di Banten, Tangerang tepatnya, saya adalah anak pertama dari dua bersaudara, dan saya sudah berkeluarga serta dikaruniai dua orang putri. Saya merupakan lulusan sarjana hukum dari Universitas Parahyangan (UNPAR) Bandung, tapi dari awal saya berkarir tahun 2002 hingga pekerjaan saya yang terakhir sebelum memulai usaha, selalu di bidang marketing dan IT, dan belum pernah bekerja di bidang hukum, diawali dari bekerja sebagai PR di sebuah event organizer di Bandung hingga menjadi Online Marketing Manager di sebuah perusahaan swasta di Jakarta.Jadi arti pendidikan bagi saya berdasarkan pengalaman adalah 30% wawasan, 70% pembentukan pola pikir, sudut pandang dan membantu membangun karakter, tentunya hal ini berbeda bagi setiap orang khususnya mereka yang memiliki profesi, seperti contohnya dokter, programmer dll.
Mas Angga kan sudah bekerja setelah sekian lama, apa yang akhirnya membuat Mas Angga memutuskan untuk memulai bisnis sendiri?
Sederhana saja, saya merasa selama ini sudah sedikitnya membantu orang lain untuk mewujudkan mimpi dan cita-cita mereka (pemilik perusahaan / bos) sekarang saatnya saya mewujudkan mimpi dan cita-cita saya. Memang tidak mudah untuk memulai usaha, tapi kalau tidak dimulai, selalu khawatir dan berangan-angan semua yang dicita-citakan hanya akan menjadi buah tidur saja. Jadi memulai usaha merupakan perjalanan hidup yang harus saya lalui karena menurut saya mimpinya sudah sempurna, sekarang saatnya membuat mimpi tersebut menjadi kenyataan.Selain itu, saya ingin memberikan bekal untuk semua keturunan saya nantinya, dengan mewariskan bisnis yang telah saya bersama istri rintis dan bangun ini, sehingga pada jamannya mereka nanti hanya tinggal memetik "buah"-nya tanpa harus bekerja keras seperti yang saya jalani sekarang ini.Dari siapa Mas memperoleh dukungan? Apa tanggapan keluarga saat Mas Angga memutuskan untuk full time menjadi pengusaha?
Ridhollah fi ridhol walidain wa sukhtullah fi shukhtil walidain (Ridho Allah terletak pada ridho kedua orangtua kemurkaan Allah terletak pada kemarahan kedua orangtua). Sebelum memutuskan untuk full time menjadi pengusaha, tentunya ridho dan restu orang tua yang saya mohon, karena insyaallah dengan doa orang tua lah segala sesuatunya menjadi lancar. Sedangkan anggota keluarga lainnya mendukung penuh usaha saya dan istri saya ini di bawah bendera UD Griyam Makmur Lestari, yang terpenting insya Allah halal dan berkah.Bisa diceritakan awal lahirnya UD Griyam Makmur Lestari?
UD. Griyam Makmur Lestari merupakan nama dari badan usaha untuk usaha ayam karkas / ayam potong yang saya dan istri jalani, nama tersebut diberikan oleh Ayah Mertua saya yang memiliki arti GRIya aYAM yang MAKMUR dan bertahan selamanya (LESTARI)Kendala apa yang Mas Angga hadapi di awal memulai bisnis ini? Apakah bisnis ayam potong membutuhkan modal yang besar?
Ya semua bisnis memerlukan modal! Tapi modal uang bukan yang utama, sekarang banyak cara untuk mendapatkan modal uang, seperti pinjaman dari keluarga, teman, koperasi atau Bank, bisa berupa KTA, kredit usaha mikro hingga kartu kredit pun bisa dijadikan modal uang, atau bisa juga dengan cara mencari investor. Selama kita yakin dengan usaha yang akan kita jalankan, modal uang bukan suatu masalah. Modal utama dan yang paling besar untuk memulai usaha adalah BERANI KELUAR DARI ZONA NYAMAN dan BUANG GENGSI, siapa bilang usaha itu lebih enak dari bekerja kantoran, lebih nyaman dari bekerja kantoran.Bayangkan saja seluruh hidup kita ada di tangan kita sendiri, mulai dari menentukan mau usaha apa, modal uang sebesar apa, bagaimana menjualnya, berapa banyak waktu yang harus disediakan dan seterusnya. Silahkan bayangkan dan renungkan, kendala terbesar seseorang untuk memulai usaha bukan modal uang, tapi keberanian untuk masuk ke "hutan belantara" dimana jalan dan tujuannya kita tentukan sendiri, bagaimana mencari dana, bagaimana memasarkan produk, bagaimana mengatur cash flow.
Modal uang tidak terlalu besar, dengan modal ±Rp. 250.000 kita sudah bisa mulai usaha ayam potong. Contoh:Tukang sayur, membeli ayam dari supplier ayam potong ±Rp. 25.000 per-kg dengan ukuran per ekor 1kg, kemudian dijual kembali menjadi ±Rp. 30.000 hingga ± Rp. 35.000.Misal sehari bisa jual 10kg x Rp. 5.000 (margin) = Rp. 50.000 (keuntungan bersih per hari), dalam 1 bulan atau ± 25 hari keuntungan yang bisa di dapat sebesar Rp. 1.250.000, itu hanya dari 1 perumahan dan hanya dari ayam saja, bagaimana dengan keuntungan dari sayuran, ikan, daging, tahu tempe yang dia jual?
Belum lagi ilustrasi dari usaha ayam bakar yang saya dapat dari pelanggan saya, dimulai dari gerobak kaki lima modal Rp. 1.000.000, hingga dalam 1 tahun sudah berkembang dan memiliki 10 cabang di ruko dan mall. Mungkin di lain kesempatan saya bagi cerita ini.
Posting Komentar untuk "Kisah Sukses: Bisnis Ayam Potong di Jakarta"