Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jasa Gesek Tunai Kartu Kredit, Seberapa Menguntungkan?

Jasa gesek tunai atau lazim dikenal sebagai "gestun" untuk kartu kredit, kini telah menggurita baik di forum-forum online seperti Kaskus maupun merchant-merchant besar (seperti toko emas di bilangan Kelapa Gading, Jakarta Utara). Seperti apa teknis dari jasa gesek tunai kartu kredit ini? Mengapa nasabah kartu kredit lebih memilih jasa "esek-esek" seperti ini dibandingkan menggunakan jasa tarik tunai dari bank yang mengeluarkan kartu kredit?


Simulasi Gesek Tunai

Kita langsung contoh kasus saja. Ibu Romlah memiliki kartu kredit BCA dan ingin punya uang cash untuk belanja harian. Sayangnya, penghasilan suaminya yang sekadar supir angkot jurusan Tanah Abang - Kampung Melayu, sedang surut. Ibu Romlah pun pergi ke warnet, lalu searching di Google dengan keyword "jasa gesek tunai", dan menemukan merchant Toko Emas Ah Tung. Toko Emas Ah Tung sejatinya adalah merchant yang memiliki mesin EDC BCA dan mematok tarif hanya 2% dari nilai tunai yang diambil.

Ibu Romlah pun berkongsi dengan Ah Tung, melakukan transaksi virtual (bohong-bohongan) dengan struk belanja bohongan, seolah-olah Ibu Romlah telah membeli emas dari Ah Tung senilai Rp 1juta. Dari sisi Bank BCA, transaksi ini dianggap normal, yaitu pembelian emas dengan kartu kredit, senilai Rp 1juta. Namun dari sisi Ah Tung dan Ibu Romlah, transaksi ini adalah transaksi gesek tunai. Ah Tung pun memperoleh "upah" senilai 2% yakni Rp 20.000. Nominal yang lumayan untuk sekali makan siang di warung Padang.

Perbandingan Jasa Gesek Tunai dan Tarik Tunai

Dibanding tarif tarik tunai yang berkisar 4%, tarif Ah Tung memang lebih menguntungkan. Coba saja bayangkan, bila nominalnya bukan hanya Rp 1juta, tapi katakan Rp 200juta atau bahkan lebih. Selisihnya kalikan saja, 4%-2% kali Rp 200juta. Tentu cara ini tidak dibenarkan karena merupakan transaksi palsu. Tapi, kita juga mesti ingat bahwa pihak bank bukanlah lembaga sosial yang semua pegawainya tersenyum ramah tanpa maksud bengis. Mereka juga perlu nasabah, perlu biaya untuk membeli blazer yang bagus untuk pihak marketingnya, dan biaya telepon untuk selalu mengganggu Anda dengan tawaran personal loan.

Cara bank juga terlihat bengis, karena terkadang ada biaya-biaya tersembunyi yang diberlakukan tanpa persetujuan Anda. Yang simpel saja, biaya materai. Mungkin nominalnya Rp 6000, tak terlampau besar, kalau sekali waktu. Bank tak mau rugi, jadi biaya-biaya semacam itu mereka biarkan pihak nasabah yang menanggungnya. Penulis pribadi sangat mendukung adanya praktek-praktek "Jasa Gesek Tunai", karena ini akan mematikan layanan gestun dari Bank, sehingga kemungkinan terbesarnya adalah pihak bank akan sedikit melunak dengan menurunkan tingkat suku bunga atau biaya-biaya terselubung lain. Penulis pun malas sekali berurusan dengan pihak Bank, di samping haram (bila melibatkan bunga/riba), hampir tak ada keuntungan ekonomis berarti, kecuali kita secara tak sadar dibuat miskin pelan-pelan.

Penurunan Suku Bunga oleh Bank Indonesia

Dengan diberlakukannya penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia melalui Peraturan Bank Indonesia No. 14/2/PBI/2012 dan Surat Edaran BI No. 14/17/DASP, maka bunga tarik tunai menjadi 2,95% saja. Peraturan ini berlaku sejak 1 Januari 2013 lalu, mungkin karena banyak sekali bank yang mematok bunga yang tak masuk akal. Penulis tentu berharap kita semua menjadi nasabah yang baik dengan menghindari konsumsi kartu kredit berlebihan sehingga memungkinkan telat bayar, apalagi sampai didatangi debt collector yang kekar dan tatoan. Selain juga karena memberi kesan bagus pada "rapor" kita di Bank Indonesia (Lancar > Dalam Perhatian Khusus > Kurang Lancar > Diragukan > Macet).

PS : Ibu Romlah dan Toko Ah Tung adalah tokoh fiktif, kesamaan dengan realita sebenarnya adalah kebetulan semata.

Posting Komentar untuk "Jasa Gesek Tunai Kartu Kredit, Seberapa Menguntungkan?"